Laman

Minggu, 05 Desember 2010

Hargai Diri dengan Kewajiban Menabung

Tak jarang kita mendengar penolakan, seperti: "Aduh, mahal sekali biaya di calon sekolah pilihanmu Nak. Nampaknya kami tak mampu membiayainya. Kamu tahu kan ? Ayah tidak punya uang sebanyak itu. Pilih saja sekolahan yang lebih murah".

Sudah dapat ditebak suasana hati si anak, yang kecewa tidak mendapatkan apa yang didambakannya. Tidak jarang pula sang Ayah menyesal. "Kalau saja aku menabung sejak dulu, tentu anakku tak perlu kecewa seperti ini". Nasi sudah menjadi bubur.

Masihkah ada solusi untuk tidak membuat kecewa si anak? Ada. Pinjam uang. Yang berarti utang. Saya rasa para pembaca setuju, bahwa hal ini hanyalah solusi semu alias memindahkan masalah. Selesai masalah untuk menghindari kekecewaan si kecil, pindah menjadi masalah dikejar hutang, yang tidak jarang berujung pada masalah besar dalam kehidupan rumah tangga kita. Sebuah bencana bukan?

Betapa hal 'kecil' yang disebut menabung dapat membuat perbedaan dalam hidup kita. Sayangnya kesadaran menabung dimasyarakat kita dewasa ini masih minim. Berbagai macam alasan muncul disaat sebenarnya kita punya kemampuan untuk menabung, seperti : "Masih banyak keperluan, mudah-mudahan nanti ada sisanya, baru saya tabung".

Penundaan seperti ini sering berujung pada: tidak pernah sempat menabung. Waktu terus berjalan, tanpa sadar sampailah kita pada masa untuk tinggal 'menyesal'. Apakah hal seperti ini akan Anda biarkan tejadi dalam hidup Anda?

Para pembaca yang budiman, mengutip kata bijak dari Mother Teresa: 'Yesterday is gone. Tomorrow has not yet come. We have only today. Let us begin'. Marilah mulai menabung sekarang.

Bagaimana caranya untuk memastikan bahwa aktivitas menabung kita akan memberikan hasil yang optimal? Pada saat kita menerima pendapatan rutin setiap bulan, sudah barang tentu akan mengalir menjadi pengeluaran rutin bulanan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (sebut saja Belanja), membayar kewajiban seperti tagihan kartu kredit, cicilan rumah, cicilan kendaraan dll, serta mengalokasikan dana untuk tabungan. Mana dulu yang harus dibayar? .
Mari kita tinjau beberapa pola aliran dana rutin berikut ini:

Pola 1.

Pendapatan -> Belanja -> Kewajiban -> Menabung

Pada pola yang pertama ini, belanja didahulukan, kemudian baru membayar kewajiban dan sisanya untuk menabung. Kebanyakan dari kita menggunakan pola ini dalam kehidupan sehari-hari. Kelebihan pada pola ini adalah semua kebutuhan belanja anda dan kewajiban(atau sebagian) anda terpenuhi. Namun biasanya kebutuhan belanja bervariasi, mulai dari kebutuhan primer sampai barang yang diinginkan namun tidak dibutuhkan terbeli.

Kemungkinan Anda membelanjakan semua dana yang ada sangat tinggi sehingga tidak semua kewajiban terbayar dan tidak ada sisa lagi untuk menabung. Kecuali Anda adalah orang yang sangat hemat dalam belanja.

Untuk jangka panjang, pola ini akan sangat sulit dalam mendapatkan arus kas positif, bahkan akan menjadi beban bulan berikutnya (yang sebetulnya tidak perlu terjadi), mengingat masih ada tunggakan cicilan yang tentunya akan terkena bunga majemuk (bunga berbunga).

Pola 2.

Pendapatan -> Kewajiban -> Belanja -> Menabung

Pada pola kedua ini, karena kewajiban dibayar lebih dulu, maka Anda akan terhindar dari beban biaya yang tidak perlu dalam bentuk beban bunga majemuk akibat penundaan pembayaran kewajiban tersebut di bulan berikutnya. Namun tetap saja kemungkinan Anda akan menghabiskan dana yang tersisa untuk belanja masih sangat tinggi. Sehingga tidak ada sisa untuk menabung.

Pola 3.

Pendapatan -> Menabung -> Kewajiban -> Belanja

Menurut hemat saya, pola ketiga ini adalah yang terbaik. Artinya, Anda mewajibkan diri untuk memotong pendapatan Anda untuk menabung lebih dulu. Ada baiknya Anda merubah "Mind set" tentang tabungan ini dengan konsep "Paying yourself first" sebagai prinsip utama dalam buku "The Richest Man in Babylon" karangan George S. Clason (baca deh!). Dalam buku ini memberikan inspirasi bahwa anda sebaiknya menghargai segala usaha anda selama ini dengan membayar diri sendiri paling tidak (minimal) 10 % dari pendapatan Anda dalam bentuk tabungan wajib Anda sebelum membayar kewajiban Anda dan membelanjakannya.

Hal ini akan memberikan keleluasaan bagi peningkatan aset Anda melalui dana tabungan yang terkumpul. Dana tabungan tersebut akan menjadi "Income Generating Asset" atau Aset yang memiliki kemampuan mengembangkan dirinya sendiri yang akan memberi Anda "passive Income". Tentu besarnya pendapatan pasif ini bergantung pada instrumen keuangan yang anda pilih untuk menempatkan dana tabungan Anda (bacalah artikel-artikel kami sebelumnya).

Setelah itu bayar dulu semua kewajiban Anda. Dan selanjutnya Anda bebas berbelanja tanpa kekhawatiran. (cukup ngga cukup, harus cukup!).

Dengan pola yang ketiga ini akan memberikan kepastian akan bertambahnya aset Anda, sesuai dengan tujuan-tujuan financial yang Anda rencanakan. Terlebih lagi, kalimat penolakan (karena ngga punya uang) pada paragraph pertama artikel ini tidak akan pernah terjadi.

Para pembaca yang bijak, tentu Anda setuju bahwa menabung itu wajib hukumnya. Mari kita lakukan dengan benar, dengan memprioritaskannya sebagai hal pokok dalam kehidupan kita. Dengan ditambah kedisiplinan dan persistensi dalam menabung tentu akan lebih memberikan kepastian atas pencapaian tujuan-tujuan financial Anda dimasa depan. Semoga bermanfaat.

Budi Cahyadi MM, CFP®, TGRM Perencana Keuangan.

(qom/qom)

Kok ASI Berkurang?


“Kok ASI saya sedikit sekali ya keluarnya?” Pertanyaan itu mungkin banyak keluar dari benak para bunda yang sedang menyusui. Benarkah berkurangnya ASI bisa menjadi masalah bagi bunda dan bayi?

Kekuatiran para bunda yang sedang menyusui salah satunya adalah apakah ASI yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi? Terutama ketika bunda merasa ASI yang dihasilkan semakin sedikit.

Kenapa ya?
Menurut para ahli, berkurangnya produksi ASI jarang sekali terjadi. Biasanya para bunda mengeluhkan berkurangnya produksi ASI ketika bunda merasa kehilangan rasa penuh pada payudaranya, atau ketika ASI yang keluar tidak lagi sederas dulu atau bahkan sedikit.

Tenang, bunda. Itu normal, kok. Rasa kosong pada payudara dan ASI yang tidak lagi 'luber', bisa saja disebabkan karena bayi sudah semakin sering dan banyak minum ASI, sehingga ASI tidak lagi menumpuk di payudara.

Selain itu, produksi ASI bisa juga berkurang jika bunda tidak cukup sering menyusui. Bisa jadi karena puting yang sakit atau luka, kecapean, atau tehnik menyusui yang kurang tepat. Selain itu, kondisi biologis atau fisik seorang perempuan, seperti adanya masalah hormonal atau operasi payudara, bisa menjadi penyebab produksi ASI berkurang.

Cukup ASI.
Coba deh perhatikan, apakah ia terdengar menelan? Atau terkadang Anda melihat ada susu di sudut bibirnya.

Tak perlu khawatir bayi kekurangan ASI jika Anda melihat berat badannya terus bertambah. Apalagi ketika bayi masih selalu minta ASI setiap dua sampai tiga jam. Yang penting, bayi tampak sehat dan aktif.

Seberapa seringnya bayi buang air atau ganti popok/diapers, juga bisa menjadi tanda apakah kebutuhan bayi akan ASI sudah cukup. Jika dalam sehari si kecil harus ganti popok 7 sampai 8 kali sehari, atau lima sampai enam kali ganti diapers, itu pertanda bagus.

Atasi dengan. Namun jika ternyata produksi ASI bunda memang tidak mencukupi kebutuhan bayi, berarti Anda harus mencari penyebab dan jalan keluarnya. Coba lihat lagi, apakah manajemen menyusui Anda sudah benar?
  • Jangan menyerah! Ketika Anda mendapati bahwa produksi ASI Anda sangat sedikit, jangan putus asa, Bunda. Terus berikan ASI pada bayi. Frekuensi menyusui dapat menstimulasi tubuh Anda untuk memproduksi ASI lebih banyak lagi.
  • Breast compression. Anda bisa menggunakan breast compression untuk meningkatkan aliran ASI ke bayi Anda ketika Anda merasa hisapan dan suara menelan bayi melambat.
  • Payudara satu lagi. Ganti susui si kecil dengan payudara sebelahnya. Waktu paling efektif ketika menyusui adalah 10 – 15 menit per payudara.
  • Periksa tiroid. Jika produksi ASI Anda masih juga sedikit, tidak ada salahnya jika Anda memeriksakan kadar tiroid Anda. Rendahnya tingkat tiroid berpengaruh juga pada produksi ASI.
  • Ahli laktasi. Jika masih ragu atau Anda belum menemukan penyebab dan solusinya, konsultasikanlah dengan ahli laktasi. Ia akan menimbang berat bayi dan memberikan tip bagaimana Anda dapat meningkatkan produksi ASI.

Temukan Rahasia Kulit Ibu Cerah, Sehat dan Segar!

Perempuan pasca melahirkan memerlukan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya maupun untuk memastikan cukupnya ASI yang keluar. Selain menjalani gaya hidup sehat, seorang ibu setelah melahirkan butuh istirahat yang cukup, tetap harus berpikiran positif dan berolahraga.


Berikut adalah peran dari beberapa vitamin dan mineral yang sangat diperlukan oleh seorang ibu setelah melahirkan :

  • Vitamin C (kebutuhan untuk ibu hamil dan menyusui 95 mg/hari)
    Merupakan anti oksidan kuat juga berperan dalam proses metabolisme tubuh, pertumuhan, perbaikan sel-sel darah, produksi hormone dsb. Bisa didapat dari buah dan sayuran berwarna hijau.
  • Vitamin E (kebutuhan untuk ibu hamil dan menyusui 10-12 mg/hari)
    Berfungsi untuk anti oksidan, mencegah penyakit kardiovaskuler, dan memperlambat penuaan. Bisa didapat dari minyak sayur, minyak biji-bijian, kacang, alpukat, ikan tuna dan sayuran hijau.
  • Zinc/Seng (kebutuhan untuk ibu hamil dan menyusui 15-19 mg/ hari)
    Berperan pada kekebalan tubuh, penyembuhan luka, proses reproduksi. Dapat diperoleh dari daging ayam dan kacang-kacangan.
  • Selenium/SE (kebutuhan ibu hamil dan menyusui 65-75 mcg/hari)
    Berperan sebagai pencegah kanker, anti oksidan dsb. Sumber dari ikan, seafood, kacang-kacangan.
  • Magnesium/MG (kebutuhan ibu hamil dan menyusui 320-360 mg/hari)
    Berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, mencegah penyakit jantung koroner. Bisa didapat dari kacang kedelai dan sayuran berwarna hijau.

Cukup gizi akan mebuat ibu menyusui awet muda dan segar selalu. Anda kepingin juga khan.

Aduh...Melar Sehabis Melahirkan

Kesal. Itu mungkin yang dirasakan setiap ibu yang baru saja melahirkan, melihat bentuk tubuhnya menjadi melar dan tidak seindah dulu lagi. Wajar kalau setiap perempuan ingin tampil menarik dan seksi, khususnya setelah melahirkan.

Perubahan tubuh setelah melahirkan sebenarnya adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah reaksi yang muncul. Perubahan bentuk tubuh yang membuat Anda tersiksa dan mengalami krisis percaya diri berakibat tidak sehat. Tidak saja bagi Anda, tapi juga pada hubungan Anda dengan si kecil dan suami.

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan?

Terima diri apa adanya. Termasuk terimalah perubahan tubuh Anda. Memang tidak mudah bagi ibu baru yang tengah menyusui untuk cepat langsing kembali. Butuh waktu minimal 9 bulan untuk mengembalikan bentuk tubuh agar seksi dan kencang kembali.

Cobalah untuk menciptakan reaksi yang nyaman dengan kondisi tubuh Anda. Refleksikan saat-saat itu dan cobalah memunculkan reaksi berbeda yang lebih positif. Yakinkan diri Anda, bahwa isi hati, pikiran, dan tindakan seseorang sama pentingnya dengan tubuh yang indah. Cermati hal-hal positif dalam diri Anda, baik fisik maupun non-fisik. Dan yang terutama, syukuri peran sebagai ibu baru!

Perhatikan asupan gizi. Tidak usah memaksakan diri makan terlalu banyak hanya karena Anda sedang menyusui. Anda cuma butuh tambahan kalori 300 mg setiap harinya. Namun, Anda juga tidak boleh diet terlalu keras, karena si kecil butuh gizi yang baik.

Olahraga. Anda bisa mengurangi lemak dan stretchmark dengan berolahraga. Jika tidak sempat untuk pergi ke gym, Anda bisa membeli DVD/VCD yoga atau senam untuk Anda praktekkan di rumah. Atau Anda juga bisa berjalan-jalan di sekitar rumah sambil membawa si kecil. Yah, hitung-hitung olahraga sambil bermain dengan si kecil, kan?

Ada kemungkinan tubuh Anda tidak bisa kembali ke bentuk semula. Sadari dan terimalah itu. Menjadi ibu adalah peristiwa hidup yang alamiah. Dr. Nancy O'Neil, ginekolog Amerika Serikat mengatakan, dengan kerja keras yang serius dalam jangka waktu tertentu, keinginan Anda untuk langsing kembali bisa terwujud.

Aneka Faktor Pencetus Alergi

Faktor pencetus alergi terbagi tiga, yaitu lingkungan, makanan, dan hal lainnya. Berikut beberapa contohnya:

* Lingkungan.
1. Debu rumah dan tungau. Biasa terdapat pada karpet bulu, boneka bulu, gorden, tumpukan koran/majalah/buku.
2. Kapuk pada kasur, bantal, guling, boneka.
3. Asap, bisa karena asap rokok, asap dari dapur, obat nyamuk, sampah, dan kendaraan bermotor.
4. Rontokan bulu binatang.
5. Renovasi rumah; debu bangunan, semen, hingga bahan kimia lainnya, seperti pada cat.
* Makanan.
1. Makanan/minuman dingin.
2. Permen dengan segala variasinya.
3. Cokelat dan segala olahannya
4. Aneka bahan penyedap rasa buatan.
5. Gorengan.
6. Kacang dengan segala olahannya.

* Hal-hal lain:
1. Infeksi respiratorik akut; flu/batuk-pilek-demam.
2. Kelelahan atau stres baik fisik maupun psikis.
3. Aktivitas fisik berlebihan seperti berlarian, teriak-teriak, menangis, tertawa berlebihan.
4. Perubahan musim atau pancaroba.

CIRI ALERGI
* Ciri khas batuk-pilek alergi: batuk "membandel"/susah sembuh, timbul berulang dalam rentang waktu yang pendek.
* Rentang waktu penyembuhan: lebih dari dua minggu.
* Pengobatan: hindari pencetusnya sebisa mungkin maka anak akan sembuh dengan sendirinya. Bahkan bila berhasil menghindarinya 100% batuk-pilek si kecil tidak akan kambuh lagi.
* Catatan: Bisa saja pada awalnya anak terkena batuk pilek yang disebabkan infeksi (ada virus/bakteri/jasad renik lain yang masuk ke dalam tubuhnya), namun bila dalam 3 hari tidak sembuh maka sumber utamanya adalah alergi.

WASPADAI ASMA
Untuk lebih meyakinkan apakah benar si kecil memiliki bakat alergi, lakukan investigasi sederhana yakni dengan merunut siapa dari kedua keluarga kita yang memiliki riwayat alergi. Ini berarti termasuk melihat riwayat kesehatan paman, bibi, hingga kakek-nenek. "Jika ada, kemungkinan anak kita memang benar mempunyai alergi dan itu berarti berisiko besar sebagai pengidap asma," kata Darmawan.

Ciri-ciri anak pengidap asma adalah: sesak napas/ mengeluarkan bunyi mengi, batuk malam hari yang mengganggu tidur padahal siangnya "normal", kadang batuk disertai muntah (terutama pada anak balita), terjadi batuk pasca beraktivitas yang melelahkan serta gejala bisa membaik tanpa atau dengan obat. Gejala-gejala ini sering disalahartikan sebagai vlek paru karena foto rontgen kerap menunjukkan gambaran vlek pada paru-parunya. Padahal, jelas Darmawan, hasil foto rontgen tidak bisa dipercaya 100%. "TBC pada anak hanya bisa dibuktikan dengan tes Mantoux. Batuk yang sering dan lama pada anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, batuk lama bisa jadi TBC. Tapi pada anak-anak, kemungkinan besar adalah alergi alias batuk asma."

Satu-satunya penanganan asma yang efektif adalah dengan mengendalikannya. Jangan lupa, asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Kalaupun ada obat hanya sebatas sebagai pereda dan pengendali. Lantaran itu, penderita asma mesti melakukan pola hidup yang benar, Kembali pada makan makanan yang sehat, minum cukup, olahraga teratur, dan hindari pencetus.

Gazali

Menyimpan ASI Perah


Memerah dan menyimpan ASI memang menjadi solusi tepat untuk ibu bekerja yang ingin tetap memberikan ASI untuk bayinya. Yuk, kita cari tahu bagaimana cara yang tepat menyimpan ASI yang telah Anda perah agar tetap baik diminum bayi.
  • Wadah untuk menampung ASI sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah disterilkan, seperti botol bertutup rapat yang terbuat dari plastik atau gelas yang tahan panas.
  • Sebaiknya gunakan wadah yang volumenya sesuai dengan kebutuhan bayi untuk sekali minum, misalnya 125 ml.
  • Bila ASI tidak diberikan langsung, pastikan penampungan dan penyimpanannya telah steril dan tidak terkontaminasi.
  • Bila ASI perah akan diberikan kurang dari 6 jam, maka tidak perlu di simpan di lemari pendingin. Namun disarankan untuk tidak menyimpan ASI di suhu kamar lebih dari 3 atau 4 jam.
  • Bila perlu disimpan selama 24 jam, segera masukkan ASI perah ke dalam lemari pendingin pada suhu 4 derajat celcius (jangan sampai beku).
  • Bila ASI perah akan digunakan dalam waktu 1 minggu atau lebih, maka ASI perah tersebut harus segera didinginkan dalam lemari pendingin selama 30 menit, lalu dibekukan pada suhu -18 derajat celcius atau lebih rendah. ASI yang sudah dibekukan dapat disimpan antara 3 – 6 bulan.
  • Bila mungkin, simpanlah ASI di lemari pendingin bagian tengah, atau di bagian terdalam freezer, karena lokasi-lokasi tersebut memiliki temperatur yang lebih dingin dan konstan.
  • Jangan menyimpan ASI pada rak yang menempel di pintu lemari pendingin karena temperatur di tempat ini mudah berubah ketika pintu dibuka dan ditutup.
  • Beri label setiap wadah ASI yang berisi keterangan kapan ASI tersebut diperah.
  • Jangan mengisi penuh wadah penampung ASI, karena ASI akan memuai saat membeku. Sisakan kurang lebih ¼ bagian kosong.
Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam menyimpan ASI perah:
  • Perlu diingat, ASI yang telah dihangatkan tidak boleh didinginkan lagi untuk diberikan pada bayi di waktu minum berikutnya.
  • Pembekuan yang lama (lebih dari 6 bulan) dapat mengubah komposisi kimia ASI, seperti terjadi penguraian beberapa senyawa lemak dan hilangnya beberapa senyawa yang berfungsi melawan organisme berbahaya. Risiko kontaminasi juga tinggi, jika tiba-tiba listrik padam sehingga susu cair dan dibekukan kembali.
Namun sebaiknya ASI beku disimpan sebagai cadangan untuk keadaan darurat, ya Bunda. Jika Anda berada di rumah, susui langsung bayi. Tidak susah kan, Bunda? Selamat menyusui!

Saat Perempuan Berinvestasi Tiada Henti Untuk Anak


Mitos kecantikan mengatakan bahwa perempuan akan terlihat cantik apabila berkulit terang, berambut ikal bak mayang mengurai, berhidung mancung, pipi berisi bak pauh dilayang, berbibir tipis dan seksi, mata bulat bersinar, alis bak semut beriring, tubuh seperti gitar Spanyol, dan sebagainya. Untuk tampil cantik, perempuan melakukan banyak cara, mulai dari perawatan tubuh dan muka, hingga olahraga dan meditasi.

Tren tampil cantik telah merambah perempuan Indonesia berbagai segmen. Dari sekian banyak perawatan kecantikan, suntik vitamin C telah dikenal sebagai salah satu alternatif instan untuk mendapatkan penampilan yang prima. Namun demikian, sebagian perempuan enggan melakukannya. Pasalnya, suntik vitamin C menurut beberapa perempuan berdampak negatif bagi rahimnya. “Aku ngga mau mengorbankan mahkota berhargaku menjadi kering jika aku suntik vitamin C,” kata salah seorang perempuan yang dikenal sebagai bintang sinetron."Sama dokter kulit, aku enggak boleh suntik Vitamin C. Katanya, bisa buat rahim kering, jadi takut mandul. Itu kan bahaya banget, apalagi aku perempuan," imbuhnya. Mengapa infertilitas menjadi momok bagi perempuan menikah? Apa makna keberadaan anak bagi mereka?

Hasil riset MarkPlus Insight pada pertengahan 2010 terhadap 1.300 perempuan Indonesia menunjukkan bahwa makna keluarga sebagian didefinisikan oleh perempuan sebagai a life that consists of father, mother and children. Sebanyak 10,5 persen atau sekitar 140-an responden menganggap masalah keluarga menjadi salah satu kekhawatiran mereka selama ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 14,4 persen di antaranya menganggap bahwa masalah ”tidak memiliki anak selama kehidupan perkawinan” merupakan salah satu hal yang menimbulkan kecemasan bagi mereka.

Kasus di Indonesia tersebut bisa jadi berbalikan dengan kasus yang terjadi di Jepang, di mana kelangkaan bayi di Jepang membuat negara tersebut menghadapi masalah berat berupa pembayaran gaji lebih banyak dan membumbungnya beban pembayaran untuk tunjangan kesehatan serta tanggungan pensiun. ”Memiliki anak itu bukan kewajiban, melainkan mesti dipandang sebagai pilihan yang menyenangkan,” kata salah seorang menteri di Jepang yang bertugas mengurusi masalah semakin berkurangnya angka kelahiran di Jepang. Benarkah memiliki anak itu suatu pilihan?

Kultur ke-Timuran memaknai kebahagiaan pasangan suami istri dengan kehadiran anak sebagai pelengkap. Alangkah bangga dan bahagianya apabila seorang perempuan yang sudah menikah bisa hamil dan melahirkan anak. Bangga terhadap diri sendiri karena sudah layak disebut ibu, dan bangga juga bisa memberikan keturunan untuk sang suami.

Ketika seorang laki-laki dan perempuan memutuskan untuk berumah tangga, salah satu tujuan yang ada di dalam pikiran mereka adalah untuk segera memiliki anak. Walaupun ada sebagian dari rumah tangga yang menunda untuk segera memiliki anak. Namun, lambat laun, mereka juga akan mempunyai keinginan untuk memiliki anak.

Pentingnya kehadiran anak bagi perempuan bahkan sudah tercermin dalam pemikiran perempuan sejak sebelum menikah. “Nyokap gue baru hamil gue setelah empat tahun nikah. Tante gue juga ampe sekarang belom punya anak. Gue malu kalo ga bisa ngasih keturunan buat suami gue entar. Gue takut. Gue pengen punya anak. Gue suka anak kecil,” demikian tutur salah seorang perempuan, mahasiswi-single.

Apa yang membuat perempuan menikah khawatir jika tidak mempunyai anak? “Takut ditinggal suami, dicela mertua, diasingkan, malu, dipandang rendah dan dianggap tidak berguna,” itulah beberapa jawaban yang mewakili kekhawatiran mereka.

Meski hampir bisa dipastikan mayoritas pasangan yang telah menikah akan mendambakan kehadiran anak sebagai penerus generasinya, tetapi tidak semua pasangan bisa mendapatkan momongan dengan cepat. Ada yang beberapa bulan menikah sudah hamil, tetapi ada juga yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa hamil. Banyak faktor yang memengaruhi kapan seseorang bisa hamil, mulai dari faktor psikologis ,seperti stres atau banyak pikiran dan juga faktor fisik, seperti pola makan yang tidak sehat atau kurangnya olahraga.

Dalam keadaan normal dan tanpa menggunakan kontrasepsi, kehamilan terjadi pada 60 persen pasangan suami istri dalam waktu enam bulan, pada 80 persen pasangan dalam waktu sembilan bulan dan pada sekitar 90 persen pasangan suami istri dalam waktu satu tahun.

Ada data kesehatan reproduksi dari Departemen Kesehatan RI yang mengatakan pola yang terjadi selama bertahun-tahun di Indonesia adalah bahwa lebih kurang 10 persen pasangan suami isteri (pasutri) pernah mengalami problem infertilitas semasa usia reproduksinya. Diperkirakan setiap tahun bertambah dua juta pasangan infertil. Data yang ada juga menunjukkan bahwa 40 persen-45 persen penyebab infertilitas berasal dari pihak suami/pria, 45 persen–50 persen dari pihak isteri/wanita, sedang 5 persen-10 persen tidak dapat dipastikan penyebabnya.

Sebagai pihak yang praktis selalu ‘dipermasalahkan’ dalam hal reproduksi, perempuan telah menyikapinya dengan berbagai cara. Ukuran kebahagian bagi perempuan sangat relatif, apalagi dikaitkan dengan perkawinan. Jika kehadiran anak menjadi ukuran umum kebahagiaan pasangan suami istri, maka bagi mereka yang tidak dikaruniai anak bisa mencurahkan waktunya lebih banyak untuk kegiatan yang produktif.

Meskipun kebahagiaan bersifat relatif, kebanyakan perempuan merasa ingin mencapainya dengan cara apa pun. Jika dicermati lebih jauh, kebahagiaan adalah ilusi, di mana ia berada pada salah satu ujung dan ujung lainnya adalah kesedihan. Banyak orang yang berpikir bahwa mempunyai anak setelah menikah adalah kebahagiaan. Bagi kelompok ini, tidak memiliki anak merupakan sesuatu yang mencemaskan. Padahal, menargetkan kebahagiaan mungkin tidak akan pernah berhasil karena memang tidak ada batasnya. Apakah mempunyai anak adalah sesuatu yang membahagiakan? “Menggembirakan” sangat mungkin, tetapi “membahagiakan”, belum tentu juga.KOMPAS.com
Oleh Hermawan Kartajaya (Founder & CEO, MarkPlus, Inc)
bersama Nastiti Tri Winasis (Chief Operations, MarkPlus Insight)



Probiotik Baik Untuk Pencernaan

Probiotik akan membantu menjaga kesehatan usus yang lebih baik. Dengan probiotik pula, jumlah bakteri baik di dalam usus akan meningkat, sementara jumlah bakteri merugikan akan ditekan.

Tahukah Anda bahwa bakteri ada di mana-mana, bahkan di dalam tubuh kita? Bakteri bisa masuk ke dalam tubuh melalui berbagai jalan, misalnya melalui makanan yang kita asup sehari-hari. Bakteri sendiri sebetulnya merupakan organisme bersel satu yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Seperti juga makhluk hidup lain, bakteri membutuhkan makanan, air, dan suhu yang sesuai untuk hidup dan berkembang biak. Terkadang, mereka hidup damai dengan sesamanya, tetapi terkadang juga berperang untuk memperebutkan makanan dan tempat hidup. Sebagai ilustrasi, pada saat kondisi tubuh kita bagus, maka bakteri baguslah yang akan mendominasi, dan sebaliknya.

“Tempat yang paling nyaman buat bakteri adalah di dalam usus,” kata Deputy Director PR Science Yakult Indonesia, Jimmy Hariantono, Ph.D. , Tak heran jika jumlah bakteri di dalam usus kita pun sangat banyak, yakni 100 triliun! Bandingkan dengan jumlah sel tubuh yang “hanya” 50 triliun. Bakteri-bakteri ini hidup di membran mukosa, sebuah lapisan selembut beludru yang menempel di dinding usus.

Setiap makanan yang dikonsumsi manusia akan dicerna mulai dari lambung dengan bantuan asam lambung lalu diserap ke usus halus dan usus besar. Di usus besar makanan akan diserap dan sisa ampas akan dibuang sebagai tinja. Dalam usus besar, bakteri ‘baik’ seperti Bifidobacteria dan Lactobacillius akan menghambat perkembangan bakteri merugikan seperti Staphylococcus dan beberapa bakteri E. coli.

3 Kategori

Bakteri-bakteri tersebut terbagi ke dalam 3 kategori, yaitu kategori bakteri merugikan, bakteri oportunis, dan bakteri baik. Bifidobacteria adalah salah satu contoh bakteri baik di dalam usus. Mereka berperan membentuk ketahanan usus terhadap kolonisasi bakteri patogen/merugikan. Bakteri baik yang lain, adalah L.casei Shirota strain yang ditemukan tahun 1930 oleh Dr. Minoru Shirota dari Kyoto University Jepang.

Contoh bakteri merugikan antara lain Helicobacter pylori, yang sangat tahan terhadap asam. Bakteri ini banyak ditemukan hidup dalam lambung orang dewasa dan kini diketahui sebagai salah satu penyebab tukak lambung. Sementara bakteri oportunis cenderung mengikuti ke mana “arah” angin berhembus. Bila jumlah bakteri baik lebih banyak, ia akan ikut menjadi baik, sementara bila bakteri merugikan lebih banyak, ia pun akan berubah menjadi merugikan.

Perubahan keseimbangan antara bakteri ‘baik’ dan merugikan dalam tubuh akan menimbulkan gangguan kesehatan, seperti kembung, diare, konstipasi, dan lainnya. Penyebabnya, jumlah bakteri merugikan lebih banyak daripada bakteri baik di dalam usus, yang salah satunya bisa disebabkan oleh asupan yang tak terjaga higienitasnya sehingga tercemar bakteri.

Pentingnya Probiotik

Bagaimana caranya agar jumlah bakteri baik lebih banyak ketimbang bakteri merugikan? Salah satu caranya adalah dengan menjalankan gaya hidup (lifestyle ) yang baik, seperti cukup istirahat, makan gizi seimbang, cukup olahraga, serta mampu mengendalikan diri supaya tidak stres. “Ini akan membantu meningkatkan jumlah bakteri baik dan membawa kondisi tubuh kita tetap baik,” jelas Jimmy. Cara lainnya adalah dengan mengonsumsi probiotik yang mengandung L.casei Shirota strain.

Probiotik berasal dari kata probios, yang dalam ilmu biologi berarti untuk kehidupan. Probiotik adalah pangan yang mengandung mikroorganisme hidup yang secara aktif meningkatkan kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan flora usus jika dikonsumsi dalam keadaan hidup dalam jumlah yang memadai. Intinya, probiotik adalah pangan yang mengandung bakteri baik.

Konsumsi probiotik yang mengandung bakteri baik L.casei Shirota strain memberikan banyak keuntungan. Selain membantu menekan pertumbuhan bakteri merugikan di dalam pencernaan, juga membantu memacu bakteri baik agar bisa berkembang biak lebih banyak dalam usus, sehingga kondisi sistem pencernaan menjadi lebih baik. Pencernaan yang sehat akan memengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan. Probiotik juga membantu bakteri baik memiliki lingkungan yang lebih kondusif yang akan membantu menjaga kondisi tubuh.

Tombol On-Off

Asupan probiotik yang mengandung L.casei Shirota strain juga akan memberikan sinyal pada tubuh untuk selalu siaga menghadapi kuman yang hendak masuk ke dalam tubuh. Di permukaan usus halus, terdapat bagian yang disebut peyer’s patches yang berisi 20-30 kelenjar getah bening. Peyer’s patch ini mirip tombol on-off pada sakelar listrik. Ketika bakteri baik lewat dan “menyentuhnya”, maka peyer’s patch ini akan menginstruksikan ke tubuh supaya bersiap-siap bertahan melawan bibit penyakit atau kuman yang masuk dari luar. “Nah, sinyal ini akan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh, dari ujung kaki sampai ujung kepala. Kalau sel tubuh siaga, maka ia akan memproduksi sel-sel kekebalan tubuh,” lanjut Jimmy.

Probiotik yang mengandung L.casei Shirota strain juga tidak memiliki efek samping yang merugikan, meskipun dikonsumsi dalam jumlah yang banyak. Kalaupun konsumsinya berlebihan, probiotik akan dikeluarkan lewat kotoran atau tinja. “Probiotik juga baik dikonsumsi siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa,” kata Jimmy.

Foto: Fadoli Barbathully

Tips Agar Mudah Melahirkan

Bagi seorang ibu, proses melahirkan memang penuh perjuangan. Tapi dengan langkah tertentu, proses melahirkan bisa lebih lancar. Anda tentu bercita-cita demikian! Berikut langkah-langkahnya:
  1. Siapkan Bayi “Meluncur”. Posisi bayi siap “meluncur“ - kepalanya di bawah - membuat proses bersalin lebih mudah. Sejak kehamilan minggu ke-34, lakukan latihan ini: berlutut di lantai, membungkuk dengan bertumpu pada bola fitness atau kursi, sehingga posisi lutut lebih rendah dari bokong dan membantu bayi “turun”.
  2. Naik-turun Tangga. Ketika perut sudah semakin buncit, rasanya malas naik turun tangga. Padahal, asal dilakukan dengan hati-hati, naik turun tangga besar manfaatnya untuk membantu janin turun ke jalan lahirnya.
  3. Jaga Kesehatan! Konsumsilah makanan bergizi seimbang, habiskan susu, “lalap” suplemen dari dokter, cukup istirahat, namun jangan malas gerak badan. Jika sehat dan bugar, Anda bisa melalui proses persalinan dalam waktu lebih singkat.
  4. Pijat Perineum. Sejak minggu ke-34 kehamilan, rajinlah memijat perineum - daerah di antara vagina dengan anus, agar kawasan tersebut lebih lentur, siap membuka dan meregang, sehingga mengurangi perobekan saat bersalin. Gunakan minyak pijat esensial wheatgerm atau sweet almond. Lakukan pemijatan sebelum mandi pagi dan sore. Sesekali suami juga bisa membantu Anda memijat, lho!
  5. Melahirkan di Rumah. Di negara modern, kebiasaan ini kembali in, karena punya kelebihan, yaitu, calon ibu yang kehamilannya tidak bermasalah lebih familiar terhadap suasana rumahnya sehingga lebih tenang saat bersalin. Jika ragu bersalin di rumah, cobalah survey rumah sakit pilihan Anda
  6. “Belanda Masih Jauh”. Persalinan, khususnya anak pertama, biasanya berlangsung berjam-jam. Saat mengalami kontraksi awal, jangan keburu panik. Tetap tenang, telepon rumah sakit atau dokter karena mereka akan memandu Anda mengenali tanda-tanda vital persalinan.

  7. Tetap Aktif Meski Kontraksi. Serangan kontraksi menjelang persalinan memang semakin menjadi. Tak heran jika banyak ibu “menyerah” dengan cara meringkuk di tempat tidur. Yang baik bagaimana? Tetap aktif dengan berjalan-jalan di sekitar rumah sakit di antara jeda kontraksi dan istirahat saat kontraksi. Jaga posisi tubuh tetap tegak, agar bayi turun dengan lancar dan mempercepat pembukaan.
  8. Alat Pantau Medis. Salah satu kendala yang menyulitkan ibu tetap aktif menjelang persalinan terkadang adalah prosedur rumah sakit yang memasang alat pemantau di tubuh ibu sepanjang waktu. Misalnya alat pantau janin (Fetal Electronic Monitoring). Gara-gara alat itu, ibu “terikat” di tempat tidur, cuma berbaring dan tidak aktif.
  9. Tambah Energi. Proses persalinan menguras energi dan membuang banyak cairan tubuh. Karenanya, selagi menunggu pembukaan yang terkadang berlangsung berjam-jam hingga sehari penuh, pastikan Anda makan dan minum.

  10. Minum Teh Raspberi. Omong-omong teh, di negara barat raspberry tea ternyata dipercaya dapat membantu mempersiapkan kondisi rahim menjelang persalinan. Anda dapat mencobanya juga. Mulailah meminum teh raspberi - ada juga dalam bentuk tablet - mulai minggu ke-36 kehamilan sebanyak maksimal 4 cangkir sehari.
  11. Yuk, Coba Hipnoterapi! Hipnoterapi dipercaya membuat Anda lebih tenang dan siap menyambut kelahiran sang buah hati. Dalam program hipnoterapi, Anda belajar cara-cara menenangkan diri, teknik pernapasan, juga teknik visualisasi (membayangkan yang indah-indah). Saat ini, beberapa rumah sakit menyediakan fasilitas bersalin dibantu hipnoterapi, dipandu terapis khusus yang berperan sebagai mitra dokter.
  12. Posisi Jongkok. Kalau biasanya ibu melahirkan sembari berbaring atau setengah duduk, kini dicoba melahirkan sambil berendam di kolam air, dalam posisi berlutut tegak (tangan bertumpu pada tumpukan bantal, atau pada pegangan yang digantung di langit-langit kamar), berlutut dengan tubuh dibungkukkan dan kepala ditopang bantal (posisi sujud), atau jongkok. Pada ketiga posisi itu, posisi tubuh ibu tegak lurus sehingga bayi turun ke mulut rahim dengan lancar dan cepat. Konon, bersalin seperti itu juga mengurangi rasa sakit. Tertarik? Jangan lupa bicarakan dengan dokter.
  13. Bernafas Jangan Buru-buru. Menjelang datangnya kontraksi, hindari bernafas cepat-cepat dan pendek karena akan menjadikan Anda tegang. Tarik nafas panjang, rasakan oksigen yang Anda hirup masuk ke dalam tubuh dan menguatkan otot-otot. Kemudian, manakala Anda mengalami kontraksi, hembuskan nafas pelan dan dalam. Teknik bernafas ini dapat mengurangi nyeri karena otot-otot Anda lebih rileks.

  14. Curi Waktu Tidur. Menunggu pembukaan lengkap rasanya berabad-abad, Anda pun didera lelah. Cobalah tidur untuk mengembalikan enegi. Ketika bangun, niscaya Anda lebih segar, siap menghadapi kontraksi lagi.
  15. Efektif Mengejan. Ikuti irama tubuh saat mengejan. Jangan menahan sesuatu seperti ; nafas, tubuh (dengan mengangkat bokong), atau menahan dorongan mengejan itu sendiri sehingga tidak maksimal. Berikut ini teknik mengejan efektif. Begitu dokter menginstruksikan Anda untuk mengejan, tarik nafas panjang, mengejanlah dengan kuat sambil mengembuskan nafas (beberapa ibu cenderung menahan nafas sampai wajah membiru, akhirnya kehabisan nafas dan cepat lelah), kemudian istirahat sambil bernafas pendek-pendek lewat mulut. Dengarkan komando dokter. Begitu terdengar instruksi mengejan lagi, ulangi prosesnya. Dengan mengejan efektif, dibutuhkan kurang dari lima kali mengejan untuk melahirkan bayi.

Semoga sukses melahirkan dengan mudah dan lancar ....

Caesar : Cukup Bius Setempat

Bagi ibu hamil yang belum pernah melahirkan, mungkin bertanya-tanya. Apakah jika nantinya diharuskan dokter operasi cesar, apakah perlu bius total atau cukup bius setempat?

Pada operasi caesar biasanya dilakukan pembiusan setempat (anastesi spinal), bukan pembiusan umum. Penyuntikan untuk pembiusan ini dilakukan di antara ruas tulang belakang (lumbal). Pada saat operasi, pasien tetap sadar sebab hanya bagian perut sampai kaki saja yang tidak merasa sakit.

Kadang-kadang, setelah operasi pasien merasa sakit kepala karena kekurangan cairan. Untuk mengatasi hal ini pasien dianjurkan minum banyak cairan.

Mengenai frekuensi operasi caesar itu sendiri, selama ini belum ada kesepakatan berapa kali yang diperbolehkan. Hal ini tergantung pada keadaan sang ibu itu sendiri. Namun, dokter biasanya menyarankan dua kali saja.

Begitu pula usia untuk melahirkan caesar tidak dibatasi. Hanya saja, untuk kehamilan itu sendiri, mengingat kondisi ibu hamil dan hubungannya dengan kesehatan pertumbuhan janin, biasanya kehamilan dianjurkan terjadi pada usia di bawah 40 tahun.

Benarkah Wanita Gemuk Cenderung Caesar?

Normalnya, kenaikan berat badan ibu selama hamil berkisar 13-15 kg. Sebenarnya, bukan itu yang perlu jadi perhatian, tapi bagaimana laju pertumbuhan janin. Ini bisa dipantau melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Kenaikan berat badan ibu yang berlebih selama hamil bisa memicu terjadinya pre-eklampsia di trimester ketiga ditandai dengan naiknya tekanan darah disertai air seni yang mengandung protein dan terjadinya pembengkakan di wajah, tangan dan kaki ibu, kondisi ini berbahaya, kerena bisa menganggu pasokan oksigen dalam tubuh ibu maupun janin.

Pada wanita yang sudah kelebihan berat badan, maka kehamilan akan menambah lagi berat badannya. Itu sebabnya, bil janin sudah waktunya dilahirkan (436 minggi) , dokter bisa saja mengambil tindakan caesar dengan tujuan mencegah tekanan darah ibu terus meningkat. Selain itu, untuk ibu hamil dengan berat badan lebih dari 90 kg, memang cenderung sulit melahirkan secara normal.

Wanita gemuk juga cenderung memiliki bayi besar (lebih dari 4 kg) yang membuat proses kelahiran dengan jalan normal bisa berlangsung lama. Tindakan Caesar dipilih untuk mencegah komplikasi akibat proses persalinan yang terlalu lama tadi.

Tips Untuk Ibu Baru Supaya Tidak Stres


Kebahagiaan yang meluap karena hadirnya bayi tak jarang membuat ibu baru merasa tidak nyaman dan tertekan. Ia harus beradaptasi dengan jadwal rutin bayinya, sementara setumpuk pekerjaan rumah tidak bisa ditunda.

Masa-masa transisi ini memang melelahkan, tapi bisa Anda lalui asal Anda cerdik menyiasati masalah. Ayo berdamai dengan situasi ini, caranya:
  1. Perhatikan alarm biologis. Waspadai jika Anda merasa cepat lelah dan sedih, ini merupakan alarm biologis Anda menerima tekanan berlebih. Menurut psikolog, tekanan biologis ibu baru berasal dari kombinasi waktu istirahat yang kurang, pekerjaan yang bertambah, dan keterikatan melakukan pekerjaan-pekerjaan itu.
  2. Realistis dan susun prioritas. Sebagai sosok multi peran, seorang ibu cenderung ingin memberi yang terbaik bagi keluarga. Cobalah realistis dan susun prioritas. Sebagai ibu baru, sebaiknya Anda hanya mengerjakan yang penting, selain mengurus bayi.
  3. Berbagi tugas. Ibu biasanya paling tahu prioritas dan detil kebutuhan keluarga. Jadi, berlakulah sebagai manajer yang baik dan berbagi tugas. Ajak seluruh anggota keluarga berpartisipasi.
  4. Istirahat dan relaksasi. Seperti orang-orang di sekelilingnya, ibu juga butuh istirahat. Sesuaikan jadwal istirahat dengan rutinitas bayi, tidurlah saat bayi tidur. Untuk relaksasi, Anda bisa gunakan aromaterapi dan meditasi, serta olahraga ringan.
  5. Cukup gizi serta makanan yang lezat. Jangan telat makan karena kelelahan atau sibuk. Makanlah makanan yang rendah lemak, tapi kaya karbohidrat, atau makanan yang mengandung protein, agar dapat memicu produksi sejenis hormon di otak yang meredakan ketegangan.
  6. Mengobrol. Sediakan waktu untuk berhubungan dengan sahabat, bisa dengan bertemu langsung, melalui telepon, sms, atau email. Jangan sungkan berbagi pemikiran atau sekadar bercerita pada sahabat.
  7. Mengurus diri sendiri. Setelah sepanjang hari mengurus keperluan keluarga dan merawat bayi, sisakan sedikit waktu untuk diri sendiri sekalipun cuma 15 menit. Tak harus khusus, saat mandi pun bisa menjadi me time. Pilihlah aktivitas apa pun yang Anda suka untuk dinikmati sendiri.
Cobalah memandang peran baru ini dari sudut pandang yang berbeda. Jangan terpaku pada tugas merawat bayi selain tugas rutin lainnya. Nikmati masa ini sebagai awal hubungan Anda dengan bayi hingga ia dewasa.

Bayi Ngiler Terus, Kenapa Ya?

B ayi ngiler sering dikaitkan dengan ngidam yang tak kesampaian. Benarkah? Bagaimana pula dengan tumbuh gigi? Hati-hati, lo, ngiler juga bisa merupakan gejala penyakit.

"Pasti, deh, waktu hamil ngidam nya enggak keturutan. Makanya, anaknya jadi ileran terus." Begitu, kan, komentar yang sering kita dengar?

Padahal, seperti dikatakan dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A, tak ada satu pun kepustakaan yang mendukung penyebab bayi iler an adalah ngidam nya ibu yang tak kesampaian. "Masalah ngidam pun sebenarnya bukan 'masalah internasional', tapi lebih pada kekhasan yang dimiliki kultur Indonesia. Jadi, cuma Indonesia yang mengenal istilah ngidam," tutur dokter spesialis anak pada RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.

Ngidam , menurutnya, mungkin merupakan refleksi bawah sadar yang biasanya dapat dicari solusinya, karena mengidam bisa jadi ada latar belakang psikologisnya. Itulah mengapa, Waldi berpendapat, tak ada kaitan antara ngiler nya bayi dengan ngidam nya ibu yang tak kesampaian. Jadi, Bu-Pak, anggapan tersebut cuma mitos belaka.

TAK TERTELAN

Ngiler , terang Waldi, biasanya disebabkan produksi air liur yang berlebihan. Ini terjadi ketika air liur "terbit" karena kita melihat makanan yang nikmat atau mengundang selera. "Jadi, air liur yang jumlah sebenarnya cuma beberapa ml akan bertambah." Bahkan, secara ekstrem -seperti dalam filem kartun- keluar meleleh di sudut bibir. Hal ini normal saja. Bukankah bila kita melihat makanan yang mengundang selera akan terasa bertambah air liur sehingga timbul rasa lapar?

"Ini sudah terjadi secara otomatis karena salah satu tujuan ngiler adalah menyiapkan suasana di mulut agar makanan dapat dikunyah dan diproses dengan lebih baik," lanjut Waldi. Tapi ngiler yang demikian tak berlaku bagi bayi, lo, karena bayi belum memiliki selera. "Bayi cuma punya refleks mengisap dan menelan." Jadi, kalau bayi lapar, ia tak akan mengeluarkan air liur tapi "cengeng". Lapar atau tidak, ia akan langsung mengisap sesuatu yang berada dekat mulutnya.

Refleks ini tergolong refleks primitif untuk membuat bayi tetap bertahan hidup. Dengan demikian, jika bayi ngiler tanpa sebab, apalagi pada bayi baru lahir, yang harus kita curigai bukanlah dia ngiler lantaran mau makan tapi karena air liur, yang diproduksi oleh kelenjar air liur, jangan-jangan tak dapat melalui jalan semestinya. Karena, terang Waldi, air liur sebenarnya secara alamiah tetap diproduksi dari waktu ke waktu, "tapi tentunya dengan produksi yang tak berlebihan."

Selain itu, air liur yang normal tak akan kelihatan keluar. Bila air liur sampai keluar berarti enggak normal. Dalam bahasa lain, penyebab ngiler yang kedua ialah produksi air liur normal namun tak dapat tertelan sehingga meleleh di sudut bibir. Jadi, waspadalah, Bu-Pak, bila si kecil ngiler lebih banyak dari biasanya. Jangan-jangan air liur yang diproduksi normal itu tak dapat masuk ke dalam kerongkongannya.

FAKTOR BAWAAN

Pada bayi baru lahir, menurut Waldi, penyebab ngiler yang berbahaya adalah kerongkongan yang tak terbentuk atau tersumbat secara bawaan. "Bila seharusnya air liur diproduksi secara teratur lewat kerongkongan masuk ke lambung namun si bayi tak dapat melakukannya, berarti pada waktu lahir, kerongkongannya enggak beres," jelasnya.

Memberikan minum pada bayi yang demikian bisa membuat air minum masuk ke jalan yang salah dan fatal. Sayang sekali sampai saat ini tak diketahui persis mengapa ada bayi yang kerongkongannya tak terbentuk sempurna, sehingga mustahillah kita mencegahnya. Operasi merupakan jalan terpilih. Bahkan, kadang potongan kerongkongan itu harus disambung dengan bagian tubuh yang lain karena bagian yang tersumbat atau tak terbentuk cukup panjang.

Disamping faktor bawaan, anak yang mengalami gangguan saraf pusat juga akan sering mengiler karena refleks menelannya tak baik. Biasanya terjadi pada anak yang juga menderita retardasi mental. "Koordinasi otot mulut yang tak baik mengakibatkan refleks menelan yang seharusnya otomatis teratur jadi terganggu, sehingga membuatnya sering ngiler ," terang Waldi. Umumnya ngiler pada anak retardasi mental akan terbawa hingga dewasa.

Lain hal bila si anak tak mengalami retardasi mental namun ngiler, berarti ada sebab lain yang harus dicari. Soalnya, tutur Waldi, produksi air liur yang berlebihan sebenarnya jarang terjadi. "Seringnya malah penyakit yang menyebabkan berkurangnya air liur." Misalnya, orang yang mengidap penyakit mumps atau gondongan. "Gondongan menyerang kelenjar air liur di pipi dan menimbulkan peradangan yang mengganggu aliran air ludah. Akibatnya, mulut jadi kering. Jadi, jumlah air liurnya malah berkurang."

RADANG DAN SARIAWAN

Pada bayi, terang Waldi lebih lanjut, ngiler bisa terjadi karena ada radang di tenggorokannya, yang membuatnya merasa sakit bila menelan. Akibatnya, menelan merupakan proses yang menyakitkan buatnya sehingga air liurnya pun keluar, jadilah ngiler. "Jadi, kalau bayi sakit tenggorokan, ia tak akan mau menelan air ludahnya.

Nah, kalau air ludahnya saja sudah tak mau ditelan, apalagi minuman dan makanan yang disuapkan kepadanya," tuturnya. Hal yang sama juga akan terjadi bila bayi mengalami sariawan. Baik radang tenggorok maupun sariawan, penyebabnya infeksi. Khusus sariawan, bisa juga karena terluka.

Namun pada bayi, sariawan karena terluka jarang terjadi, lebih sering menimpa anak yang lebih besar; misalnya, karena sikat gigi atau lidahnya tergigit sehingga timbul luka yang lalu menyebabkan sariawan. "Pada bayi, sariawan lebih banyak disebabkan infeksi jamur," terang Waldi kemudian. Misalnya, pemakaian dot kurang bersih sehingga jamur yang ada di dot pindah ke mulut, atau karena pemakaian obat antibiotika yang lama.

Terjadilah apa yang disebut sebagai oral thrush , yaitu sariawan besar-besaran, yang tak menyerang satu tempat tapi menyeluruh. "Otomatis bayi tak bisa minum dan makan karena seluruh bagian mulutnya sakit. Bayi pasti rewel karena kelaparan dan kesakitan." Jadi, Bu-Pak, kalau si kecil ngiler terus sampai ogah minum dan makan, ini merupakan tanda rawan. Segeralah periksakan ke dokter, mungkin ia mengalami sariawan atau malah radang tenggorokan.

TUMBUH GIGI

Tentu saja, tak semua ngiler berarti ada penyakit, lo. Misalnya, bayi yang sedang masanya mengigit-gigit segala macam barang, otomatis akan sering ngiler . "Menggigit mainan secara otomatis akan mengeluarkan air liur karena ia mengunyah. Gerakan otot rahang akan membuat air liurnya berlebih," jelas Waldi.

Jadi, normal saja. Begitupun kala bayi tidur dengan posisi miring atau tengkurap dan mulutnya terbuka, ia akan mengiler. Jangankan bayi, orang dewasa juga begitu, kan? Tapi dalam hal ini, ingat Waldi, yang perlu diwaspadai pada bayi bukanlah ngilernya melainkan tidur dengan mulut terbuka, karena bisa saja hal itu menunjukkan bayi mengalami masalah di hidungnya. Apalagi, bayi biasanya tidur dengan mulut tertutup.

Nah, masalah yang paling sering terjadi yang membuat mulutnya terbuka adalah pilek atau influenza. "Bagaimana bisa bernapas dengan enak kalau hidung tersumbat penuh ingus?" ujarnya. Memang, lanjutnya, bayi akan bernapas melalui mulut, tapi pilek, kan, juga membuat semuanya terganggu; bayi akan rewel karena sulit minum sambil bernapas lewat mulut. Keluarga pun uring-uringan. Namun ngiler yang paling sering terlihat ketika bayi tumbuh gigi, karena gusinya terasa gatal.

"Ini merupakan suatu mekanisme yang alamiah. Bukankah apapun yang merangsang mulut, termasuk gatal, biasanya akan memproduksi air liur? Jadi, normal saja kalau si bayi ngiler ," jelas Waldi. Apalagi, biasanya bayi akan mencari sesuatu untuk digigit karena rasa gatal tersebut, sehingga ngiler nya makin menjadi-jadi. Nah, sekarang sudah lebih paham, kan, Bu-Pak?

Faras Handayani

Baby Blues Sindrome

Perasaan limbung, bingung, tak berdaya, tak mampu mengurus bayi, terikat dengan bayi, sulit konsentrasi, kesepian, terkucil, dan mudah marah, adalah gejala sindroma baby blues. Kondisi ini biasa dirasakan hingga hari ke-14 setelah bersalin. Anda tidak sendirian, sebab 80% ibu baru mengalaminya.

Penyebab: Perubahan kadar hormon. Kadar hormon progesterone, sedangkan prolaktin dan laktogen (hormone pembentuk ASI) meningkat. Ini memicu depresi. Pada saat sama, kadar kortisol (hormon pemicu stress) naik hingga mendekati kadar depresi.

Kondisi fisik akibat mengurus bayi sangat menguras tenaga.
Kondisi psikologis dari ibu baru yang biasanya masih gugup menghadapi perubahan peran dan fungsi. Di satu sisi, ia bahagia menjadi ibu, di sisi lain khawatir, sehingga suasanA hati naik turun tak menentu.

Solusi:
  • Komunikasikan perasaan Anda kepada orang terdekat dan minta dukungan dari mereka.
  • Berkumpul dengan sesama ibu baru untuk saling berbagi cerita.
  • Undang teman makan siang atau main facebook, sehingga Anda tidak merasa terkucil.
  • Self healing dengan membaca buku-buku tentang pasca persalinan dan meditasi.
  • Berkonsultasi ke psikiater bila Anda bila Anda merasa baby blues mengganggu fungsi ibu yang harus segera mengurus bayi.
  • Berkonsultasi ke psikiater bila Anda merasa baby blues menganggu fungsi ibu, karena ada kemungkinan Anda ibu mengalami post partum depression.

Jangan Beri Sembarang Obat Pada Anak Sembelit

Tampaknya memang enteng. Tapi, hati-hati, lo, karena bisa berakibat kronis. Pengobatannya sampai berbulan-bulan. Ih, serem amat, ya!

Ma, perutku sakit sekali," keluh Adi pada ibunya. Setelah

diselidiki, ternyata sudah empat hari Adi engggak BAB (buang air besar). Ketika dicoba BAB, tinja yang keluar mengeras sehingga Adi kesakitan. "Oh, Adi sembelit, nih," komentar sang ibu, lalu diberilah obat tanpa berkonsultasi lagi pada dokter.

Begitu, kan, yang kerap kita lakukan kala si kecil mengalami kesulitan BAB (buang air besar). Kendatipun ia tak mengeluh sakit, tapi kalau sudah beberapa hari ia enggak BAB, kita langsung bingung dan cepat-cepat memberinya obat. Atau, kalau kita lihat ia sering mengedan karena tinjanya keras, kita pun buru-buru memberinya obat.

Padahal, memberikan obat tanpa konsultasi lagi merupakan tindakan yang kurang tepat. Soalnya, belum tentu benar si anak mengalami sembelit. "Bisa saja karena perutnya yang kosong sehingga ia tidak BAB selama beberapa hari," ujar dr. Badriul Hegar Syarif, Sp.A. Kalau tinjanya keras, boleh jadi lantaran ia kurang mengkonsumsi buah-buhan dan sayuran hijau.

TINJA SANGAT BESAR

Perlu diketahui, pola BAB anak sangat bergantung pada umur, pola makanan, dan kebiasaan anak. Sejumlah penelitian pada anak normal memperlihatkan pola BAB yang cukup bervariasi. "Frekuensi BAB pada minggu-minggu pertama kelahiran dapat mencapai lebih dari 4 kali sehari, karena bayi belum memiliki beberapa enzim pencernaan yang cukup," tutur Hegar. Setelah itu, menurun jadi 1-2 kali sehari pada umur 4 tahun. "Ada juga yang menyebutkan 95 persen anak berumur 1-3 tahun mempunyai pola BAB setiap dua hari," ujar staf pada Sub. Bag. Gastroenterologi Anak FKUI/RSUPN Ciptomangunkusumo, Jakarta, ini.

Jadi, tak benar jika selama ini kita beranggapan BAB normal harus terjadi minimal sekali sehari. Nah, pada sembelit atau konstipasi istilah kedokterannya, terang Hegar, ada 3 hal penting yang harus diperhatikan, yaitu frekuensi BAB, konsistensi atau bentuk tinja, dan keadaan klinis. Gejalanya, BAB kurang dari 3 kali seminggu, rasa nyeri saat BAB, rektum terisi penuh oleh tinja yang keras, atau teraba massa tinja pada dinding perut.

"Jika ditemukan minimal satu gejala tersebut, maka bisa dikatakan si anak mengalami konstipasi." Gejala lain yang juga sering dijadikan patokan adalah BAB dengan tinja yang sangat besar setiap 7 hari sekali dan enkopresis (kecepirit) , yaitu keadaan dimana pengeluaran tinja sedikit-sedikit berbentuk cair akibat konstipasi yang telah berlangsung lama.

AKUT DAN KRONIS

Kendati dengan mengenali gejalanya saja bisa diketahui anak mengalami sembelit, namun pemeriksaan secara klinis tetap diperlukan untuk memastikan keluhan yang disampaikan orang tua memang benar suatu konstipasi atau bukan. Soalnya, terang Hegar, anak yang menderita konstipasi berat dapat memperlihatkan BAB cair yang keluar sedikit-sedikit, namun setelah dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan massa tinja di dinding perut dan rektumnya.

Sebaliknya, "bayi yang minum ASI dapat saja memperlihatkan pola BAB yang jarang, tapi pada pemeriksaan dinding perut dan rektumnya tak ditemukan massa tinja. Keadaan ini tak dapat disebut sebagai konstipasi." Lagi pula, walaupun sembelit bisa dibilang tak terlalu berat, namun juga tak bisa dianggap sepele karena sembelit ada yang bersifat akut dan kronis. "Dikatakan konstipasi akut bila keluhan timbul selama 1-4 minggu.

Sedangkan konstipasi kronis, keluhannya berlangsung lama, lebih dari sebulan," terang Hegar lagi. Pada konstipasi akut, lanjutnya, pengobatan biasanya cuma perlu beberapa hari saja. Tak demikian halnya dengan konstipasi kronis, "pengobatannya berlangsung lama. Bahkan, ada yang sampai berbulan-bulan, lo." Selain itu, bila pengobatan sederhana yang dilakukan tak memberikan respon, perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan mental sebagai penyebab keadaan konstipasi. Jadi, jangan anggap enteng sembelit, ya, Bu-Pak!

INTERVENSI DIET

Sayangnya, ujar Hegar, kebanyakan orang tua membawa anak ke dokter pada keadaan yang sudah lanjut. Sudah gitu, si orang tua ingin anaknya sembuh dalam sehari. "Ya, enggak bisa, dong, karena penanganannya sangat tergantung pada penyebabnya." Misalnya, jika ditemukan kelainan anatomi, maka koreksi kelainan secara dini sangat diperlukan. Bila penyebabnya stres, maka diupayakan untuk menghilangkan faktor yang diduga sebagai penyebab stresnya.

Yang jelas, bila penanganan diberikan secara tepat, biasanya keluhan akan berlangsung ringan dan sebentar. Namun tentunya dengan catatan, keadaan konstipasinya belum lama. "Tapi kalau orang tua membawa anaknya ke dokter setelah kejadian berlangsung lama, ya, penangananya jadi lebih sulit," bilang Hegar. Sebagai langkah awal dan utama yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi sembelit pada anak ialah intervensi diet.

Berikan makanan mengandung tinggi karbohidrat yang tak dicerna (glukosa polimer), seperti sereal dan beras; tinggi serat (fiber), seperti, buah-buahan (pepaya, jeruk, alpokat) dan sayuran hijau. "Pisang sebaiknya tak diberikan selama mengalami sembelit karena mengandung bahan pektin yang dapat menyebabkan tinja lebih keras." Sedangkan biji selasih sebagaimana sering dianjurkan oleh orang-orang tua, menurut Hegar, boleh saja karena juga mengandung fiber. Lebih tepat lagi bila diberikan cairan lebih banyak, minimal 1,5 liter per hari. Pada keadaan tertentu, seperti terabanya massa tinja di dinding perut atau rektum, anak dapat diberikan pencahar. "Namun penggunaan pencahar sebaiknya dalam pengawasan dokter," tukas Hegar. Pasalnya, jenis, lama, dan dosis pencahar yang diberikan sangat tergantung dari berat ringannya konstipasi. Pencahar dapat diberikan melalui oral (mulut) atau anus.

Pemberian melalui anus biasanya pada keadaan yang lebih berat, dimana tinja tersebut harus segera dikeluarkan setelah dengan pemberian oral atau diet tak menunjukkan hasil. Tak jarang para ibu mengolesi rektum anak dengan minyak kelapa atau baby oil. Menurut Hegar, boleh-boleh saja. Hanya perlu diperhatikan, ada anak yang memiliki kulit sensitif sehingga pemberian minyak bisa menimbulkan iritasi. Kendatipun tak iritasi, sebaiknya jangan terlalu sering. Ingat, lo, Bu-Pak, sembelit bisa bersifat kronis. Poeguh/nakita

Riesnawiati (Artha Ariadina)

Obsesi Perempuan: Ingin Anak Sukses dalam Pendidikan



Ada suatu fenomena yang menarik bahwa salah satu kekhawatiran perempuan (dalam hal ini ‘Ibu’ – menikah dan mempunyai anak) adalah masalah pendidikan anak. Hal ini ditunjukkan oleh data survey MarkPlus Insight pertengahan tahun 2010 di mana sebanyak 10,5 persen dari sejumlah 1.301 perempuan Indonesia di kota besar khawatir terhadap masalah pendidikan anak mereka. Bila ditelaah lebih jauh, perempuan single parent mempunyai kekhawatiran terhadap masalah pendidikan anak yang jauh lebih tinggi dibanding perempuan dengan pasangan yang masih hidup. Mengapa pendidikan menjadi concern mereka?

Idealnya, pendidikan anak menjadi tanggung jawab suami dan isteri. Bahkan, mayoritas hasil riset mengenai pendidikan anak menunjukkan bahwa anak yang dididik secara bersama-sama oleh ayah dan ibunya (dalam hal ini porsi tanggung jawab suami dan isteri adalah sama) menunjukkan perkembangan aspek kognitif maupun emosi yang optimal dibanding hanya dididik oleh salah satu orang tua atau oleh kedua orang tua tetapi dalam porsi yang tidak seimbang.

Perempuan dan laki-laki ibarat “Yin” dan “yang”. Apabila kombinasi Yin dan Yang berada dalam persentase yang sepadan, maka akan tercapai suatu keseimbangan. Salah satu akan menutup kekurangan dari yang lain.

Namun demikian, fenomena saat ini menunjukkan adanya peran Yin yang lebih dominan dibanding Yang. Dari angka 100 persen, saat ini hanya ditemukan sekitar 30 persen saja anak yang dididik secara seimbang oleh ayah ibunya (seimbang antara Yin dan Yang); sementara 20 persen lainnya pendidikan anak didominasi oleh ayah (Yang); dan ironisnya 50 persen pendidikan anak didominasi oleh ibu (Yin). Mengapa porsi pendidikan anak bagi perempuan menjadi begitu besar? Adakah hal ini berhubungan dengan kekhawatiran mereka apabila anaknya gagal dalam pendidikan kemudian akan gagal dalam menghadapi kehidupan di masa mendatang? Bagaimana dengan laki-laki?

Bila kita tanyakan, mengapa kelompok laki-laki alias ”Yang” kurang ‘interest’ terhadap masalah pendidikan anak? Kebanyakan dari mereka merasa terlalu sibuk untuk memikirkan urusan pendidikan anak, sehingga mereka pasrah begitu saja kepada perempuan. Ada juga yang berdalih kewalahan menghadapi sikap anak yang tidak bisa dihandle dengan baik. Alih-alih urusan memarahi anak menjadi urusan perempuan juga.

Perempuan menikah dan mempunyai anak (baca: ibu) di Indonesia meletakkan prioritas pendidikan untuk anak-anaknya begitu tinggi. Lalu apa implikasinya? Yang jelas perempuan yang merupakan para ibu di Indonesia kemudian cenderung tidak price-sensitive dan lebih berorientasi pada kualitas kalau sudah memutuskan pendidikan untuk anak-anaknya. “Pendidikan adalah modal utama bagi penerus kami untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah,” kata beberapa perempuan saat diwawancara.

Mengapa masa depan yang cerah bagi anak-anaknya begitu penting? Ya, kembali lagi adalah pada perubahan nasib. Perempuan akan bangga jika anaknya sukses dalam pendidikan dan syukur-syukur jika bernasib lebih baik dibanding orang tua mereka.

Dalam konteks mendidik anak, yang tak kalah penting bagi perempuan adalah aspek child enrichment alias pengembangan diri si anak. Seorang perempuan menikah (baca: ibu) menginginkan anaknya tumbuh menjadi pintar, sukses dan juga bahagia.

Kebutuhan ini ditangkap secara cerdas oleh produsen berbagai produk yang dalam kegiatan komunikasinya menonjolkan aspek “jaminan kesehatan” dan “jaminan kebahagiaan”.

Sudah bukan rahasia lagi apabila banyak produk yang ditujukan untuk anak-anak melalui pendekatan yang menyentuh sisi emosi ibunya. Di sini produk yang ditujukan untuk anak kemudian seolah-olah harus memiliki dua selling points, yaitu harus dapat menjamin kesehatan/keselamatan anak-anak dan juga dapat membuat mereka bertambah cerdas dan bahagia. Jika seorang Ibu membeli mainan yang juga mendidik maka dia akan merasa bahwa telah melakukan sesuatu yang berharga bagi anaknya.
Menarik untuk mengamati fenomena maraknya pertumbuhan homeschooling (Sekolah Rumah) di Indonesia.

Meskipun masih menimbulkan pro dan kontra, sebagian perempuan di kota besar Indonesia (dan mungkin sebagian dari mereka pernah tinggal di luar negeri) sudah mulai luntur tingkat kepercayaannya terhadap institusi pendidikan formal di luar rumah.

Mereka mulai melirik potensi homeschooling bagi pengembangan kognitif dan emosi anak-anak mereka. Selain kurikulum bisa diatur sendiri sesuai kebutuhan, orang tua juga bisa secara langsung melakukan pengawasan dan memastikan bahwa si anak tidak bosan dengan aktivitas mencari ilmu yang mereka lakukan setiap hari di rumah. Kelas sudah bukan lagi merupakan bangunan dengan segala peraturan yang ketat. Kelas dimaknai lebih fleksibel sebagai suatu ruang yang tidak dibatasi oleh waktu dan si anak memiliki kebebasan mengatur dirinya sendiri.

Kegiatan homeschooling bagi perempuan dengan kesibukan tinggi di sektor publik dianggap sebagai alternatif cara mendidik anak-anak mereka secara efektif. Cara ini juga bermanfaat untuk mendidik anak-anak yang hanya berminat pada bidang keterampilan tertentu, atau anak-anak yang kurang berhasil dalam proses sosialisasinya sehingga ia memilih untuk belajar sendiri daripada belajar secara formal dengan teman-teman sebaya mereka seperti di sekolah.

Homeschooling
merupakan proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana yang kondusif, Tujuannya adalah agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.

Ada beberapa alasan mengapa para perempuan di kota besar Indonesia lebih memilih cara ini dibanding pendidikan formal di luar rumah. Melalui homeschooling jugalah pendidikan moral atau keagamaan bisa tersosialisasi lebih baik, lingkungan sosial dan tentunya suasana belajar yang lebih baik, selain memberikan pembelajaran langsung yang konstekstual, tematik, nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.

Perempuan secara kodrat diberikan kekuatan, yakni kemampuan pengendalian diri, kekuatan emosi, kepekaan sosial, komunikasi psikologis yang tidak terlalu menonjolkan logika. Perempuan bersedia lebih sabar dibanding laki-laki dalam menangani anak. Mereka mampu memberikan perhatian yang cermat terhadap kebutuhan anak-anak sekaligus dengan kepekaannya mampu menjadi benteng bagi keluarga. Bagi perempuan, tidak ada hal yang lebih membahagiakan dan membanggakan dibanding melihat anak-anak mereka tumbuh dan sukses dalam pendidikan.

“We may have thought our happiness had to be put on hold, but we still want it for our children. We try to pick the best preschool, feed them the healthiest food, arrange play dates and pretty much do everything we can to make sure they have all those things that happiness brings. But what if we're missing the point? What if there is a more direct route to assure our child's success and happiness in life? There is, and that's your own happiness,” demikian kesimpulan yang banyak dilontarkan oleh psikolog mengenai sumber kebahagiaan bagi perempuan.KOMPAS.com -

-------------------
Artikel ini ditulis berdasarkan analisa hasil riset sindikasi terhadap hampir 1300 responden perempuan di 8 kota besar di Indonesia, SES A-D, Usia 16-50 tahun, yang dilakukan bulan Mei - Juni 2010 oleh MarkPlus Insight berkerjasama dengan Komunitas Marketeers.

Tulisan 38 dari 100 dalam rangka MarkPlus Conference 2011 “Grow With the Next Marketing” Jakarta, 16 Desember 2010, yang juga didukung oleh Kompas.com dan www.the-marketeers.com

Oleh Hermawan Kartajaya (Founder & CEO, MarkPlus, Inc)
Bersama Nastiti Tri Winasis (Chief Operations, MarkPlus Insight)

'Lakukan' & 'Jangan' dalam Terapi Diet



Ingin menurunkan berat badan bukan berarti menyiksa diri, lho! Rencanakan dengan mengindahkan rambu-rambu diet.

Kerapkali ketika menjalani diet, kita tak paham apa-apa saja yang harus ada dalam daftar wajib konsumsi dan apa saja yang tak boleh dikonsumsi terlalu banyak. Begitu pula dengan jadwal makan yang baik. Siapa bilang menurunkan berat badan harus men-skip makan malam? Ternyata, melewatkan salah satu jadwal makan justru membuat pola makan menjadi tak terkontrol.

Dan, benarkah menghilangkan salah satu sumber zat gizi seperti nasi (karbohidrat) merupakan cara diet yang tepat?

Agar tak salah menjalankan terapi penurunan berat badan dengan diet, ikuti saran ahli tentang rambu-rambu dalam menjalankan diet.

DO’s

Berikut beberapa hal harus dipatuhi ketika menjalankan pengaturan pola makan (diet). Apa saja itu?

Disiplin pola makan:

Diet memang memiliki aturannya sendiri namun bukan menyiksa diri dengan tidak makan. Cara diet yang tepat adalah dengan mengikuti pola makan yang disarankan, misalnya makan lebih sering tetapi dengan kalori yang tetap terkontrol.

Olahraga teratur:

Berolahraga secara teratur dan rutin, minimal 3 kali seminggu dengan durasi 60-90 menit, dengan jenis olahraga yang utama adalah kardio untuk pembakaran lemak.

Smart Snacking:

Mengudap tidak dilarang dalam berdiet karena dapat mengontrol nafsu makan ketika tiba jadwal makan pokok (pagi-siang-malam). Tapi, bukan mengudap sembarangan dan semaunya, mengudap juga perlu direncanakan atau istilahnya smart snacking . Caranya, pilih snacking seperti cookies atau buah-buahan dengan kalori terkontrol.

Sertakan sayur:

Makan sianglah dengan komposisi gizi yang seimbang (protein, karbohidrat, lemak). Jangan lupa, sertakan sayur dan buah-buahan di dalam porsi makan siang Anda.

Rebus vs Goreng:

Gantikan menu yang digoreng dengan variasi menu yang dikukus, direbus, atau dipanggang. Hindari pula pilihan menu yang berkadar lemak tinggi, berkadar garam, maupun gula tinggi.

Air:

Cukupi kebutuhan air setiap harinya (minimal 8 gelas) untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.

Kelola stres:

Stres memang tidak bisa dihindarkan dari aktivitas sehari-hari, namun masih dapat dikelola agar tidak berakumulasi. Cobalah kelola stress dengan baik karena stress juga dapat mengganggu pola makan seseorang.

Cukup tidur:

Istirahat cukup 6-8 jam per hari. Mencukupi kebutuhan tidur juga secara tidak langsung mengatur pola makan yang baik dan teratur

DONT’s

Lantas, apa yang patut dihindarkan ketika menjalani diet. Berikut catatan penting yang patut Anda simak!

Makan berlebih:

Makan siang secara berlebihan apalagi dengan komposisi tak seimbang menjadikan kalori yang masuk ke tubuh jadi tidak terkontrol. Misalnya, makan siang hanya didominasi karbohidrat dan lemak, tanpa protein. Atau sebaliknya, tidak mengonsumsi karbohidrat sama sekali (menghilangkan nasi) namun didominasi lemak dan protein.

Men-skip bahan makanan tertentu:

Hanya mengonsumsi makanan dari kelompok makanan tertentu (misal: sayur-sayuran) tanpa mengonsumsi jenis makanan lain (misal: daging, nasi, susu) dapat mengakibatkan tubuh menjadi kekurangan nutrisi. Hasilnya, badan terasa lemas, kinerja tubuh pun menurun.

Men-skip jadwal makan:

Melewatkan salah satu waktu makan seperti makan malam maupun makan pagi rentan menjadikan asupan kalori pada waktu makan berikutnyaa tidak terkontrol.

Tidak makan buah atau sayur:

Porsi buah dan sayur sangat sedikit atau bahkan terlupakan pada waktu makan dapat mengganggu kesehatan saluran cerna tubuh. Salah satu risikonya, dapat membuat sulit buang air besar.

Konsumsi suplemen pelangsing:

Tidak semua suplemen pelangsing efektif atau aman bagi kesehatan. Sebaiknya, konsultasikan dahulu pada ahli gizi sebelum mengonsumsinya. Ingat, tidak semua suplemen pelangsing yang beredar di pasaran aman bagi tubuh.

Laili Damayanti

Foto: Ahmad Fadilah

Narasumber : WRP Research Center

Banyak Keringat Pertanda Sakit Jantung?

Sering, kan, kita jumpai anak yang kepala atau telapak tangannya selalu berkeringat. Sampai-sampai si anak mengadu pada orang tuanya dengan kesal karena setiap kali menulis atau memegang sesuatu, telapak tangannya berkeringat. Habis dilap, keringat akan mengucur kembali.

Bahkan, ada anak yang tetap berkeringat meski berada di ruangan ber-AC. Akibatnya, orang tua terpancing dan menduga anaknya masih kepanasan, sehingga AC-nya dibuat lebih dingin dengan harapan anaknya enggak berkeringat lagi. Tapi, ternyata anak tetap berkeringat.

Nah, kebanyakan orang tua lantas menjadi cemas, "Jangan-jangan anak saya terkena penyakit jantung." Bukankah salah satu gejala penyakit jantung adalah penderita mengeluarkan banyak keringat?

DISERTAI GEJALA LAIN

Memang, seperti diakui Dr. Najib Advani, Sp.AK, MMed. Paed., keluarnya banyak keringat bisa merupakan gejala penyakit kronis, seperti TBC, Malaria, atau gagal jantung. "Tapi jangan dibalik, lo. Bukan banyak keringat yang mengakibatkan penyakit jantung, misalnya," tukas spesialis anak Konsultan Ahli Jantung Anak Bagian Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.

Keluarnya banyak keringat juga bisa ditemukan pada anak yang memang punya kecenderungan untuk alergi (atopi). Selain itu, tumor pada kelenjar adrenalin juga bisa menyebabkan banyaknya keringat yang keluar. "Tapi ini biasanya disertai dengan gelisah dan tekanan darah tinggi," tutur Najib. Anak dengan obesitas juga sering banyak mengeluarkan keringat, "karena lapisan lemaknya tebal, sehingga ia merasa panas terus," lanjutnya.

Penghentian pemakaian obat-obat tertentu, seperti obat penenang, juga bisa membuat anak berkeringat. "Kalau pemberian obat dihentikan, anak jadi gelisah. Akibatnya, keringat bercucuran." Kondisi lain, karena hipoglikemi (kadar gula darah dalam tubuh menurun), kondisi hipertiroid (kelebihan hormon tiroid), kekurangan vitamin B6, atau karena intoksikasi (keracunan) salisilat. "Salisilat adalah salah satu obat penurun panas. Jika dosis yang diberikan berlebih akan membuat anak banyak berkeringat."

Dengan demikian, kita patut curiga bila si kecil mengeluarkan banyak keringat disertai gejala-gejala lain, atau sebelumnya tak pernah berkeringat dan tiba-tiba di usia 2 tahun ia mengeluarkan banyak keringat dibarengi gejala-gejala lain.

Misalnya, anak banyak berkeringat dibarengi sesak napas, mungkin merupakan penyakit jantung. Atau, bayi yang enggak kuat menyusu; saat menyusu sebentar-sebentar berhenti dan berkeringat. "Kita harus curiga dan segera membawanya ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut," tukas Najib.

KONDISI YANG NORMAL

Jadi, Bu-Pak, jangan keburu cemas dulu, apalagi sampai panik bila si kecil mengeluarkan banyak keringat. Kalau memang tak ada gejala lain yang menyertainya, berarti banyaknya keringat yang dikeluarkan merupakan kondisi normal yang sering dijumpai pada anak. Terlebih lagi, kata Najib, pada kebanyakan kasus, banyaknya keringat yang keluar bukan lantaran penyakit atau kelainan tertentu. "Bisa saja memang bawaan anak begitu, sejak bayi memang sudah banyak atau gampang berkeringat."

Ada beberapa kondisi yang bisa membuat anak banyak berkeringat. Diantaranya, emosi. Misalnya, stres. "Ini bisa menyebabkan keringat yang keluar bertambah." terang Najib. Kondisi lain, mungkin pakaian yang dikenakannya terlalu tebal. Apalagi bila gerakan-gerakan fisiknya juga bisa membuat ia gampang berkeringat. "Anak yang sedang demam atau baru sembuh dari demam pun akan mudah berkeringat," tambah Najib.

Disamping itu, suhu lingkungan yang tinggi. Bukankah jika suhu lingkungan tinggi, maka suhu tubuh pun akan terpengaruh? Sehingga, secara mekanisme alamiah, keluarlah keringat. Jadi, normal, kan? Justru dengan keluarnya keringat, suhu tubuh akan turun. Badan pun jadi dingin karena keringat yang keluar akan menguap dan mengambil panas dari kulit.

Oh ya, spicy food atau makanan yang berbumbu, seperti lada atau cabe, juga akan semakin merangsang pengeluaran keringat. Enggak usah pada anak, kita saja yang dewasa jika mengkonsumsi makanan dengan kandungan lada atau cabe juga akan berkeringat lebih banyak dari biasanya. Iya, kan?

KURANGI FAKTOR PENCETUSNYA

Nah, sekarang udah lebih tenang, kan, Bu-Pak? Saran Najib, Ibu-Bapak tak perlu berprasangka yang bukan-bukan selama si kecil pertumbuhannya bagus dan enggak ada gejala-gejala lain yang menyertainya. Apalagi biasanya, semakin besar anak, kondisi ini juga akan semakin menghilang, kok.

Memang ada obat-obatan yang bisa mengurangi pengeluaran keringat untuk sementara waktu. "Tapi, begitu pemakaian obat dihentikan, anak akan kembali berkeringat. Jadi, kita memang enggak anjurkan. Masalahnya, sampai kapan kita harus memberinya obat," tutur Najib.

Yang perlu diperhatikan justru mengurangi faktor-faktor pencetus banyaknya pengeluaran keringat. Misalnya, kalau sudah tahu si anak lebih mudah berkeringat, ya, jangan memakaikan baju tebal-tebal di siang hari bolong. Apalagi saat anaknya sedang beraktivitas di luar rumah. "Sebaiknya gunakan bahan yang menyerap keringat." Kemudian, hindari makanan pencetus, seperti yang mengandung lada dan cabe.

Pada anak obesitas, dianjurkan untuk mengurangi berat badan atau paling tidak pertambahan berat badannya dikurangi. Misalnya, diet; banyak makan sayur dan buah-buahan, hindari makanan yang berlemak dan berkabohidrat tinggi.

Pasti, deh, sekarang Bapak-Ibu sudah enggak khawatir lagi. Iya, kan?

Hasto Prianggoro

About

Diberdayakan oleh Blogger.