Laman

Minggu, 06 Juni 2010

Konsultasi Masih Perlukah Ujian itu?

Oleh: Mary Philia Elisabeth

Tahukah Anda, negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat
pertama di dunia? Peringkat pertama untuk kualitas pendidikan terbaik adalah
Finlandia. Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki, di mana
perjanjian damai dengan GAM dirundingkan.

Peringkat pertama dunia ini diperoleh oleh negara Finlandia berdasarkan dari hasil survei internasional yang komprehensif pada 2003 dan dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA, tes yang mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan keunggulannya dalam pendidikan anak-anak keterbelakangan mental. Singkat kata, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas. Sedangkan posisi kedua ditempati Korea Selatan.

Saya menjadi tergelitik untuk cari tahu apa sih yang membuat Finlandia dinilai terbaik? Bagaimanakah potret pendidikan di negara tercinta kita? Apa yang kurang dengan sistem pendidikan di Indonesia? Kenapa bukan Indonesia yang terbaik? Kalau dibilang output-nya kurang, rasanya banyak pelajar kita yang cerdas dan memberi arti tentang kualitas pendidikan kita yang tidak bisa diremehkan. Tapi mengapa masih banyak yang mengatakan, kita tertinggal dengan pendidikan negara lain?

Saya bukanlah pakar pendidikan yang pantas memberikan kritik ataupun penilaian terhadap sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Tetapi saya hanyalah salah seorang di antara berjuta-juta warga negara Indonesia yang menuangkan pendapat melalui tulisan ini. Apalagi dengan gencar-gencarnya dan heboh-hebohnya masalah Ujian Nasional (UN) di Indonesia baru-baru ini.

Bagaimana beberapa pihak saling pro dan kontra tentang perlu tidaknya dilakukan UN, hingga akhirnya pada tahap pelaksanaan di mana beberapa sekolah melakukan trik-trik tertentu agar siswanya lolos UN. Nah, jadi sebenarnya tujuan ujian itu apa ya? Sepanjang pengetahuan saya, ujian adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar. Tetapi kira-kira kenapa sampai banyak sekolah merasa perlu melakukan trik-trik khusus, yang negatif sekalipun?

Ketika kita sedang asyik berdebat tentang UN, mari kita sedikit mengintip bagaimana sistem pendidikan di Finlandia. Dalam survei internasional PISA bidang matematika terlihat suatu ketimpangan yang sangat mencolok antara Finlandia yang menempati peringkat teratas dengan Indonesia yang menempati peringkat terbawah. Survei tersebut juga menunjukkan, hanya satu di antara tujuh pelajar Indonesia yang mampu menunjukkan kompetensi higher order of thinking seperti problem solving, sementara di Finlandia ada lima.

Jika membandingkan Indonesia dengan negara yang ekonominya sangat maju seperti Finlandia dianggap terlalu berlebihan, maka mengetahui posisi Indonesia dalam Indeks Pembangunan Pendidikan atau EDI (Education Development Index) yang terdapat pada laporan EFA (Education For All) yang dipublikasikan dalam Global Monitoring Report 2008 oleh UNESCO sebenarnya malah semakin membuktikan peringkat Indonesia memang rendah, bahkan bila dibandingkan dengan negara tetangga sekalipun, semisal Malaysia.

Finlandia tidaklah menggembleng siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun. Mengapa negara yang cenderung sangat “longgar” perlakuannya terhadap peserta didik ini dapat meraih peringkat lebih tinggi dalam PISA daripada Korea Selatan yang beban belajar bagi masing-masing peserta didiknya adalah 50 jam per minggu, sangat padat bila dibandingkan dengan Finlandia yang hanya 30 jam per minggu. Terlebih lagi, sistem pendidikan Finlandia tidaklah mengenal UN sebagaimana Indonesia yang telah menjadikannya sebagai ritual tahunan.

Finlandia juga tidak mengenal adanya sistem ranking, maupun peserta didik yang tinggal kelas, apalagi tidak lulus sekolah, tidak seperti yang terjadi di Indonesia. Apa rahasia keberhasilan Finlandia?

Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, para pendidik di Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. “Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian.” ungkap seorang guru di Finlandia.

Saat usia 18 tahun, siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi. Siswa diajarkan untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK. “Ini membantu siswa belajar betanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri,” kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. ”Dan kalau mereka bertanggungjawab, mereka akan bekerja lebih bebas. Guru tidak harus selalu mengontrol mereka.”

Siswa didorong untuk bekerja secara mandiri dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Guru tidak lagi menggunakan metode ceramah.

Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan, tetapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan perilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai. Contohnya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dan lain sebagainya. Kalau mendapat PR, siswa bahkan tidak perlu menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha mengerjakannya.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan ‘Kamu salah!’ pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa merasa malu. Dan jika mereka merasa malu, maka perasaan tersebut akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.

Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.

Jadi, dapat kita simpulkan, bahwa kunci utama untuk memiliki kualitas pendidikan yang terbaik adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa,” kata seorang guru, ”maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya.”. Wow...refleksi luar biasa dari seorang guru. Bagaimana Indonesia? Siapkah menjawab tantangan pendidikan ini? Ibarat pohon, jika pohon menghasilkan buah yang rasanya pahit, ada 2 kemungkinan sumber masalahnya, bibitnya atau perlakuan terhadap bibit tersebut. J

Tangani Epiteliopati Kornea Sebelum Anak 2 Tahun

Dewi Arta - Okezone
Jika pada pemeriksaan awal belum terdapat kelainan pada kornea dan usia pasien belum mencapai 2 tahun, dokter akan memberikan terapi konservatif

BANYAK orangtua tidak menyadari bahwa bulu mata bayi yang sedikit ke dalam, merupakan salah satu pertanda masalah mulai membayangi penglihatan buah hati mereka. Kenali masalah lebih dini agar tindakan pengobatan bisa segera diambil.

Dalam bidang medis, keadaan seperti ini disebut sebagai epiblepharon, yakni kelainan kelopak mata bawah. Pada kelainan ini, terjadi lipatan kulit berlebih di tepi kelopak nata bawah sehingga menyebabkan bulu mata mengarah ke kornea. Kelainan ini banyak ditemui pada ras oriental, namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada ras lainnya.

Epiblepharon bisa menimbulkan gangguan serius pada penglihatan. Pasien biasanya mengeluhkan mata sering berair, merah, silau, hingga dia sering menggosok-gosok mata atau sering berkedip.

"Bila epiblepharon dibiarkan dalam jangka panjang, dapat mengakibatkan masalah serius pada kornea yang sangat mengganggu penglihatan, antara lain, epiteliopati berupa bercak-bercak putih pada epitel kornea, erosi kornea, infeksi pada kornea, dan juga iregularitas kornea yang menimbulkan astigmatisma atau lebih dikenal sebagai silinder," jelas ahli okuloplasty Dr Yunia Irawati SpM.

Epiteliopati kornea atau permukaan kornea yang tidak mulus biasanya terlihat pada foto pemeriksaan sebagai warna yang tidak merata. Jika pada pemeriksaan awal belum terdapat kelainan pada kornea dan usia pasien belum mencapai 2 tahun, dokter akan memberikan terapi konservatif, seperti artificial tears atau eye gel, penggunaan plester pada kelopak bawah untuk menahan bulu mata agar tidak mengenai kornea, dan follow up secara berkala untuk mengamati ada atau tidaknya kelainan kornea atau sudahkah terdapat perubahan alami pada tulang wajah, terutama di sekitar mata dengan bertambahnya usia pasien yang membuat lipatan kelopak mata bawah menjadi normal.

Bila sejak pemeriksaan awal sudah ditemukan kerusakan, maka tindakan operatif harus segera dilakukan meskipun usia anak belum mencapai 2 tahun. Tindakan bedah bertujuan mencegah terjadinya kerusakan kornea lebih jauh, mengoreksi lipatan, sekaligus memperbaiki arah bulu mata.
(ftr)

Ditemukan Dinosaurus Bermata Keriput Pemakan Tumbuhan

TEMPO Interaktif, State College - Dinosaurus baru pemakan tumbuhan yang memiliki mata keriput dan mulut bak penggiling ditemukan di sebelah barat New Mexico, Amerika Serikat. Fosil itu ditemukan dalam batu, sisa ekosistem hutan rawa 91 juta tahun lampau.

Spesies baru yang dideskripsikan oleh sekelompok ahli paleontologi berdasarkan fosil kerangka yang tak utuh lagi itu dinamai Jeyawati rugoculus, yang artinya "mulut penggiling, mata keriput". Dinosaurus itu diperkirakan adalah pemakan tumbuhan yang mengkonsumsi tanaman paku dan pohon konifer, yang fosilnya juga ditemukan dalam lapisan batuan yang sama.

Berdasarkan tulang tengkorak yang tinggal separuh, beberapa tulang vertebra, dan potongan tulang iga, para ilmuwan menduga Jeyawati adalah kerabat dekat hadrosaurus berparuh bebek, yang banyak ditemukan di belahan bumi bagian utara dari masa Late Cretaceous Epoch, 80 hingga 65 juta tahun lalu. Jeyawati tetap memiliki beberapa fitur primitif pada gigi dan rahang yang membedakannya dari hadrosaurus yang memiliki bulu.

Nama Jeyawati berasal dari dua kata dalam bahasa yang digunakan orang Zuni, suku Indian Amerika yang bermukim di sepanjang Sungai Zuni di sebelah barat New Mexico. Pemilihan nama itu mengacu pada mekanisme mengunyah unik yang dikembangkan oleh garis keturunan binatang herbivora seperti Jeyawati.

Bagian kedua dari nama spesies itu, rugoculus, berasal dari bahasa Latin, yaitu kata "ruga" dan "oculus", yang bila digabung memiliki arti "mata keriput" Nama itu mendeskripsikan fitur unik yang dimiliki dinosaurus herbivora tersebut.

Salah satu tulang yang membentuk rongga mata memperlihatkan tekstur keriput atau kasar yang ganjil pada sisi bagian luarnya. Hal itu menunjukkan bahwa Jeyawati rugoculus ada kemungkinan mempunyai satu atau beberapa sisik besar di atas dan belakang matanya.

"Jeyawati tampaknya menjalani kehidupan yang keras," kata Andrew T. McDonald, peneliti utama studi itu dan seorang kandidat doktoral di Department of Earth and Environmental Sciences, University of Pennsylvania. "Beberapa potongan tulang iganya menunjukkan adanya permukaan yang kasar dan membengkak, mengindikasikan bahwa binatang itu pernah mengalami patah tulang di sejumlah titik selama hidupnya, dan luka itu sembuh sebelum dia mati."

Walaupun fosil itu telah ditemukan sejak 1996, para ilmuwan baru mengetahui keunikan spesies itu. Jeyawati adalah anggota grup binatang yang merupakan perpaduan antara dinosaurus dan binatang lain, yang baru diketahui sekitar 15 tahun lalu.

McDonald mulai mengklasifikasikan temuannya itu ketika masih berstatus mahasiswa di University of Nebraska, sebelum menuntaskan pekerjaan itu dengan Peter Dodson, dosen anatomi dan paleontologi di fakultas Veterinary Medicine and Arts and Sciences di universitas yang sama. "Setelah melihat kerangka spesies lain yang masih berkerabat dengan Jeyawati, kami bisa membuat beberapa asumsi," kata McDonald, "Termasuk bahwa binatang itu kemungkinan berjalan dengan keempat kakinya tapi juga bisa berdiri dengan dua kaki."

Fosil tulang dinosaurus itu kini disimpan di Arizona Museum of Natural History, bersama spesimen dinosaurus lain yang juga ditemukan di kawasan tersebut. Dinosaurus yang juga hidup pada masa yang sama dengan Jeyawati adalah Zuniceratops, dinosaurus bertanduk Amerika Utara, dan Nothronychus, binatang herbivora aneh yang masuk garis silsilah dinosaurus yang sebelumnya hanya ditemukan di Asia hingga fosilnya diketahui.

Potongan tulang dan tengkorak Jeyawati ditemukan oleh ahli paleontologi Douglas Wolfe, peneliti utama Zuni Basin Paleontological Project. Penggalian fosil itu dilakukan selama 13 tahun dengan bantuan James Kirkland, pakar paleontologi di Utah Geological Survey.

Herbal Bukan Obat

TEMPO Interaktif, Rusdi, 44 tahun, didiagnosis dokter mengalami masalah pada levernya. Tapi setelah beberapa minggu ia mengkonsumsi obat yang diresepkan, Rusdi mengaku bosan. "Capek minum obat terus. Kasihan sama ginjal saya," katanya. Lalu atas saran orang tuanya, ia diminta meminum ramuan temulawak dan kunyit putih sebagai pendukung proses kesembuhannya. "Rasanya lebih segar dan fit sekarang," katanya.

Jamu, herbal, atau berbagai obat alami dari tumbuhan sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Sayangnya, konsep sehat dengan herbal kini semakin jarang peminatnya. Menurut ahli naturopati yang juga seorang dokter, Dr dr Amarullah H. Siregar, FBIHom, DIHom, DnMed, Msc, MA, PhD, orang sering kali menggunakan paradigma obat untuk menjelaskan fungsi dan manfaat herbal.

"Banyak orang salah kaprah tentang pengobatan. Sebenarnya, apa yang orang inginkan, disembuhkan atau diobati? Kalau hanya mengobati, berarti tidak memberantas akar penyakit yang ada. Jadi semestinya harus dicari sumber penyakitnya, sehingga dapat dicarikan solusinya," kata Amarullah dalam diskusi tentang sehat dengan herbal yang diadakan sebuah produsen obat herbal modern.

Ia mencontohkan pada penyakit diabetes. Paradigma pengobatan yang dilakukan umumnya adalah untuk mengontrol gula darah, dengan dosis obat yang terus bertambah. "Padahal masalah ada di fungsi pankreas yang mundur. Maka sebaiknya fungsi pankreaslah yang dikembalikan vitalitasnya," katanya.

Pengobatan konvensional umumnya hanya mengatasi gejala. Padahal tubuh adalah sebuah sistem satu-kesatuan yang tak bisa dipisahkan. "Justru ketika sakit, bagian tubuh yang sehat pun harus diberdayakan untuk membantu bagian yang sakit. Konsepnya keseimbangan," kata Amarullah.

Dalam hal ini, herbal berfungsi menyelaraskan kembali sistem tubuh manusia. Herbal memiliki kemampuan memperbaiki keseluruhan sistem dan bekerja sampai ke lingkup sel serta molekuler.

Amarullah menganalogikan kerja herbal dengan filosofi tukang pos. Tanaman herbal akan mengirim khasiat ke organ yang membutuhkan saja, sementara organ yang tidak membutuhkan tidak akan dimasuki. "Kelebihan akan langsung dibuang melalui saluran pembuangan. Tidak akan tersimpan," kata Amarullah.

Amarullah tak memungkiri bahwa tantangan untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan prima pada masa kini semakin sulit. Dunia dengan kondisi alam yang semakin rusak dan iklim yang ekstrem semakin berbahaya. Ini semua tanpa disadari mempercepat proses penuaan dini pada manusia.

Jumlah penderita penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, stroke, diabetes, tekanan darah tinggi, osteoarthritis, gangguan hormonal, disfungsi seksual, hingga penyakit autoimun, semakin banyak. "Saya bahkan pernah menangani pasien stroke yang baru berusia 14 tahun," kata Amarullah.

Padahal, dalam menghadapi tantangan hidup, manusia harus sehat. "Sehat bukan hanya bebas dari penyakit, tapi juga harus prima. Idealnya mulai lahir hingga meninggal," kata Amarullah.

Uniknya, berdasarkan hasil riset American Health Coach Association, tubuh manusia modern berada dalam kondisi prima atau sehat hanya dua hari dalam seminggu. Hari sehat dihitung sejak bangun tidur hingga tidur kembali. "Selebihnya, ada saja keluhan, yang meski ringan, tetap saja pertanda tubuh tak prima, seperti masuk angin, pegal-pegal, sakit kepala, dan kehabisan napas, walau baru jalan sebentar," kata Amarullah.

Karena itu, manusia harus pandai menjaga kesehatan tubuh. Dalam hal ini, ada yang hilang dalam rangkaian pengobatan konvensional. Belum lagi dalam pertemuan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Januari 2006 disimpulkan, pada obat-obatan yang sudah disetujui FDA pada 1989-2000, tiga perempatnya ternyata tak memiliki efek teurapetik alias tidak benar-benar mengobati.

Amarullah mengatakan pengobatan dengan herbal bukan hendak memusuhi kedokteran modern. "Tetap digunakan untuk kondisi yang akut, tapi setelahnya bisa dirawat dengan herbal untuk mengembalikan vitalitas organ yang sakit," kata Amarullah.

Apalagi Hippocrates (Bapak Kedokteran) pernah menyatakan bahwa hanya alam yang mampu memperbaiki dan sesuai dengan kondisi tubuh manusia. Untuk itulah peranan pengobatan secara alami dengan menggunakan herbal dipercaya paling sesuai, karena hanya herbal yang bisa menyelaraskan fungsi tubuh yang sakit dengan mengembalikan vitalitasnya.

"Namun harus dipastikan bahwa pengobatan natural bukan sekadar punya natural taste, tapi juga memang terbukti bisa meningkatkan fungsi-fungsi tubuh," kata Amarullah.
"Kami rasa orang belum paham benar tentang perbedaan (antara) obat herbal dan yang lazim disebut sebagai jamu, yang tradisional atau yang modern. Walaupun sama-sama menggunakan tumbuhan alami, namun dengan penanganan yang berbeda, maka manfaat yang didapat juga berbeda," Drs H Nyoto Wardoyo, Apt, President Director PT Deltomed Laboratories.

Sayangnya, penelitian tentang tanaman herbal asli Indonesia masih sangat minim. Amarullah sendiri mengalami kesulitan ketika hendak melakukan penelitian untuk tesisnya di Amerika Serikat tentang tanaman herbal khas Indonesia. Amarullah mengakui ada banyak kendala. Misalnya, mulai penamaan dari tiap daerah yang berbeda hingga khasiat yang berbeda di tiap daerah. "Sebut saja Centela asiatica. Di Jawa Tengah, (tanaman itu) disebut untuk pegagan, sementara di Jawa Barat disebut daun antangan. Padahal masih sama-sama di Pulau Jawa, " katanya.

Belum lagi soal khasiat. Satu jenis tanaman memiliki khasiat yang berbeda. Amarullah pernah mengalami hal itu saat meneliti manfaat tekokak, atau yang di Sumatera disebut rimbang, untuk masalah saraf terjepit. "Air rebusan rimbang Sumatera lebih berkhasiat karena unsur hara tanahnya berbeda dengan di tanah Jawa. Ibu saya sendiri yang membuktikan khasiatnya," katanya.

Hal ini pula yang membuat buah merah asal Papua yang sempat naik daun tak bisa dibudidayakan di daerah lain. Maka tak berlebihan jika penelitian guna mendata dan mencari khasiat herbal asli Indonesia sudah mendesak untuk dilakukan. | utami widowati - tempo

Merangkai Nama Bayi pun Bisa Jadi Bisnis

KOMPAS.com - "Apa arti sebuah nama?" Begitu tanya pujangga kenamaan, Shakespeare, dalam salah satu tulisannya. Bagi setiap orang bisa jadi artinya berbeda-beda. Namun, bagi Atikah Ratnasari, pemilik jasa pembuatan nama bayi, adalah usaha yang bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari sekaligus menyalurkan hobinya.

Bagi sebagian orang, merangkai nama bayi bukan perkara mudah. Ada banyak faktor yang perlu diperhitungkan. Dari keinginan si suami dan istri, keinginan keluarga (mertua dan besan), doa untuk si anak, dan masih banyak faktor lainnya. Namun, bagi Atikah, merangkai nama menjadi sebuah arti adalah suatu hal yang mengasyikkan. Ia melihat adanya kebutuhan bagi para orangtua untuk merumuskan sebuah nama yang indah dan bermakna bagi anaknya.

Semua bermula ketika di masa kuliah, ia memiliki impian untuk menjadi seorang jurnalis yang membuatnya sering mengikuti seminar. Untuk bisa mengikutinya, ia harus mengeluarkan sejumlah uang. Uang tersebut berasal dari biaya hidup sehari-harinya. Salah satunya, uang kos. Ia memutar pikirannya untuk mencari cara mendatangkan uang, lalu muncul ide untuk mencoba mengirimkan tulisan ke media anak-anak, Bobo.

Dari sana, ia menyadari, bahwa selain memikirkan plot dan alur tulisan yang ia buat, Atikah menemukan keasyikan saat menyusun nama-nama karakternya. Tak sedikit pujian datang kepadanya atas nama-nama kreasinya. Muncul pikiran, betapa menyenangkan jika nama yang ia ciptakan, benar-benar digunakan oleh manusia. Dari sana, ia memberanikan diri untuk mencipta nama untuk nama anak dari teman-temannya yang sedang mengandung.

Seiring berjalannya waktu, apalagi dengan aktivitasnya menjalani profesi di sebuah stasiun televisi yang memberinya akses untuk bertemu banyak orang, Atikah mengumpulkan database nama-nama beserta artinya dan asal muasalnya.

Bagi Atikah, nama merupakan doa dan ia percaya bahwa nama bisa berefek pada kehidupan seseorang. Seringkali ia bertemu orang dan mencoba menebak karakteristiknya, dan hal itu benar. Ia juga menyayangkan, jika orangtua tidak menyisihkan waktu untuk memikirkan nama untuk anaknya.

"Misal, waktu itu saya pernah search di Google, nama terpanjang adalah milik seseorang yang terdiri atas 19 nama petinju, lalu di belakangnya di beri nama keluarga. Terbayang kan, sulitnya anak itu nanti untuk mengurus banyak hal? Saya jadi bertanya-tanya, mengapa nama seperti mainan? Karena nama itu kan doa orangtuanya. Setiap bayi berhak punya anak yang bagus," cerita Atikah kepada Kompas Female.

Contoh yang paling dekat, ia ceritakan, adalah teman yang tinggal dekat di kos-nya. Temannya ingin mengubah namanya, menjadi Artalita, lalu ia menelepon ayahnya di desa untuk membuat semacam selamatan. Artalita itu artinya wanita cantik yang memiliki banyak harta. Alhasil, benar, setelah ia mengubah nama, si teman itu makin sukses mendapatkan harta. "Jadi, saya pikir nama itu benar adalah doa, dan setiap anak berhak memiliki doa yang bagus. Kalau orangtuanya sulit memikirkan nama, kan ada saya, jasa pembuatan nama," canda Atikah.

Namun, meski mengutak-utik nama terkesan cukup menyenangkan, kendala yang dihadapi pun tak sedikit. "Bisnis ini tak ada pesaingnya, sehingga kadang sulit untuk menjelaskan apa yang saya coba tawarkan kepada para pelanggan baru. Kadang, ada yang minta free, kadang ada yang meminta nama lebih dari 3. Wah, repot," tutur Atikah.

Selain itu, harga yang ditawarkan pun tak jarang menjadi bahan keberatan para pelanggan. Karenanya, ia mematok harga dasar, yakni dalam 2 paket; paket 1, isinya 3 buah nama perempuan dan 3 buah nama laki-laki dengan harga Rp 50.000. Paket 2, berisi 20 nama dengan harga Rp 100.000. Meski begitu, masih ada saja yang mengeluhkan bahwa harganya mahal, dan lebih baik membeli buku nama-nama anak. Atikah harus menjelaskan bahwa nama yang ia jual adalah nama berupa rangkaian yang sudah dipikirkan artinya, doa, dan maknanya. Karena tak semua orang memiliki bakat untuk merangkum dan merangkai nama.

Di awal-awal usahanya, untuk mempromosikan jasa ini, Atikah seringkali memunculkan nama-nama terbaru pada halaman Facebook-nya. Namun, beberapa pelanggannya ada yang komplain karena orang lain bisa saja mencomot nama tersebut. Karena, tak ada yang mau namanya sama atau jadi pasaran. Ada pula yang tak menduga anaknya lahir lebih cepat dari perkiraan, sehingga kadang mereka bisa menghubungi Atikah jam 1 malam untuk mendesak deadline.

Tetapi, kendala-kendala tersebut tak kemudian menyurutkan semangat Atikah untuk terus memajukan usahanya. Ia mencoba berkompromi, karena ia memang merasa menyukai usaha ini. Terlebih lagi, dari usaha yang ia mulai sejak Februari-Maret ini, ia mengaku pendapatannya bisa melebihi gajinya sebagai Pegawai Negeri Sipil.

"Dalam satu hari, bisa sampai 5 orang yang pesan. Misal, kalau satu orang pesan paket yang kedua, yang artinya 20 nama, berarti aku ada pesanan setidaknya 100 nama. Aku kalau menciptakan nama, tak sekadar nama, tapi harus ada arti, asal, dan arti garis besarnya, butuh konsentrasi dan kreativitas, apalagi untuk memenuhi permintaan pelanggan yang berbeda-beda," pungkasnya.

Seiring berjalan waktu, Atikah berusaha membenahi usahanya ini dan memperbaiki sistemnya agar ia pun bisa memuaskan keinginan para pelanggannya. "Sekarang lagi mau bikin website, namun belum cukup terpegang karena bisnis yang saya jalankan cukup banyak. Ada bisnis baju muslimah online dan tas recycle juga. Sulit juga jika saya mau cari asisten untuk membantu membuatkan nama, karena tak semua orang bisa, dan tak bisa diajarkan dengan mudah," terang lulusan jurusan Informasi Teknologi sebuah universitas di Bandungini.

Di dalam situs yang sedang ia rancang itu, para pelanggan akan diminta untuk mengikuti prosedur. Pertama, menuliskan nama kedua orangtua, bahasa apa yang ingin digunakan, kata-kata yang dihindari, dan doa yang ingin diberikan kepada si anak.

Saat ini, nama perempuan yang paling diminati adalah yang berbau "Queen/Quinn". Sementara kalau laki-laki, nama "Azriel" yang berarti "pemaaf, pengampun, baik perilakunya" banyak disukai. Untuk setiap nama yang ia ciptakan, Atikah tak akan mem-publish dan memberikan nama yang persis sama kepada orang lain. Kalaupun mirip, pasti ada yang berbeda.

Untuk bisnis ini, Atikah juga tak perlu repot memikirkan biaya toko atau pegawai, karena ia yang mengerjakan semuanya dan bisa disambi ketika mengerjakan pekerjaannya sehari-hari. Termasuk, mengurus usaha busana muslim dan pembuatan tas daur ulangnya.

Usaha Nama Bayi bisa dihubungi lewat email namabayi@yahoo.com atau di halaman Facebook dengan ID Namabayi.

Andi Meriem Matalatta Berpulang saat Berlibur di Belanda

JAKARTA - Belum sembuh duka atas meninggalnya hits maker dan penyanyi popular Pance Fran Pondaag pada Kamis lalu (3/6), dunia hiburan kembali dikejutkan dengan berpulangnya Andi Meriem Matalatta.

Penyanyi era 1980-an berjuluk Mutiara dari Selatan itu meninggal dunia di Belanda pada Jumat pukul 23.00 waktu setempat (4/6) atau Sabtu pagi waktu Indonesia (5/6).

Pelantun Mudahnya Bilang Cinta itu berpulang pada usia 52 tahun di Zoetermeer, Belanda. Andi berada di Amsterdam untuk berlibur bersama Dania, putrinya dari pernikahan pertamanya dengan Bambang Hertasning (alm). Andi kemudian menikah lagi dengan Hendra Pribadi.

Kabar meninggalnya Andi tentu sangat mengejutkan keluarga di tanah air. Sebab, dua hari lalu saat bertolak ke sana kondisi Andi baik-baik saja. Kabar duka itu seperti petir di pagi hari. Maka, tak heran bila kediaman pemilik nama lengkap Andi Sitti Meriem Nurul Kusuma Wardhini Matalatta di daerah Puri Cinere langsung didatangi sanak famili dan para pelayat.

Di rumah duka, Hermin Jauhar Manikan Matalatta dan Radiah W. Gading Matalatta, kedua kakak Andi, memberikan penjelasan bahwa mereka sudah memiliki firasat tentang kepergian adiknya itu. ''Kalau ngobrol sama saya, dia selalu berbicara bahwa umurnya tidak lama lagi. Dia bilang, lebih baik merasakan sakit sekarang daripada nanti. Dia juga bilang, kalau Allah mengambil kapan pun, dia siap,'' kata Hermin.

Hingga kini, pihak keluarga masih bingung mengenai penyebab kematian penyanyi kelahiran Makassar, 31 Agustus 1957, itu. Riwayat penyakit penyanyi berwajah sendu tersebut diketahui kakaknya hanya diabetes.

Ratlia, adik Hermin, menambahkan bahwa dirinya seperti mendapatkan firasat saat kepergian Andi ke Belanda. ''Saya tidak bisa tidur dan sedih terus,'' ucapnya.

Namun, lantaran ingin memenuhi janji kepada Dania, Andi pergi ke Belanda. Menurut Ratlia, Andi memang berjanji akan mengajak anaknya keliling Eropa. Apalagi, janji tersebut sudah lama terucap. ''Makanya, 2 Juni lalu dia berangkat sama anaknya,'' tuturnya.

Semenjak Andi tiba di Belanda, Hermin maupun Ratlia, masih sempat berkomunikasi dengan wanita yang andal berolahraga ski itu. ''Jumat malam sekitar jam sebelas saya masih berbicara dengan dia. Dia memang mengeluhkan dadanya sakit dan sudah tidak kuat lagi,'' ungkap Hermin.

Agung Saifullah, kakak ipar Andi, mengatakan bahwa saat adik iparnya itu bertolak ke Belanda, ada luka kecil semacam bisul di tangan. ''Cuma ya karena janji itu tadi akhirnya dia pergi. Dia bilang merasa berdosa kalau hanya karena luka saja tidak jadi berangkat,'' kata Agung.

Meski begitu, keluarga mulai curiga dengan kondisi kesehatan Andi. Mereka lalu memantau setiap waktu. Kekhawatiran keluarga terbukti. Secara mendadak, Andi dilarikan ke RS Lange Land Ziekenhuis di Zoetermeer. Menurut dokter yang merawat, gula darah Andi saat itu tinggi. Selain itu, asupan oksigennya kurang.

Di rumah sakit itulah nyawa si Mutiara dari Selatan itu tidak tertolong. Dia mengembuskan napas terakhir setelah dirawat dokter. Jenazah anak kelima di antara enam bersaudara itu akan diterbangkan dari Belanda pada Senin (7/6).

''Jenazah akan menempuh penerbangan selama 10 jam hingga Soekarno-Hatta. Insya Allah, keluarga di sana dan teman dekatnya yang di Prancis akan mengantar hingga tanah air,'' jelasnya.

Selanjutnya, wanita yang selama hidupnya dikenal taat beribadah itu akan dimakamkan di Makassar, pemakaman keluarga besar Mayjen (pur) Andi Mattalatta di kompleks pemakaman raja-raja Barru. Ayah Andi dikenal sebagai orang besar di Sulawesi Selatan. Namanya diabadikan sebagai nama stadion kebanggaan masyarakat Sulsel, Stadion Andi Mattalatta, Mattoanging. (jan/c4/ari)

Pelajaran Cinta dari "Sex and The City 2"




Film yang banyak menyuguhkan trendsetter fesyen, “Sex and The City 2”, turut pula menyuguhkan kisah cinta. (Foto: google)

FILM yang banyak menyuguhkan trendsetter fesyen, “Sex and The City 2”, turut pula menyuguhkan kisah cinta. Cerita persahabatan empat wanita metropolis ini memberi banyak hikmah yang mungkin bisa Anda ambil.

Berikut, secuil pelajaran cinta dari film “Sex and The City 2” yang dibeberkan Pleasure Mechanics.

Menangkap kebahagiaan

Layaknya hubungan dewasa, Carrie merasa sedih saat suaminya begitu asyik ngobrol dengan seorang wanita cantik. Rasa ini bahkan melebihi rasa cemburunya. Sebenarnya, Carrie ingin dirayu lagi oleh sang suami, Big.

Semakin besar keinginan mempertahankan hubungan, upaya yang diperlukan tentu semakin besar. Ingat kembali masa-masa Anda berdua mencoba untuk saling mencari perhatian. Contoh, kencan di restoran tempat kencan pertama dulu. Ingat bagaimana rasanya ketika Anda jatuh cinta.

Menerima pelayanan

Selama melakukan perjalanan bisnis di Abu Dhabi, Carrie dkk diberi masing-masing satu pelayan yang siap melayani kapan saja mereka membutuhkan. Suatu malam, Carrie ingin menghangatkan susu, dan sang pelayan menawarkan diri membantu. Pernahkah kita bertanya, siapa yang akan mengurus kita nanti?

Pelayanan adalah sebuah kemewahan. Bawalah konsep ini ke dalam hubungan cinta Anda. Buatkan secangkir kopi untuk pasangan, siapkan air hangat saat ia ingin mandi sepulang dari kantor, dan sebagainya, menjadi tindakan sederhana yang menerjemahkan perasaan cinta Anda.

Mendesain arti pernikahan

Satu waktu, Big pernah meminta “hari libur” pernikahan kepada Carrie. Menurutnya, dua hari dalam sepekan yang dimintanya itu berguna untuk ia dan Carrie mengintrospeksi pernikahannya. Lagipula, menurutnya, tiap orang pasti butuh “me time”.

Setiap pernikahan mengikat perjanjian unik sepasang manusia, dan setiap hubungan memiliki karakter. Merancang hubungan akan seperti apa di masa depan tentu dibutuhkan kesepakatan berdua.

Jadi luangkan waktu, dan bersama dengan pasangan ciptakanlah pedoman yang mendukung hubungan Anda berdua. Bagi Anda, apa arti pernikahan?

Jika pernikahan adalah kontrak hidup, pasti Anda butuh landasan untuk mengingatkan diri sendiri tentang mengapa Anda menikah, apa artinya pernikahan bagi Anda, dan pernikahan seperti apa yang ingin Anda lalui bersama pasangan.
(ftr)

Apakah Disiplin Sama dengan Hukuman?

Dalam kegiatan sehari-hari mendidik dan mengasuh anak kita seringkali berhadapan dengan berbagai perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan kita. Karena itu sering timbul dalam pemikiran untuk “mendisiplinkan” anak tersebut. Namun sayangnya banyak sekali orangtua tidak memahami benar apa makna disiplin yang sebenarnya. Orangtua dan pihak-pihak lain yang sering berurusan dengan anak gagal membedakan disiplin dengan hukuman.

Bahkan sejumlah kamus pun gagal melakukan pembedaan ini. Salah satunya adalah The New Oxford American Dictionary, kata dicipline (disiplin) didefinisikan sebagai “praktik melatih orang untuk mematuhi aturan dengan menggunakan hukuman untuk memperbaiki ketidakpatuhan”. Oleh karena itu tak heran dengan definisi semacam ini maka seringkali pendisiplinan dikaitkan dengan alat-alat yang dipakai untuk membuat para pelaku kejahatan jera : penyalahan, membuat malu dan bahkan hukuman fisik.

Kata disiplin berasal dari bahasa Latin, discipulus, yang berarti “pembelajar”. Jadi disiplin itu sebenarnya difokuskan pada pengajaran. Anak kita adalah seorang murid bagi orangtuanya. Agar ini dapat terjadi maka sebagai orangtua kita selayaknya menjadi pemimpin yang berharga untuk dipatuhi dan diteladani oleh anak-anak kita.

Perbedaan mendasar antara disiplin dengan hukuman adalah :
• Hukuman mengajarkan suatu pelajaran melalui pemaksaan emosional atau kekerasan fisik, hukuman mungkin terlihat bisa menghentikan perilaku yang tidak diinginkan saat ini namun sudah pasti tidak mencegahnya terulang lagi di masa mendatang. Berdasarkan berbagai riset para pakar psikologi hukuman bukan cara yang efektif agar anak bertingkah laku baik untuk jangka panjang.
• Disiplin menggunakan kebijaksanaan untuk mengajarkan nilai-nilai yang memperlihatkan betapa seorang anak dapat menentukan sendiri pilihannya dengan baik sesuai dengan perkembangan emosinya saat itu. Oleh karena itu tak ada “cara yang benar “ yang bisa berfungsi sepanjang waktu untuk semua situasi

Saya jadi teringat dengan seorang klien kecil berusia 5 tahun, ia dikeluhkan oleh ayah dan ibunya sebagai anak yang susah diatur, sulit diberitahu, pemarah dan sukanya hanya main boneka dan menonton film.
Saat pertama kali melihat wajahnya di ruangan saya biasa menerima klien maka saya langsung tertarik dengan gadis kecil ini. Matanya berbinar menandakan kecerdasan dan senyumnya merekah menandakan keceriaan khas anak kecil. Saya tak yakin anak ini susah diatur dan sulit diajak bekerja sama seperti yang dikeluhkan orangtuanya.

Saya langsung menyapa kedua orangtuanya dan kemudian langsung mengalihkan perhatian padanya. Setelah berbincang santai dengannya beberapa saat saya mengirimnya ke dalam ruangan lain untuk bermain bersama dengan putera saya Fio dan Aldo. Dan sekarang saya hanya bertiga bersama kedua orangtuanya. Tak berapa lama saya mendapati kedua orangtuanya over-expectation (berpengharapan lebih) terhadap anaknya yang baru berusia 5 tahun.

“Saya ini sakit tenggorokan dan berusaha mencari cara agar sembuh sendiri tanpa ke dokter karena ingin menghemat biaya. Saya berusaha menjaga makanan yang masuk dan banyak minum air putih. Kemarin dia membuat saya jengkel sekali. Sudah tahu dirinya batuk ehhh …… malah makan es krim. Saya berkali-kali mengingatkan untuk menjaga makanannya namun ia tetap saja bandel. Ia harusnya mengerti bagaimana orangtua susah mencari uang. Kami sudah berulang kali menceritakan bagaimana kami bekerja keras memenuhi kebutuhan hidup ehhhh ……… dia malah seenaknya saja dan tidak mau mengerti kesulitan orangtua. Akhirnya kemarin saya bentak dia dan saya katakan kalau ia lebih baik di luar saja tidak usah pulang rumah kalau hanya bisa menyulitkan orangtua saja” kata sang ayah menceritakan kejadian yang membuatnya sangat jengkel dengan puteri kecilnya.

Saya hanya bisa terdiam dan berusaha memahami jalan pikiran sang ayah yang lagi frustrasi di depan saya. Kemudian sang istri menanyakan pada sang suami, “Tapi kenapa kamu kemarin menawarkan es krim padanya walaupun sudah tahu bahwa ia batuk?”

“Lho saya kan berusaha mendisiplinkan dia. Saya mau tahu kalau dia lagi batuk seperti itu apakah dia bisa mengontrol diri atau tidak? Eh …… kok malah tidak mengerti kalau sedang dites!”

“Lho kamu ini gimana sih, lha si Ellen itu sukanya es krim kok malah kamu tawari. Kamu ini memang cari perkara kok. Kamu sendiri kemarin makan krupuk sama telor goreng walaupun kamu tahu kamu sedang batuk. Terus anakmu tanya kenapa makan gorengan kamu marah!”

“Lha gimana tidak marah. Ia anak kecil mau tahu urusan orangtua. Kan sudah tidak ada pilihan makanan lain di rumah. Ia harusnya mengerti dong kalau kamu sedang sibuk dan tidak sempat masak. Saya sebenarnya juga tidak ingin makan gorengan tapi terpaksa karena tidak ada makanan lain. Kalau saya sakit lebih parah kan yang susah juga seisi rumah”, kata sang suami menimpali.

Ketika mendengar jawaban dari ayah ini saya sebenarnya ingin tertawa tapi saya tahu itu tidak boleh. Saya hanya tersenyum kecil saja dan mencegah pertengkaran suami istri tersebut agar tidak meledak menjadi perang dunia di ruangan saya.

Jika Anda perhatikan sang ayah terlalu egois dan mau menang sendiri. Ia menetapkan peraturan yang hanya bisa dimengerti oleh dirinya sendiri. Ia tidak memberikan si anak kesempatan untuk menumbuhkan kesadaran diri sesuai dengan usianya. Itulah “aturan plastis” yang sering dibuat orangtua demi keuntungan dirinya. Aturan plastis itu seperti karet yang lentur. Kalau orangtua yang berbuat maka pasti ada penjelasan masuk akalnya dan anak dituntut mengerti penjelasan tersebut dengan keterbatasan cara berpikirnya tapi kalau anak yang berbuat maka ia pasti disalahkan tanpa mempertimbangkan hal lain.

Dari percakapan singkat itu saja kita tak perlu kuliah psikologi untuk tahu siapa penyebab masalah Ellen, yang menurut laporan orangtuanya, susah diatur. Bagaimana menurut Anda, pembaca?

Disiplin positif berarti bekerja dengan komunikasi yang baik, mendengarkan anak, mangamati anak dan menetapkan batasan yang jelas terhadap perilaku anak. Saat membangun sebuah komunikasi perhatikan tipe kepribadian dan bahasa cinta anak agar terhindar dari masalah yang lebih rumit karena pemaknaan yang kurang pas dari pihak anak. Materi detai tentang tipe kepribadian anak dan bahasa cinta bisa Anda pelajari dalam Parents Club Multimedia Course.

Inilah rencana tindakan umum yang bisa kita lakukan untuk membangun suatu situasi kondusif bagi terlaksananya disiplin positif :
1. Sosialisasi tindakan
• Sejak dini sosialisasikan apa yang hendak tuju ketika anak-anak itu bertumbuh dan berkembang. Hal ini tergantung dari persepsi yang dimiliki orangtua tentang berbagai aspek kehidupan. Secara bertahap sesuai dengan perkembangan mereka ajarkan kebaikan, pentingnya menghargai kebutuhan dan pendapat orang lain serta kasih sayang. Jangan menetapkan sesuatu tanpa sosialisasi terlebih dahulu karena akan mengagetkan anak.

2. Penetapan batas
• Kunci penting di sini adalah keberanian dan kesadaran diri orangtua. Ingatlah bahwa semua anak itu menguji batasan yang ditetapkan untuk dirinya, terutama pada anak yang masih kecil (ini mungkin terdengar agak menjengkelkan Anda, tapi itulah anak-anak). Hal itu menjadi bagian dari proses perkembangan mereka.
• Tips yang bisa berguna untuk Anda kembangkan adalah :
- Batasan yang ditetapkan harus adil
- Aturan yang dibuat harus beralasan dan sesuai dengan kemampuan anak
- Perintah yang diberikan harus jelas, positif dan tegas.

Perintah tidak jelas contohnya, “Mama mau kamu bersikap baik!”. Bagi seorang anak usia 6 tahun pun ini masih membingungkan. Ia tidak tahu maksud dari “baik” itu apa. Kata ini sangat relatif. Anda harus menjelaskan poin- poin yang Anda maksud dengan kata “baik”. Apakah yang Anda maksud meletakkan kembali mainan yang telah selesai digunakan atau mengucapkan terima kasih setiap menerima pemberian atau permisi jika hendak lewat di depan orang yang lebih tua atau apa lagi …. ? Hal ini juga berlaku terhadap kata “sopan”. Seringkali orangtua mengatakan pada anaknya “Kamu harus sopan, Nak!” tanpa dibarengi dengan penjelasan dan batasan tentang kesopanan.

3. Beri kesempatan mereka mengalami akibat alami dari perbuatannya
• Ijinkan mereka menanggung akibat dari perilakunya jika mereka mencoba melanggarnya. Mereka akan belajar dari pengalaman buruknya. Yang penting setelah mereka mengalami akibatnya jangan diolok-olok. Olokan semacam, “Nah, rasakan sendiri akibatnya kalau tidak mau menurut Papa/Mama!”, malah akan menimbulkan kesedihan mendalam dan bahkan luka batin dalam diri anak kita. Cukup katakan,” Mama / papa ikut sedih kamu mengalami hal ini. Apa yang bisa kamu pelajari dari hal ini agar lain kali kamu bisa lebih baik lagi? Bagaimana Mama/ Papa membantumu agar lain kali tidak terulang lagi?”, setelah itu jika perlu peluklah dirinya untuk membuatnya tetap merasa aman dan diterima apa adanya.

4. Penghargaan
• Dekapan dan ciuman selalu merupakan sebuah penghargaan besar bagi seorang anak. Penghargaan berupa hadiah secara perlahan perlu Anda gantikan dengan perhatian positif saat perilakunya mengalami kemajuan. Kita harus waspada terhadap situasi ketika anak-anak hanya akan melakukan sesuatu demi mendapatkan penghargaan. Untuk hal ini Andalah yang tahu batasannya berdasarkan kepekaan yang Anda kembangkan sendiri.

5. Otoritas
• Tegakkan otoritas Anda sebagai orangtua pada saat yang tepat. Gunakan bahasa tubuh dan intonasi suara yang tepat pada saat yang tepat pula untuk menunjukkan bahwa Anda serius dengan ucapan Anda. Ingatlah selalu “seorang anak senantiasa menguji batasan terhadap dirinya dengan perilakunya”

About

Diberdayakan oleh Blogger.