Laman

Jumat, 18 Februari 2011

Kreasi Botol Bekas Hasilkan Puluhan Juta Per Bulan


Bagi sebagian orang, barang-barang bekas yang sudah tidak bernilai dan teronggok sia-sia di tempat sampah bisa dijadikan ladang usaha yang menghasilkan uang, bahkan tak jarang uang yang didapat dari pemanfaatan barang bekas tersebut bernilai tinggi. Asalkan ada ide kreatif dan juga sedikit usaha.

Siapa bilang barang bekas tidak bisa berubah menjadi barang yang memiliki nilai seni tinggi, lihat saja Bob Novandy, lewat tangan kreatifnya ia menyulap botol plastik bekas menjadi lampu-lampu cantik beraneka ragam bentuk.
Bob mengawali usahanya pada Agustus 2003. Ide awal muncul saat melihat sang anak minum dan langsung membuang botolnya. Bob lalu mengambil pisau dan mulai membentuk botol menjadi lampion. Sejak saat itu, ia termotivasi terus berkarya sambil mencipta lapangan kerja.
Hanya butuh sejam bagi Bob untuk menyelesaikan satu lampu cantik. Sampai saat ini, dia sudah menciptakan ratusan model lampu. Dia mengaku bekerja di rumahnya di Jalan Jeruk Manis No.59, Kebun Jeruk, Jakarta Barat.
Harga lampion yang di jual Bob bervariasi tergantung ukuran serta detil hiasan. Bob mematok harga termurah Rp 35 ribu per unit. Sementara lampion ukuran besar yang dilengkapi ranting warna-warni, manik-manik, dan berkelap-kelip dijual hingga harga Rp 800 ribu per unit.
Rancangan lampu Bob memang unik-unik. Dia pernah menciptakan lampu kristal gantung dari pantat botol plastik minuman ringan. Sebanyak 287 botol, galon air mineral, dan kawat menjadi bahan dasarnya. Setelah selesai, lampu itu diberi lampu TL. Maka, pantat botol-botol plastik tersebut bersinar mirip pendaran kristal.

Botol-botol plastik bekas didapatkan Bob dari para pemulung. Hampir tiap hari ada saja pemulung yang mendatangi dirinya. ''Bisa botol air mineral besar atau yang gelasan,'' katanya.

Bob memang dikenal nyentrik oleh tetangganya. Saat ditemui dia mengenakan kemeja bermotif bunga-bunga khas Bali. Beberapa kancingnya sudah dilepas. Tentu saja hal itu bukan karena tidak punya baju. Dia mengaku baju tersebut adalah baju kesayangannya. ''Saya merasa gampang mencari ide kalau pakai baju ini,'' ujar mantan sekretaris pribadi Ketua Komisi I DPR itu.

Menurut dia, selain karena baju, inspirasi bisa datang sendiri. Ketika berhadapan dengan botol-botol plastik bekas, cat, gunting, atau lem, ide langsung muncul.
Tidak semua botol dipilih. Bob hanya mengambil yang masih mulus dan tidak penyok. Selain botol, beberapa pernik lain yang mendukung kreasinya adalah tempat oli, botol pembersih lantai, piala bekas, botol minuman dari beling, kayu atau vas bunga, hingga tutup obat pembasmi nyamuk.
Produk-produk daur ulang masih menjadi bisnis yang menggiurkan. Selain tidak perlu bermodal besar, bisnis ini hanya memerlukan kreativitas yang tinggi. Bob Novandy termasuk yang jeli melihat peluang ini.

Beberapa produk seperti lampions dengan berbagai macam ukuran, tirai-tirai rumah, miniatur kendaraan ia produksi sendiri dari tangannya yang sangat terampil. Ia mengaku, saat ini semua produksi lampions daur ulangnya diproduksi jika ada pesanan saja. Produksi lampionsnya setidaknya sudah menembus pasar Hongkong.

"Pasar yang saya incar seperti cafe, perumahan, lokasi kost dan lain-lain," kata Bob.

Saat ini semua pesanan yang ia perolehnya umumnya masih dari mulut ke mulut, semua penjualan produknya tidak melalui gerai khusus. Bagi pemesan yang berminat umumnya langsung mendatangi rumahnya di Kebon Jeruk.

Bob mengatakan dalam sebulan ia mampu memproduksi lampions hingga 300 unit dengan omset Rp 20 juta, ini terjadi jika  Bob sedang mendapat orderan penuh dari para pemesan.

"Bisnis ini untungnya gede, tapi ngggak rutin ordernya, misalnya Coca Cola salah satu pelanggan saya, yang membeli untuk dikirim ke Hong Kong," katanya.

Lulusan IISIP Jakarta tahun 1980 ini, mengakui untuk menghasilan produk-produk bernilai tinggi, ia hanya memerlukan bahan baku dari lapak-lapak pemulung. Harga bahan baku botol plastik bekas rata-rata Rp 4000 per kg atau sekitar 10 botol, yang bisa diolah menjadi satu produk lampions.

Bob yang mengklaim namanya dari kependekan  dari kata Bantu Orang Banyak (BOB) ini, tidak memerlukan modal besar untuk menjalankan bisnis ini. Hanya dengan bahan-bahan seperti pisau cutter, gunting dan cat, ia sudah bisa menjalankan bisnis ini.

"Sayangnya apresiasi masyarakat terhadap barang daur ulang masih menganggap remeh, mereka masih melihat bahan, bukan pada proses," katanya.

Kemampuan mengolah sampah ini ia juga turunkan kepada anak-anak sekolah dasar, Bob sempat mengajar di beberapa sekolah dasar di wilalayah Jakarta Barat. Pria yang suka mengutak-atik kata ini punya pandangan sendiri terkait makna kata Lampions yaitu berasal dari kepanjangan kata Langkah Alternatif Mengatasi Pengangguran Ikhlas Optimis Niat Sejahtera
Tahun 2006 lalu Bob mendapat proyek pesanan dari Taman Safari sebanyak 280 unit lampion dan 86 lampion lainnya untuk hotel yang berfungsi sebagai hiasan. "Waktu itu masih murah, dari 366 buah lampion harganya cuma Rp 6 juta. Saya ambil untung Rp 20.000 untuk setiap lampion," katanya.

Bob sering mendapat pesanan dari berbagai cafe dan restoran di Jakarta, bahkan tak jarang ia pun mendapat pesanan dari perusahaan-perusahaan besar. "Kalau pesanan banyak seperti itu saya bisa dapat omzet hingga Rp 11 juta dalam sebulan," kata Bob.

Ia mampu mengerjakan sekitar 350 buah lampion setiap bulannya, harganya bervariasi tergantung dari tingkat kesulitan pembuatan lampion dan ukuran lampion. Kisaran harga yang ia tetapkan berkisar Rp 35.000 sampai Rp 800.000. Lampionnya diberi lampu dan kaki untuk dudukan lampion. "Jika dilihat sekilas pada malam hari ketika lampu dalam lampion dinyalakan, orang sering mengira lampion ini berasal dari bahan kristal," katanya.

Menghasilkan prakarya seperti ini memang membutuhkan keterampilan tersendiri. Namun peralatannya begitu sederhana, hanya bahan utama berupa botol plastik bekas, lampu, kabel, alat pemotong dan piloks. Cara pembuatannya setelah botol dibersihkan, buat garis samar untuk jalur pemotongan baru dipotong sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah itu warnai dengan piloks dan pasang lampu serta kabel. lalu langkah terakhir membentuk lampion dari irisan-irisan yang telah dibuat. "Dalam sehari saya bisa membuat sekitar 15 buah lampion," ujarnya. (fn/tn/dt/knt) www.suaramedia.com

Bisnis Kreasi Bunga Dan Kulit Jagung

Hampir dipastikan, semua orang mengenal jagung. Tumbuhan jenis padi-padian dengan sejumlah lapisan pembungkus yang disebut kulit jagung. Bagi sebagian orang, kulit jagung ini mungkin tak bernilai apa-apa. Bahkan hanya jadi sampah. Di tangan Heri Darmawan, perajin asal Klaten, Jawa Tengah, kulit jagung atau klobot tidak dianggap sampah. Heri "menyulapnya" menjadi benda seni bernilai tinggi. Dengan bermodal semangat dan peralatan seadanya, warga Desa Jambu Kulon, Ceper, Klaten ini memulai kreasinya dengan menyetrika klobot hingga rata. Kemudian klobot digunting sesuai bentuk yang diinginkan.

Selanjutnya guntingan klobot ditempelkan satu persatu pada lembar fiber menggunakan lem hingga seluruh permukaan fiber tertutup. Proses selanjutnya adalah memasang fiber yang sudah ditempeli klobot jagung pada sebuah rangka bambu. Setelah selesai tinggal memasang dudukan lampu bohlam pada bagian bawah. Dan jadilah sebuah lampu unik dari klobot jagung.

Saat lampu kulit jagung dinyalakan terlihat sangat indah. Bagi yang baru melihatnya mungkin tidak akan menyangka bahkan tak percaya kalau lampu itu terbuat dari bahan yang biasanya dibuang, yaitu kulit jagung.
Harga jual kerajinan ini cukup mencengangkan. Tiap unit lampu klobot dijual antara Rp 150 ribu sampai 350 ribu rupiah tergantung model dan ukuran. Pemasaran lampu klobot sudah menembus berbagai kota di wilayah Indonesia, seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Bali. Bahkan sekarang sudah ada peminat dari Jepang yang mengambil sampel untuk dibawa ke negaranya.

Kreativitas tidaklah cukup tanpa kemauan. Seperti yang dilakukan Yayan, warga Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat, belum lama ini. Di tangan bapak satu anak itu, sampah kulit jagung disulap jadi kerajinan bunga hias yang bisa mendatangkan rupiah.

Peralatannya sederhana. Sediakan gunting, pisau cutter, serta lem bakar. Selain kulit jagung, ada juga bahan penunjang yang dipakai. Antara lain stereofoam, ranting kering, dan buah pohon suren sebagai penghias.

Caranya juga tidak sulit. Kulit jagung yang sudah diberi warna sesuai keinginan digunting mengikuti pola. Potongan-potongan pola kemudian disatukan dengan steples dan digabungkan dengan kelopak bunga dari sterofoam. Jangan lupa menghiasnya dengan biji pohon suren untuk membentuk mahkota bunga yang utuh.

Begitu juga dengan Laila Zulfaqar. Di tangan wanita berusia 50-an tahun ini, kulit jagung bisa menghasilkan pendapatan jutaan per bulan.

Berawal dari niat ingin memberdayakan masyarakat sekitar, istri M. Zulfakar, Lurah Bingai, Kec. Wampu, Kab. Langkat ini memulai usahanya. Dia membuat bunga dari kulit jagung. “Sebenarnya sudah lama saya menekuni handycraft, sejak tinggal di Yogya. Tapi saya ingin memberdayakan warga di sekitar tempat tinggal saya. Anak-anak putus sekolah dan ibu-ibu rumah tangga yang ingin menambah income,” ucapnya.

Laila, biasa wanita berjilbab ini disapa, menuturkan tidak mudah membuat kerajinan tangan dari kulit jagung. “Sangat rumit makanya harganya juga sedikit mahal,” ungkapnya. Proses pembuatan bunga kering dari kulit jagung diawali dengan memilih kulit jagung yang cukup umur (sekitar 3 bulan) untuk direbus.

Setelah itu, kulit dilepaskan satu persatu dari tungkulnya dan dipilah sesuai lembarannya. “Lembaran 1-3 adalah kualitas satu dan digunakan untuk daun bunga yang berwarna tua. Sedangkan lembaran 4-6 untuk warna yang lebih muda (cerah),” bebernya.

Kulit jagung yang sudah dipilah selanjutnya direbus dengan pewarna selama satu jam sampai warnanya terserap rata. Selama perebusan, kulit jagung harus dibolak-balik agar warnanya merata. Selanjutnya kulit jagung ditiriskan/dikeringkan tanpa sinar matahari. “Tidak boleh dijemur diterik matahari karena kulitnya akan pecah. Biarkan kering terkena angin,” terangnya. Kulit jagung yang telah kering sempurna selanjutnya disetrika dengan panas sedang. Langkah selanjutnya kulit jagung dilapis dua sebelum dipola. “Harus digandakan, kalau satu terlalu tipis dan mudah sobek,” jelas wanita bertubuh tinggi ini.

Kulit jagung yang sudah di-double selanjutnya dipola sesuai keinginan. Lalu diserut sesuai lengkung yang diinginkan. Proses terakhir merangkai bahan sesuai bentuk bunga. Selesai dirangkai, bunga diberi tangkai berupa kawat yang dibalut floral tape.

Bunga buatan Laila dapat bertahan hingga 3 tahun dengan syarat tidak terkena sinar matahari dan air. Ibu lima anak ini tidak hanya memanfatkan kulit jagung menjadi bunga kering tapi juga buah dan biji. “Bunga dan biji pun dapat dijadikan bunga kering tapi prosesnya cukup rumit,” ucapnya.

Buah dan biji yang digunakan adalah buah hutan yang banyak tumbuh di pinggir jalan. Seperti buah suren, mary gold (masyarakat Langkat mengenalnya dengan istilah bunga udel), buah pinus, biji akasia, buah rotan, buah mahoni, bola akar, pandan laut, buah anyang, biji asam, palem putri (hanya kulitnya), kacang koro, bunga rumbia dan masih banyak lagi.

Kini Laila memiliki 5 karyawan tetap. “Ada juga yang diantar ke rumah-rumah, tergantung pesanan,” cetusnya seraya mengatakan ada 15 orang mengerjakan bunga kering di rumah masing-masing. Meski belum memiliki galeri untuk memasarkannya, tapi sarjana Ekonomi Managemen ini mengaku kewalahan memenuhi permintaan konsumen.

Dalam sebulan omzetnya Rp.5 juta - Rp.10 juta. Bahkan 3 bulan menjelang lebaran, omzetnya mencapai Rp. 15 juta per bulan. Bunga kering yang dijualnya harganya sangat variatif, mulai dari Rp. 5.000 hingga Rp. 15 ribu per tangkai. Ada juga bunga kering yang sudah dirangkai dengan harga Rp. 100 ribu - Rp. 250 ribu.

“Produk saya ini masih home industri. Untuk pemasarannya sendiri nantinya akan ada galeri. Tapi sampai saat ini baru dari mulut ke mulut, soalnya permintaan konsumen tidak terpenuhi,” ujar wanita yang pernah bekerja di Save The Children ini. Sebenarnya, istri Pak Lurah ini dapat mengembangkan usahanya dengan menggunakan mesin sehingga hasil produksinya jauh lebih banyak.

“Saya ingin mengundang apresiasi masyarakat untuk mencintai kerajinan tangan ini,” tuturnya. Dengan kreatifitasnya, Laila membuka lowongan pekerjaan buat orang lain dan menambah pendapatan mereka. Saat ini Laila mengikuti pameran UMKM bergabung dengan stand Tan Collection di lantai I Plaza Medan Fair Jl. Gatot Subroto, Medan. Tertarik untuk mencoba? (fn/l2p/ps/Klik video liputan6.tv) www.suaramedia.com

Kreasi Daur Ulang Sampah Naik Derajat

Sampah plastik dari bekas kemasan serbuk minuman yang seringkali dianggap hanyalah sampah plastik tak berharga dan menjadi penghuni tempat sampah, ternyata bisa disulap jadi aneka bentuk benda bermanfaat. Di Pati, Jawa Tengah beragam kreasi unik dibuat mulai dari tas hingga dompet.
Inilah rumah Nurhayati di Desa Kaligoro, Kabupaten Pati Jawa Tengah dan dijadikan tempat usaha pembuatan tas dan dompet dari bahan sampah plastik bekas kemasan serbuk vitamin dan supplemen.
Di rumah ini setiap hari 2 karyawan terlihat tengah asyik dengan pekerjaannya masing - masing. Di antaranya memilah- milah bungkus plastik sachet bekas menurut corak dan ukurannya. Lembaran lembar plastik yang telah tertata dilapisi dengan kain. Bahan ini kemudian dilipat selanjutnya dijahit hingga membentuk pola yang diinginkan. Setelah menempelkan perikat pada kedua sisi, maka jadilah produk kerajinan tas yang siap dipakai.
Tas ukuran besar dijual 15 ribu rupiah, sedangkan dompet hanya 5000 ribu rupiah. Nurhayati mengaku pemasaran produknya sampai saat ini hanya menghandalkan cerita dari mulut ke mulut pelanggannya.
Meski demikian penghasilan Nurhayati dari penjualan tas dan dompet dari sampah plastik ini cukup lumayan. Karena selain bisa menghidupi 2 karyawan dia mengaku dapat mengantongi laba bersih antara 1 hingga 2 juta rupiah per bulan.
Kerja keras ibu-ibu ini ternyata mendatangkan hasil. Dengan karya unik dan perpaduan warna bagus akhirnya karya-karyanya habis terjual. Padahal pembeli baru dari sekitar kantor PPLH di wilayah Sanur. Memang ada lokasi penjualan lain seperti di acara seminar.

Tak mau kalah dengan Nurhayati, ketika mau dibeli, Ketut Merti, salah satu pekerja yang setiap hari ''ngantor" di PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) Bali tidak mengizinkan. ''Sekarang nggak ada yang bisa dijual. Ini semua contoh, jadi nggak bisa dijual. Pesan dulu ya, soalnya stoknya habis," jelas salah satu ''pejuang" peduli lingkungan ini.

Merti menjelaskan setiap model karya yang dibuat wajib disisakan minimal satu untuk dijadikan contoh berikutnya. Sehingga di PPLH ada contoh masing-masing karya mereka. Jika ada yang mau beli tinggal melihat contoh itu. ''Kalau mau beli banyak lihat contoh itu. Kalau belinya cuma satu-dua langsung dikasi, itu pun jika stoknya ada," sebut perempuan asal Belong, Sanur ini.

Terus siapa pembuat desain dan pencetus ide ini? Merti mengatakan yang memiliki ide awal membuat kerajinan tangan ini adalah Ketua PPLH Bali Catur Yudha Hariani. ''Namun sekarang ibunya (Catur) lagi ada urusan di Jawa. Beberapa hari lagi kemungkinan baru datang,'' sebut Merti.

Ketika dihubungi via selular, Catur mengulas, banyak jenis kerajinan sampah plastik yang dibuatnya. Mulai tas, topi, tempat pensil, tempat make up, tempat tisu, tutup galon air minum hingga bungkus tempat penghangat nasi. Start pengerjaan kerajinan ini tahun 2007 atau sudah berjalan hampir dua tahun. ''Saya sudah memulainya sejak tahun 2007. Awalnya tanpa melibatkan pekerja," sebut perempuan yang sudah lama memimpin PPLH Bali ini.

Saat memulai kerajinan ini, dia sendiri dan beberapa anak PPLH mendesain dulu bentuk-bentuk yang akan dibuatnya. Langkah berikutnya baru menjahit. Modal mesin waktu itu hanya satu. Setelah mendapat respons positif, mesin bertambah satu lagi menjadi dua. ''Awalnya kita-kita yang memakai karya kita sendiri. Kemudian banyak tertarik dan membelinya. Hingga sekarang saya masih memakai tas dari kemasan limbah plastik," sebut dia.

Seiring bergulirnya waktu, kerajinan tangan sampah plastik semakin banyak orang tertarik. Hingga akhirnya mempekerjakan dua orang untuk menjahit tas dan pernak-pernik ramah lingkungan itu. Dua orang juga kewalahan, akhirnya dikembangkan keluar dan mempekerjakan ibu-ibu di luar PPLH Bali. Sehingga terbentuk kelompok ibu-ibu Mawar Bersemi Sanur Kaja.

Mereka ini mengerjakan pesanan-pesanan dalam jumlah banyak. Tujuannya, selain bisa dijadikan barang menghasilkan, tujuan lainnya menunda sebuah barang menjadi sampah. Artinya, dari kemasan dan bungkus barang jika tak dimanfaatkan jelas langsung menjadi sampah. Namun jika dijadikan pernak-pernik dulu akan tertunda menjadi sampah dalam kurun sampai tas dan karya lain itu rusak.

Dengan kondisi ini otomatis akan mengurangi peredaran sampai plastik di lingkungan masyarakat. ''Tujuan utamanya dari kami adalah untuk penyelamatan lingkungan," kata Catur.

Lantaran sampah plastik memang menjadi ancaman bagi kehidupan lingkungan dan manusia, bahayanya adalah jika masuk ke tanah akan merusak struktur tanah, tanah tidak subur. Selain itu akan merusak dan mencemari air, membuat keruh dan tersedimentasi.

Kalau dibakar, plastik tidak akan pernah habis. Lantaran hasil pembakaran tetap akan menimbulkan lelehan yang menempel di tanah yang juga merusak tanah. Sedangkan asap pembakaran sangat berbahaya bagi manusia. Kadang polusi dan kadang pula mengandung racun dioxin yang bisa menimbulkan beberapa penyakit di tubuh manusia, termasuk kanker.

Selain tujuan untuk penyelamatan lingkungan, Catur mengatakan jika hasil karya dengan limbah plastik itu ternyata menghasilkan karya seni. Hingga membuat berani orang membeli sehingga bernilai ekonomis tinggi. ''Banyak hal keuntungannya, mulai yang mengumpulkan bahan baku hingga yang mengerjakan juga dapat keuntungan ekonomi lumayan," jelasnya dengan suara merdu dari balik telepon.

Dari keuntungan ini tentu bisa membeli peralatan yang lebih bagus di kemudian hari. Catur menyadari selama ini pengerjaan serba manual. Seandainya peralatan sudah lebih modern lagi, tentu pihaknya berani melakukan penawaran kerja sama dengan pihak lain.

''Terus terang pemasaran selama dua tahun ini belum bisa dalam jumlah banyak. Kami masih takut kerja sama dengan pihak lain untuk memasarkan kerajinan ini ke luar. Alat-alat kami masih manual," ungkap Catur sambil tertawa kecil.

Awal idenya dari mana? Perempuan yang katanya berperawakan centil ini menjelaskan awalnya dia berkunjung ke Jogja. Tepatnya di Desa Sakunan. Di sana ada kelompok ibu-ibu memanfaatkan limbah plastik untuk kerajinan. Hasilnya bagus. Kondisi ini menggugah Catur untuk mengembangkan di Bali dengan membuat kreasi-kreasi baru dan unik. ''Bahkan saya akan mengkreasikan nanti, limbah plastik bisa untuk tikar, lapis figura hingga payung," imbuhnya.

Walaupun karyanya ini bisa dipatenkan, agar tak ditiru dan bisa mendapatkan royalti jika ada yang meniru, Catur malah belum punya rencana untuk mematenkan. Tujuan awal memang untuk menyelamatkan lingkungan.

Catur justru ingin mengembangkan kelompok-kelompok ini sampai ke desa-desa. ''Tak akan kami patenkan, malah kami ingin semua ibu-ibu mau membuat dan memakai karya-karya semacam ini. Sehingga bumi ini tak terkubur sampah, betul nggak?" ucap Catur setengah bercanda.

Lain halnya dengan perempuan yang satu ini. Pemutusan hubungan kerja bukanlah kiamat bagi Ummah Daeng Ne’nang (48). Diberhentikan sebagai karyawan dari sebuah perusahaan rotan di Makassar, Sulawesi Selatan, tujuh tahun silam, justru membawa berkah baginya. Bagi Ummah, hal ini justru awal dari sebuah kehidupan yang lebih menjanjikan.

Saat itu, pada tahun 2005, terbuka jalan baginya untuk mendirikan Yayasan Peduli Pemulung. Belakangan, bersama sang suami, Abdul Rachman Nur (60), inisiatif mendirikan yayasan itu mengantarnya menekuni dunia usaha membuat tas dari sampah plastik yang digeluti teman-teman pemulung dari yayasannya.

Ide untuk membuat tas dari sampah plastik muncul ketika Ummah menonton acara keterampilan di salah satu stasiun televisi. Dalam acara tersebut, beberapa perajin memperagakan pembuatan tas memanfaatkan plastik bekas sabun cuci piring, kecap, minyak goreng, pelembut pakaian, ataupun mi instan. Ia kepincut karena doyan berketerampilan sejak kecil.

Kendati hanya bersekolah hingga kelas III SD, anak ke-2 dari tujuh bersaudara ini memiliki bakat yang paling menonjol dibandingkan dengan kakak dan adik-adiknya. Sejak usia lima tahun, Ummah mampu menganyam seperti yang sering dilakukan sang ibu. Ia pun selalu mengisi waktu luangnya saat masih bekerja di perusahaan rotan dengan menjahit baju boneka dari benang wol.

Ummah pun tidak menyia-nyiakan peluang mengolah sampah plastik itu. Ia meminta para pemulung yang menjadi anggota yayasannya untuk memasok sampah tersebut. Iming-iming upah Rp 3.000 per kilogram (kg) ternyata mampu menarik minat pemulung yang selama ini menganggap sebelah mata sampah plastik.

”Hal ini juga berdampak positif terhadap kondisi lingkungan karena sampah plastik sulit dimusnahkan,” tutur Ummah yang tinggal di Jalan Batua Raya XIV Nomor 12, Makassar.

Ia dan sang suami pun sepakat melabeli produk mereka, ”tas sayang lingkungan”, sesuai tujuan awal keduanya untuk berperan serta menjaga kelestarian lingkungan ketimbang mencari keuntungan dari penjualan tas.

Ummah kemudian menggaet beberapa tetangga untuk mencuci sampah plastik yang menumpuk di depan rumahnya. Untuk 1 kg sampah plastik yang dicuci, Ummah mengupah mereka Rp 2.000 per orang. Sampah plastik yang sudah kering lantas dijahit menggunakan mesin jahit yang dibeli Ummah dari uang hasil patungan dengan sang suami.

Demi kelangsungan pembuatan tas ini, Ummah menyulap rumah tipe 36 milik keluarganya menjadi tempat tinggal sekaligus kantor yayasan dan tempat produksi tas. Salah satu kamar tidur berukuran 3 x 4 meter persegi dijadikan Ummah tempat menjahit tas. Dalam pembuatan tas, Ummah dibantu dua perempuan mantan pemulung yang telah diajarkan menjahit.

Pada mulanya, Ummah membuat tas sekolah dan tas jinjing yang dijual seharga Rp 40.000 per buah. Dalam sebulan ia berhasil menjual sedikitnya 50 tas. Hal itu berkat kegigihan Ummah berkeliling instansi pemerintah ataupun permukiman untuk menawarkan tas buatannya. Kala itu, omzet yang berhasil diraih Ummah antara Rp 1,5 juta-Rp 2 juta per bulan.

Tiga bulan kemudian penjualan tas sempat menurun. Ummah pun mendapat masukan untuk memperbanyak model tas yang dibuat. Salah seorang temannya sempat memberikan hadiah buku berjudul From Trash to Trashion: 25 Kreasi Limbah Plastik (2009) karya Herianti untuk memperkaya wawasan dan kreasi Ummah.

Buku tersebut ternyata menginspirasi Ummah untuk membuat beragam jenis produk dari sampah plastik, seperti tas laptop, tas bepergian (travel bag), tas kerja (untuk map dan arsip), jas hujan (untuk anak-anak dan dewasa), celemek (pelindung tubuh saat memasak), dan dompet. Produk tersebut dijual mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 100.000 per buah.

Inovasi ini membuat Ummah semakin percaya diri menawarkan produk buatannya ke instansi pemerintah. Produk tas kerja bikinannya cukup diminati dalam sejumlah seminar yang diadakan pemerintah.

”Saya cukup sering menerima pesanan 100 hingga 200 tas kerja yang saya jual Rp 25.000 per buah,” kata Ummah. Sementara untuk produk lainnya ditawarkan melalui bantuan para pemulung yang merangkap menjadi ”sales” saat mencari barang bekas sehari-hari.

Ikut pameran

Penjualan yang semakin meningkat turut mendongkrak pamor produk dari sampah plastik buatan Ummah. Ia pun mulai mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pameran industri kecil dan pameran yang berkaitan dengan produk ramah lingkungan sejak dua tahun lalu.

Saat mengikuti pameran yang diadakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan, Ummah mendapatkan bantuan lima mesin jahit dari Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo. Hal tersebut dimanfaatkan Ummah untuk mengembangkan usaha.

Ia pun menunjuk delapan karyawan dari pemulung yang dibina ataupun warga sekitar tempat tinggalnya untuk mengerjakan beraneka tas plastik. Dalam sebulan mereka ditarget untuk menghasilkan minimal 500 produk. Tiap karyawan mendapat upah 30 persen dari setiap barang yang terjual.

Dengan mekanisme bagi hasil itu, Ummah mampu mengantongi omzet hingga Rp 3 juta sebulan. Jumlah itu bisa lebih besar apabila ia mendapat pesanan tas kerja untuk seminar yang diadakan pemerintah daerah setempat.

Kiprah Ummah di bidang usaha akhirnya mendapatkan kepercayaan pihak perbankan. Baru-baru ini ia memperoleh pinjaman modal usaha dari Bank Sulawesi Selatan sebesar Rp 20 juta. Dana tersebut rencananya akan digunakan Ummah untuk memperkuat kegiatan usaha mengingat hingga kini produknya belum memiliki pangsa pasar yang jelas dan pasti.

”Terkadang omzet saya bisa turun hingga Rp 1 juta sebulan karena minimnya bantuan dalam memasarkan produk,” ungkap Ummah. Dia berharap peran serta Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk memperkenalkan produk sampah plastik ini ke pasar nasional ataupun internasional.

”Saya yakin respons pasar luar negeri akan positif karena yang ditawarkan produk ramah lingkungan,” tutur Abdul Rachman. Sayangilah lingkungan dengan membeli ”tas sayang lingkungan” ala Ummah ini. (fn/id/jp/km) www.suaramedia.com

Bisnis Segarnya Sari Tebu


Perkembangan bisnis waralaba semakin menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Selain permodalan awal yang ringan, bisnis waralaba juga memiliki aneka jenis usaha yang saat ini diminati masyarakat. Dengan demikian keuntungan profit pun diyakini akan cepat didapatkan mitra bisnis waralaba. Salah satu jenis usaha waralaba yang saat ini tengah naik daun adalah minuman tebu. Selain mudah dan ringan dalam permodalan, minuman tebu yang segar dan manis juga tengah digandrungi masyarakat di Indonesia.
Pardiman dari waralaba Rajanya Tebu, mengatakan, bisnis waralaba minuman olahan tebu saat ini sangat menjanjikan bagi masyarakat yang ingin membuka usaha waralaba. "Sekilas memang bisnis ini sepele tapi sangat membooming. Mudah, simpel dan tidak perlu keahlian khusus. Cukup saham dan kemudian manajerial yang baik saja," kata Pardiman saat ditemui di International Franchise, License, Businnes Concept Expo (IFRA) 2010, di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta.
Menurut Pardiman, prospek bisnis minuman tebu yang menguntungkan dapat terlihat dari banyaknya usaha sejenis yang ada saat ini. "Rajanya Tebu ini boleh dibilang salah satu bisnis minuman tebu yang banyak ditiru. Sekarang ini banyak yang membuka usaha setipe, karena memang prospek bisnis ini sangat menguntungkan," tuturnya.
Untuk memulai bisnis minuman tebu, kata Pardiman, sangatlah mudah. Dengan hanya menyediakan permodalan awal untuk menjadi mitra bisnis Rajanya Tebu, mitra bisnis ini pun nantinya hanya melakukan manajerial dan pengawasan karyawan yang dipekerjaan.
Rajanya Tebu menawarkan empat jenis gerai bagi para calon mitra usahanya. Dari yang termurah berupa gerai gerobak kaki lima dengan modal awal Rp 18.500.000 hingga yang tertinggi berupa gerai motor roda tiga dengan modal awal Rp 39.500.000 . "Mitra usaha ini akan mendapatkan semua perlengkapan seperti mesin giling, gerobak atau sepeda motornya, sampai bahan baku batang-batang tebu yang kami pasok," ungkapnya.
Setelah bergabung menjadi mitra bisnis Rajanya Tebu, menurut Pardiman, para mitra bisnis hanya terikat kontrak untuk pengadaan bahan baku batang-batang tebu seharga Rp 8.000 perbatang. "Pasokan bahan baku selalu terjamin. Sejauh ini tidak ada kendala karena kami memiliki kebun tebu seluas 1.000 hektare di Jambi. Ini sangat mencukupi untuk pasokan semua mitra bisnis," kata dia.
Para mitra usaha Rajanya Tebu pun tidak perlu khawatir dengan permodalan tersebut. Pardiman mengatakan, rata-rata mitra bisnis Rajanya Tebu sudah kembali balik modal dalam tempo sembilan bulan. "Harga pergelas Rp 4.000. Dengan asumsi umum bisa menjual 80 gelas perhari, maka dalam satu bulan sudah mencapai keuntungan Rp 4.022.000," ujarnya.
Tingginya minat masyarakat akan bisnis minuman tebu terlihat dari tingginya mitra bisnis dari Rajanya Tebu. Pardiman mengatakan, hingga saat ini Rajanya Tebu sudah memiliki mitra bisnis hingga sekitar 800 gerai se-Indonesia. "Saat ini gerai-gerai kami tersebar di Jawa, Sumatra, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Agustus nanti kami juga akan segera membuka gerai di Malaysia dan Singapura," tutur dia.
Sebelumnya krisis global membuat sebagian masyarakat waswas. Jika perusahaannya terpengaruh, berbagai perkiraan buruk bisa terjadi. Gaji dipotong atau bahkan pemutusan hubungan kerja alias PHK.

Dalam situasi ini, berbagai peluang mulai dilirik. Tak terkecuali membuka usaha sendiri atau ikut berbisnis waralaba. Berbagai peluang waralaba ditawarkan dalam pameran International Franchise License Business Concept Expo Confrence 2009 (IFRA).

Ratusan bisnis waralaba ditawarkan IFRA. Mulai dari bisnis makanan, minuman, kosmetik, obat, barang elektronik, hingga minimarket, yang kini sedang marak di Indonesia. Peserta usaha franchise ini pun tidak hanya dari dalam negeri, melainkan juga negara tetangga.

Ketua Asosiasi Franchise Indonesia, Anang Sutandar mengatakan, selain untuk membantu mengurangi pengangguran, IFRA juga ingin mencoba memberikan arahan bagi masyarakat apabila ingin berwiraswasta dan menambah penghasilan. "Bahkan penghasilannya bisa melebihi gaji sebagai karyawan," kata Anang kepada PersdaNetwork di ajang IFRA, Jakarta.

Bergabung dalam usaha waralaba tidak selalu identik dengan modal tinggi. Dengan investasi sekitar lima juta rupiah, bisnis waralaba sudah di tangan. Berbagai bisnis makanan siap untuk disuntik modal mulai dari makanan khas Indonesia seperti bebek goreng, martabak, es tebu, siomay, bakmi hingga makanan khas luar negeri seperti pizza, kebab, atau hotdog.

Tersedia juga bisnis yang butuh modal hingga ratusan juta seperti toko elektronik, minimarket, laboraturium klinik bahkan usaha pada bidang pendidikan. "Waralaba ini adalah alternatif apabila seseorang memiliki modal cukup tetapi tidak tahu harus membuka usaha apa," jelas Anang.

Terlepas dari pameran ini yang hanya memamerkan kurang dari 200 bisnis waralaba, jelas Anang, masih banyak usaha franchise lain yang sebenarnya bisa digeluti. Perkembangannya di Indonesia bahkan terbilang cukup tinggi. Bila pada 2005 hanya ada 336 franchise, hingga pertengahan 2009 telah berlipat menjadi 1.010 usaha waralaba yang terdaftar, termasuk 260 franchise asing yang menyerbu Indonesia.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu sebelumnya mengatakan, franchise di Indonesia memang masih rendah dibanding dari negara lain. Ini karena kurangnya pemahaman masyarakat akan bisnis ini. "Pemahaman masyarakat masih kurang seperti membuat model usaha berkesinambungan dan menjaga agar mutu tetap konsisten. Selain itu perbankan juga masih kurang mendukung," tandasnya.

Meski demikian, jelasnya, untuk masa mendatang pihaknya akan terus berusaha untuk mengarahkan kepada berbagai pihak untuk mendukung agar bisnis ini semakin banyak dijalankan oleh masyarakat. Patut ditunggu.

Siapkan Dana Berjalan
Setiap usaha pasti akan memberikan risiko, demikian pula dengan waralaba. Selain harapan usaha maju dan merengkuh untung maksimal, usaha franchise pasti memiliki risiko untuk bangkrut.

Usaha tersebut akan sukses bila produk disukai konsumen, sehingga menarik banyak pelanggan. Namun risiko tidak dikunjungi pembeli sama besarnya. Beberapa alasan risiko tersebut bisa terjadi antara lain karena nama dagang atau pemiliknya yang belum terkenal. Ada juga karena tempatnya yang kurang strategis.

Bila salah memilih, boro-boro bisa untung. Harta milik keluarga pun bisa habis karena usaha ini. Karenanya, ada beberapa tips untuk memulai langkah usaha waralaba.

Untuk permodalan, pengusaha harus memiliki dana atau pendapatan keluarga yang cukup untuk  menanggung biaya keluarga selain untuk modal usaha agar bisnis waralaba tidak terganggu. Sebelum memulai usaha yang besar, sebaiknya memulai dengan usaha yang kecil agar tahu benar risiko-risikonya. Dan bila berhasil, usaha yang kecil itu pun bisa ditingkatkan menjadi yang besar.

Yang paling penting adalah tidak menggunakan seluruh anggaran untuk dana investasi. Hal ini dilakukan sebagai persiapan apabila membutuhakan dana berjalan pada masa-masa selanjutnya. (fn/km/tj) www.suaramedia.com

Terarium, Taman Cantik Dalam Kaca

 
 sumber foto : kaskus

Kreativitas memang tak boleh ditawar lagi apalagi jika menyangkut urusan penghijauan. Salah satu cara kreatif untuk menyiasati adalah membuat taman cantik di lahan sempit. Namanya terarium atau seni membuat taman di dalam kaca. Bahan untuk membuat tetarium gampang dibuat. Di antaranya kompos, moss, arang kayu, pasir dan batu warna, atau kerang. 

Pada perkembangannya terarium bisa dijadikan hadiah, suvenir atau membuat penghijauan di ruang tidur, ruang makan, atau kamar mandi. Beragam pohon kecil ditanam di dalam kaca. Agar lebih indah hiasi dengan pasir atau batu berwarna-warni. "Cara menanamnya memang harus dilakukan secara khusus," kata Ani Kristanti, pembuat tetarium.

Biasanya, kata Ani, tetarium dijadikan suvenir untuk ulang tahun atau pernikahan. Tapi, ada pula yang disewa oleh perkantoran atau instansi untuk penghias atau penghijau ruangan. "Tetarium kecil dijual seharga Rp 150 ribu," ujarnya. Ani mengakui usaha pembuatan tetarium yang semula hanya untuk hobi, kini sudah menjadi bisnis menguntungkan. Terarium adalah satu kreasi tanaman hias yang unik, indah, cantik, dan inovatif. Kehadiran terarium dalam ruangan atau taman, baik di rumah, perkantoran, maupun di galeri memberikan cita warna dan suasana yang sensasional. Seolah kita memandang bola dunia yang di dalamnya terdapat alam tumbuh-tumbuhan yang subur dan indah.
Karena keistimewaan yang terdapat pada terarium ini, Kerajaan Inggris pada dinasti Victoria pernah membuat rumah kaca mini. Di dalam rumah kaca ini ditanam sekitar 65 jenis tanaman pakis dan suplir. Terarium besar ini sangat terkenal ke seluruh Kerajaan Inggris hingga menjadi model bertanam yang populer di kalangan keluarga bangsawan. Kemudian, stimulasi keindahan terarium ini mampu menyihir para bangsawan Indonesia pada tahun 45-an sehingga terarium ikut berkembang di tanah air.

Selain hal di atas, terarium memiliki keunggulan tertentu, sehingga membuat pencinta tanaman hias ikut mengembangkan terarium. Yakni di antaranya, bisa ditanam di lahan atau tempat yang sempit sekalipun, bisa dijadikan bingkisan atau hadiah buat orang lain, sebagai alternatif kemudahan bagi media penelitian sekaligus pelestarian tanaman.

Selanjutnya, bagaimana prospek bisnis terarium? Terarium memiliki banyak pasar. Pasar ini yang akan menyerap pembeli dan menciptakan rantai peluang usaha yang lebar. Selain pasar umum, baik perorangan maupun pemasaran yang terprogram, seperti demo, York shop atau kursus, juga wilayah perkantoran atau show rol, kafe, restoran, hotel, pameran, bazar, pesanan suvenir, nurseri, toko bunga, gift shop, dan pasar swalayan.

Sementara itu, membuka usaha atau membuat terarium tidak membutuhkan modal yang sangat besar. Yang diperlukan hanya keterampilan dan kesungguhan menekuni jenis usaha ini. Hasilnya, rasio keuntungan bisa diperoleh lebih dari 60 %.

Namun, bagaimana membuat terarium yang baik dan benar agar dihasilkan terarium yang menawan sesuai dengan keinginan? AgroMedia Pustaka menerbitkan buku “Membuat Terarium – Taman Mungil dalam Wadah Kaca” yang disusun oleh Anie Kristiani. Melalui buku ini Anda bisa belajar bagaimana membuat terarium, baik untuk skala pribadi maupun usaha.

Di dalam buku ini di antaranya dibahas sejarah perkembangan terarium, peluang usaha terarium, keunggulan terarium, membidik pasar, analisis usaha, memilih jenis tanaman yang tepat, memilih media tanam, dekorasi, wadah, pemeliharaan, penambahan aksesori, dan berbagai pasar terarium. Ingin "berkebun" tapi tak punya halaman? Jangan bingung. Terarium jadi alternatif bagi yang tetap ingin melakukan penghijauan di mana saja.

Terarium adalah cara menanam tanaman di dalam wadah tembus pandang atau kaca. Seperti halnya akuarium yang berfungsi memamerkan keindahan beragam ikan, terarium juga memajang satu atau lebih tanaman cantik yang disusun indah di dalamnya.
Sebenarnya, terarium sudah lama dikenal. "Tapi belakangan ini bangkit kembali karena global warming sehingga banyak orang terpicu untuk melakukan penghijauan di mana-mana," kata Evelina, Ketua Ikatan Alumni Pelatihan Pertamanan (IAPP).
"Mereka yang tinggal di apartemen dan tidak punya lahan besar, atau terlalu sibuk dan enggak sempat berkebun tapi tetap ingin melakukan penghijauan dan memiliki taman, bisa memilih terarium. Terarium pun bisa mempercantik rumah yang besar, misalnya diletakkan di atas meja ruang keluarga," kata Evelina, yang ditemani beberapa pengurus IAPP lainnya.
Namun, tak bisa sembarang tanaman dapat ditanam dalam wadah kaca. Menurut Evelina, yang cocok untuk terarium adalah jenis tanaman yang pertumbuhannya lamban dan sangat mudah dirawat. "Seperti kaktus dan sukulen yang tumbuhnya tidak terlalu besar dan tahan lama," ujarnya.
Selain sukulen dan kaktus, tanaman lain seperti Sansivieria dan Bromelia pun bisa menjadi pilihan alternatif lainnya. Jenis tanaman seperti tadi, mudah dirawat dan tidak harus disiram setiap hari.
Ketika disiram, Evelina menerangkan, airnya tak perlu langsung ke tanaman, tapi cukup ke pinggiran kacanya saja agar tanaman tak cepat membusuk. Selain itu, Evelina juga menyarankan agar terarium dikeluarkan dari dalam rumah atau ruangan seminggu sekali, agar tak cepat membusuk dan pertumbuhannya tidak terlampau cepat.
"Tapi sebaiknya jangan langsung terkena hujan atau sinar matahari. Pertama-tama, letakkan di teras saja dulu agar bisa beradaptasi dengan suasana luar ruang dan menghirup udara bebas. Setelah itu, perlahan-lahan boleh tertimpa sinar matahari."
PUNYA PENGGEMAR SENDIRI
Melihat proses perawatannya yang tak terlalu sulit, terarium pun cukup mudah dibuat sendiri. Kendati demikian, Eveline menambahkan, biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu terarium sangat tergantung pada pemilihan jenis tanaman dan wadah kacanya.
Modal membuat terarium, ungkapnya, bisa dimulai dari Rp 50 ribu hingga jutaan rupiah. Semakin eksklusif bentuk wadah kacanya, tentu biaya membuat terarium akan semakin mahal.
Uniknya lagi, meski hanya ditempatkan di dalam wadah terbatas, terarium juga tetap menggunakan media tanam seperti arang, kompos, dan zeloit. "Ketiga media tanam ini sebaiknya jangan dicampurkan, tapi letakkan secara terpisah-pisah agar makin terlihat gradasi warnanya. Media arang harus diletakkan di bagian paling bawah agar bisa meresap air siraman," saran Evelina.
Meski mudah, menurut Evelina, proses yang paling sulit dalam membuat terarium adalah ketika harus menempatkan komposisi tanaman di dalam wadah. Sebab, akan dibutuhkan kesabaran yang cukup tinggi.
Sebagai langkah awal, tanaman ditata sesuai dengan wadahnya. Usahakan agar tanaman tidak diletakkan berdesakan. Perbedaan tinggi tanaman pun sebaiknya proporsional. Sesuaikan antara tanaman yang tinggi dengan yang lebih rendah.
Bagi Evelina, disitulah seninya membuat terarium, bagaimana memposisikan tanaman dan menyesuaikan tinggi rendahnya. Yang patut diperhatikan, tanaman jangan sampai melewati mulut wadah. Jika wadahnya cukup besar, bisa letakkan pot kecil di dalamnya. "Variasinya, sangat tergantung pada yang membuatnya."
Jika semuanya tampak mudah dilakukan, lalu adakah kendala dalam membuat terarium? Menurut Evelina, kendalanya hanya satu, yaitu sulitnya mencari tanaman yang cocok dan pas untuk terrarium. "Biasanya, kendala muncul ketika harus pemilihan warna tanaman," sambung Tri, salah satu anggota IAPP, yang juga ahli kompos.
Terarium, lanjut Tri, memiliki kelas tersendiri dan tidak semua orang bisa menyukainya. "Jujur saja, lebih banyak mereka yang secara ekonomi berada di kelas atas yang mengerti tanaman dan seni. Jadi, mereka bisa lebih tahu keindahan terarium itu ada di mana," tukasnya.
MEMBUAT TERARIUM SENDIRI
Bahan:
1. Kayu untuk mengorek tanah
2. Sumpit untuk menjepit tanaman
3. Tisu yang sudah dililit pada sebatang kayu kecil, dan diberi alkohol 70%
4. Sedotan untuk meniup kotoran di dinding wadah
5. Corong untuk memasukkan media tanam
6. Sendok plastik untuk meratakan media tanam
7. Kuas untuk membersihkan tanaman yang terkena media tanam
8. Sekop kecil untuk menuang media tanam dan batu hias
9. Gunting
10. Semprotan air berujung lancip (jangan pilih yang spray, karena akan merusak tanaman)
11. Media tanam: arang (potong kecil-kecil), moss (disemprot air dulu), kompos (yang sudah steril), zeolit
12. Batu hias warna warni
Cara Membuat
1. Siapkan wadah kaca, bersihkan dengan alkohol2. Masukkan arang ke bagian dasar wadah, lalu moss, kemudian kompos.
3. Masukkan tanaman yang diinginkan satu persatu. Jika akarnya panjang, potong sedikit, lalu cuci bersih.
4. Jika ada kotoran yang melekat di pinggir kaca, bersihkan dengan kuas.
5. Masukkan zeolit untuk menutupi media tanam, dengan menggunakan corong. Fungsi zeloit ini agar terarium terlihat lebih artistik.
6. Tambahkan batu hias beragam warna dan bentuk.
7. Jika ada kotoran menempel pada tanaman, tiup dengan sedotan atau bersihkan dengan kuas.
8. Semprot kaca dengan air hingga zeolit basah dan berubah warna. Cara ini sekaligus untuk menyiram tanaman.
9. Terarium siap diletakkan di tempat yang diinginkan.
MODAL YANG DIBUTUHKAN
Booming terarium yang kini tengah terjadi, sangat mungkin akan menjadi lahan bisnis yang menghasilkan. Tertarik melirik bisnis terarium? Berikut kisaran modal yang harus dikeluarkan untuk membuat terarium di wadah kecil:

Media tanam (arang, moss, kompos, zeolit) Rp 10.000
Wadah Rp 20.000
Tiga buah tanaman sukulen Rp 50.000
Batu hias Rp 10.000
Batu putih Rp 5.000
---------------- +
Jumlah Rp 95.000






sumber foto : http://gugling.com/
Catatan:
· Batu hias dan putih biasanya sudah dijual per kantong plastik. Begitu juga dengan media tanam. Jadi, materi tadi bisa dipakai untuk membuat beberapa terarium sekaligus.
· Harga wadah sangat tergantung pada ukurannya (besar atau kecil), juga pemilihan tanaman. Makin besar ukuran wadahnya, makin besar pula biayanya. Makin banyak tanamannya, makin mahal juga biayanya.
· Modal di atas belum termasuk biaya transportasi pembelian bahan-bahan. (fn/id/tn/klik pada liputan 6) www.suaramedia.com

Peluang Usaha Aneka Cemilan Dari Tanaman Liar

BANYUWANGI (Berita SuaraMedia) - Tanaman liar yang biasa tumbuh di pekarangan rumah, seperti cangkokan, pakis, dan sirih kini bisa dimanfaatkan untuk camilan. Termasuk juga bonggol pohon pisang, tak harus terbuang percuma.

Di tangan Pinisrih, 45 tahun, berbagai tanaman liar itu bisa jadi kripik yang enak di lidah. Selain sehat, Pinisrih membuktikan tanaman-tanaman itu bisa jadi peluang bisnis menggiurkan.

Pinisrih memproduksi camilan itu di rumahnya yang bergaya limasan seluas hampir satu hektar, di Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur. Ia mempekerjakan 11 karyawan yang berasal dari sekitar rumahnya.

Sejauh ini ibu dua anak itu sudah mampu mengeluarkan puluhan produk camilan dari tanaman liar itu. Ada kripik sirih, pakis, daun mangkuk, kemangi, bayam, daun luntas, serta kerupuk bonggol pisang.

Daun-daunan itu digoreng kering bersama adonan tepung. Rasanya? Kurang lebih sama seperti saat Anda ngemil peyek. Namun, rasa gurih itu ditambah dengan rasa tiap-tiap tanaman. Sebut saja, bayam, ya rasa bayamnya akan tetap berasa di lidah. Yang esktrem adalah kripik sirih. Rasa sirihnya lebih kuat, sehingga serasa minum jamu.
Ibu yang mengaku hobi memasak ini, memulai usaha makanan sejak 1995 lalu dengan membuka pesanan kue basah, seperti donat dan cake. Setahun berikutnya, ia membuat kue-kue kering semacam pastel dan bagiak. Bagiak adalah jenis camilan khas Banyuwangi yang adonan utamanya dari tepung terigu.

Usaha istri Slamet Riyadi ini semakin berkembang saat ia mulai memproduksi kerupuk bonggol pisang. Barangkali camilan ini terdengar aneh, mengingat bonggol pisang tergolong limbah.

Ide ini muncul, ungkap sarjana pendidikan sejarah ini, dari sebuah pohon pisang yang pernah tumbuh di halaman rumahnya. Saat itu ia berpikir, bagian apa saja dari tanaman multi fungsi itu yang belum dimanfaatkan. Pikirannya langsung tertuju ke bonggol pisang, yang selama ini hanya teronggok di tempat sampah begitu pohon itu ditebang.

Mula-mula bonggol pisang akan dibuat keripik. Setelah dipotong lebar-lebar, dicelupkan ke adonan, lalu digoreng. Namun hasil uji pertama ini gagal. "Rasanya aneh, tidak nyaman," ujarnya.

Perempuan yang pernah menjadi guru sekolah dasar ini tidak patah semangat. Ia mencoba mengkombinasikan bonggol pisang dengan tepung tapioka. Namun bonggol pisang harus dihaluskan sebelum dicampur dengan tepung dan rempah dapur. Adonan kemudian dicetak, dan dijemur hingga kering. Setelah itu digoreng dengan minyak panas hingga mengembang. Jadilah kerupuk bonggol pisang yang akhirnya meroketkan nama Pinisrih di Banyuwangi.

Perempuan berjilbab ini terus berinovasi untuk menghasilkan camilan yang unik dan langka. Tahun 2008, ia membuat kerupuk lidah buaya. Sementara, keripik tanaman liar baru diproduksinya tahun 2009 lalu.

Menurut Pinisrih, berbagai daun-daunan itu ia beli di pasar dekat rumahnya. Untuk membuat kripik bayam, misalnya, ia biasanya membeli 50 ikat bayam seharga Rp 20 ribu. Lima puluh ikat bayam itu bisa jadi 30 bungkus kripik yang masing-masing beratnya 150 gram.

Berbagai kripik itu rata-rata dijual Rp 5 ribu per bungkus. Pasarnya sudah menjangkau Kalimantan, Sumatra, Jakarta, dan Bali. "Alhamdulillah omzetnya sudah Rp 450 ribu per hari," kata Pinisrih, akhir pekan lalu.

Namun, Pinisrih bukan tipe wirusaha yang pelit. Ia sering membagikan kiat dan resep usahanya itu ke warga sekitar rumahnya. Ia juga kerap diundang menjadi pelatih usaha kecil menengah yang biasa digelar Pemerintah Banyuwangi atau organisasi wanita.
Bonggol pisang, biasanya oleh masyarakat hanya akan dibuang setelah diambil buah pisangnya. Namun seperti Pinisrih, ditangan ibu-ibu di Dusun Polaman, Desa Argorejo, Sedayu, Bantul, bonggol-bonggol pisang diolah menjadi makanan berupa kripik.
Dikatakan Sagiyem (50 tahun) salah satu pembuat keripik bonggol pisang yang masih bertahan hingga sekarang, bonggol pisang jenis kapok dan kluthuk mempunyai kualitas yang baik untuk diolah. Meski bahan bakunya berasal dari pohon pisang bagian akar, tapi keripik ini tetap renyah dan tidak terasa pahit. “Orang yang belum tahu tentu akan mengira bahwa panganan tersebut terbuat dari ketela ataupun sejenis umbi-umbian,” katanya.
Cara mengolahnya pun cukup mudah. Bonggol pisang dikuliti kemudian dipotong-potong sesuai ukuran lalu cuci dengan air supaya getahnya hilang. Bumbunya terdiri bawang putih, ketumbar, kemiri, kencur dan daun jeruk nipis diiris lembut. Semua bumbu tersebut dihaluskan kemudian campur dengan tepung beras, santan dan telur untuk dibuat adonan.
Campurkan bonggol pisang yang sudah dicuci bersih ke dalam adonan sedikit demi sedikit. Selanjutnya goreng hingga berubah warna menjadi coklat. Setelah matang keripik bisa langsung dikemas dalam plastik atau ditambah bumbu dengan berbagai rasa.
Menurut Sagiyem menggoreng keripik ini membutuhkan waktu yang cukup lama, karena bahannya basah dan harus membutuhkan minyak dalam volume banyak. “Dalam proses pengolahan saya tidak menggunakan penyedap rasa dan bahan pengawet sebagai gantinya saya ganti dengan garam. Asalkan penyimpanannya benar, keripik ini bisa awet satu bulan. Satu bonggol ini bisa menjadi satu kilogram keripik dan per kilonya dihargai Rp. 30.000,” ungkap Sagiyem saat ditemui di kediamannya di Dusun Polaman.
Mengkonsumsi keripik ini tidak perlu takut keracunan karena sudah mendapat izin dari Depkes. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, bonggol pisang memiliki kandungan kalori, protein, karbohidrat, fosfor, zat besi, vitamin B dan C. Hasil olahannya juga mengandung serat tinggi sehingga bagus untuk pencernaan.
Bonggol pisang tua juga mengandung amilum, karena itu pemanfaatan bonggol pisang ini bisa menambah nilai pohon pisang setelah pisang sudah dipanen. Amilum juga mengandung gizi yang cukup sehingga dapat dikonsumsi dan menjadi alternatif sumber makanan masa depan.
“Bahannya juga sangat mudah didapat tinggal ambil di kebun, selain alami juga menyehatkan. Proses pengolahan juga sangat mudah,” kata perempuan yang juga memberi pelatihan di wilayah Bantul dan Kulon Progo ini.
Keripik bonggol pisang dengan aneka rasa bisa menjadi peluang bisnis yang cukup tinggi jika diolah dengan benar dan dipasarkan secara tepat. Potensi pasar yang luas dan ketersediaan jumlah bahan baku yang melimpah yang ada di masyarakat akan menjadi nilai tambah bonggol pisang. Oleh karena itu hendaknya dimanfaatkan oleh pengusaha kecil dan petani tanaman pisang guna menambah pendapatan dan menjadikan keripik ini menjadi kuliner khas Bantul. (fn/tm/ph) www.suaramedia.com

Kerajinan Kulit Kerang Rambah Pasar Internasional


Di tangan Nur Handiah Jaime Taguba, kulit kerang simping atau capiz shell tak lagi hanya sampah. Dengan kreativitasnya, kulit kerang yang bertebaran di pantai Cirebon, Jawa Barat, itu menjadi berbagai perkakas bernilai dollar AS. Pemilik Perusahaan Multi Dimensi Shell Craft ini yang mampu membawa kulit kerang pantura menembus dunia.

Pasar kerajinan kulit kerang di Eropa dan Amerika Serikat yang sebelumnya hanya dikuasi Filipina telah ia jajaki. Jerman, Spanyol, Italia, Inggris, Jerman, Polandia, Bulgaria, Rusia, dan Amerika Serikat menjadi negara-negara tujuan ekspornya selama ini.

Setiap bulannya perusahaan yang ia pimpin bisa mengirim sekitar dua kontainer kerajinan ke pasar internasional. Sebuah volume ekspor yang tidak kecil bagi pengusaha yang memulai usaha dari nol ini.

Kesuksesan Nur itu berawal dari kejeliannya melihat peluang. Awalnya perempuan kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, sekitar 49 tahun yang lalu itu memanfaatkan tumpukan kulit kerang untuk diekspor ke Filipina pada tahun 2000.

Kebetulan ibu dari lima anak ini mempunyai relasi dengan para perajin kulit kerang di tanah kelahiran suaminya, Jaime Taguba, di Filipina.
”Awalnya hanya menyuplai bahan baku saja. Kebetulan pembuatan kerajinannya ada di Filipina. Jadi, kami memasok bahan bakunya,” kata Nur di bengkel kerjanya.

Meski sudah mampu mengurangi sampah pantai dan ikut terlibat dalam menghidupi warga sekitar, termasuk nelayan, Nur tidak ingin berhenti di titik itu.

Menurutnya kerang yang ia kirimkan seharusnya bisa lebih berharga lagi jika ada nilai tambahnya. Akhirnya ia mulai menjual bahan baku dengan kondisi lebih baik lagi, yakni yang sudah dibersihkan. Dari hasil jual kulit kerang bersih itu, ia bisa mendapatkan hasil yang lebih dan bisa mempekerjakan lebih banyak orang.

Dalam perkembangannya, Nur pun berinisiatif menggeluti industri kerajinan sendiri. Dibantu sang suami, Nur mengawali kreativitasnya dalam mengolah kulit kerang menjadi kap lampu di bengkel kerjanya di Astapada, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon.

Mulanya hanya jenis lampu gantung, lalu berkembang menjadi berbagai macam produk lain dengan model dan ukuran. Lampu duduk, misalnya, ada yang model berdiri serta ditempel di dinding. Kesemuanya menggunakan bahan kulit kerang, terutama kerang simping yang diperolehnya dari para nelayan di pantura.

Dari sekadar lampu itu, hasil karyanya berkembang lagi menjadi furnitur. Meja rias dengan berbagai bentuk yang unik dan glamor, meja tamu, hingga kursi santai. Inovasinya terus mengalir hingga kemudian muncul dinding berornamen kerang hingga lantai keramik dari kerang. Perhiasan mulai dari gelang, kalung, hingga anting pun tak luput dari bidikannya.

Bahannya pun tak lagi hanya dari kerang simping, tetapi juga dari kerang dara atau kerang lain yang selama ini juga hanya menjadi sampah dan terbuang begitu saja di tepi pantai. Sesuatu yang diyakini juga terjadi di seluruh wilayah Indonesia, negara dengan lebih dari 17.000 pulau ini.

Dengan sentuhan seni dan kreativitas, sampah kulit kerang yang awalnya tak berharga itu kini berubah menjadi perkakas cantik dan glamor yang digemari masyarakat, terutama di Eropa.

Tujuh ruang pamernya di Cirebon, Bali, dan Jakarta kini penuh dengan berbagai macam hasil karya kerangnya. Bahkan, bisa dikatakan hanya menggambarkan sedikit dari karya yang telah ia buat.

Usahanya juga telah mengangkat perekonomian warga di sekitarnya. Jumlah karyawan di bengkel kerjanya kini tidak hanya 60 orang seperti saat ia memulai karier sebagai pengekspor kulit kerang, tetapi berkembang menjadi 500 orang. Mereka rata-rata adalah kaum perempuan dan ibu-ibu di sekitar pusat kerajinannya, yang awalnya tidak bekerja. Kini perekonomian keluarga mereka terbantu.

Kuncinya di kreativitas

Kreativitas selama ini memang menjadi kunci yang selalu dipegang Nur Handiah. Selama ini saingan berat bisnisnya adalah para perajin dari Filipina yang telah lebih dulu terjun dalam industri kulit kerang.

Nur memang sempat menyewa desain khusus. Namun, ia akhirnya lebih memilih belajar mendesain sendiri karena selama ini desainnya ternyata juga bisa diterima di pasaran internasional.

Bukan hal yang mudah menciptakan barang yang laku di pasaran. Demi sebuah ide, Nur harus meluangkan waktu untuk belajar, membuka wawasan, membaca berbagai rubrik desain, dan menyempatkan diri untuk berkontemplasi, bahkan survei.

Promosinya dalam mengenalkan kerajinan kulit kerangnya juga tak terbatas di dalam ruang pamer. Ketika harus bertemu dengan orang lain, perempuan yang selalu berpenampilan rapi ini mengenakan berbagai pernak-pernik dari kulit kerang, mulai dari aksesori hingga tas tangan. Semuanya agar langsung diketahui orang lain. Bahkan, rumahnya pun berhias kulit kerang.

Ia juga memutar otak untuk bisa membuat barangnya tetap terjangkau di pasaran. Dengan trik desain tertentu, sebuah sofa berhiaskan kulit kerang bisa berharga lebih murah dibandingkan dengan sofa yang dibuat oleh perajin dari Filipina. Dengan berbagai jalan itulah ia mampu bersaing dengan perajin luar negeri lain meski baru saja memulai bisnis sepuluh tahun lalu.

Nur mengakui, bisnisnya memang sempat surut ketika dunia digoyang krisis ekonomi akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009. Meski demikian, pasarnya tidak mati.

Permintaan dari Amerika Serikat memang berkurang, tetapi Eropa tetap memberikan tempat bagi kerajinannya. Kini pasar kerajinannya di Amerika Serikat berangsur-angsur pulih.

Di dalam negeri sendiri, kerajinan kulit kerang belum banyak ditiru oleh perajin lain. Padahal, bahan baku sangat mudah didapati. Nur tidak pernah kesulitan mendapatkan 60 ton kulit kerang setiap bulan untuk bahan bakunya. ”Mungkin orang mengira ini kerajinan dari sampah sehingga kurang menarik, mungkin juga karena keuntungannya kecil,” katanya merendah.

Meski demikian, Nur mengaku tetap setia pada kulit kerang. Menurutnya, yang penting bukan dari mana bahannya, tetapi jadi apa hasilnya. Bagi Nur, sampah bisa menjadi apa saja tergantung dari cara merawatnya. Jika dibuang, akan menjadi sampah. Namun, jika dirawat, bisa lebih berguna, misalnya kulit kerang bisa dinilai dalam dollar AS seperti apa yang telah ia lakukan.

Tak hanya Nur Handiah, kerajinan yang menggunakan bahan baku kulit kerang Kabupaten Cirebon juga banyak dipasarkan ke Spanyol karena permintaan barang tersebut di negeri itu cukup tinggi.
Ekspor kerajinan kulit kerang ke Spanyol antara dua hingga empat kontainer per bulan, kata Kadinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Drs. Haki MSi didampingi Kabid Perdagangan dan Promosi Maman Suparman kepada wartawan di Sumber (Kabupaten Cirebon).
Ia mencontohkan, Januari lalu ekspor kerajinan kulit kerang ke Spanyol sebanyak empat kontainer senilai US$34,688,93 dan pada Februari hanya dua kontainer senilai US$43,977.27.
Ekspor Pebruari tampaknya menurun, tetapi nilainya jauh meningkat. "Itu disebabkan kualitas barang ekspor itu menunjukkan nilai yang tinggi," katanya.
Maman menambahkan, kerajinan kulit kerang di Kabupaten Cirebon tersebut bahan bakunya berasal dari Surabaya, Bali dan NTB.
Pengrajinnya pun berasal dari Palembang. "Jadi Kabupaten Cirebon tersebut sangat kondusif untuk mengembangkan kerajinan seperti kulit kerang," katanya.
Berbagai kerajinan kulit kerang yang diekspor tersebut seperti hiasan pintu, gorden dan hiasan lainnya.
Mengenai bahan baku tampaknya tidak mengalami kesulitan karena kulit kerang ada sepanjang tahun, sehingga tiap bulan bisa memenuhi permintaan importir luar negeri.
"Kerajinan kulit kerang itu agaknya bisa dilakukan setiap saat dan tidak bergantung pada musim," tambahnya.
Begitu juga dengan di Bandung, Bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki kreativitas yang mumpuni. Berbagai produk hasil kreasi bangsa Indonesia telah banyak dihasilkan, bahkan terkadang diakui luas oleh masyarakat dunia.
Melalui kreativitas itu, muncul ide-ide baru nan segar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti halnya yang dilakukan oleh Aditya Prima.
Berkat kreasinya, Aditya mampu menyulap kulit kerang menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi. Di tangannya, kulit kerang tak lagi hanya menjadi limbah laut yang tidak ada harganya.
Beragam produk kerajinan dari kulit kerang telah mampu dihasilkannya, mulai dari hiasan dinding, kap lampu, tempat tisu, sampai beragam bentuk kerajinan lainnya.
Aditya merintis usaha bersama sang kakak, Ade Padilah. "Usaha ini merupakan usaha keluarga," ujar Aditya kepada SH di sebuah pameran kerajinan di Bandung belum lama ini.
Telah 20 tahun lamanya Aditya dan Ade merintis usaha ini. Belum banyaknya produk kerajinan yang menggunakan bahan baku kulit kerang menjadi pertimbangan keduanya terjun ke kerajinan kulit kerang.
Padahal, sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi kerang yang cukup besar. Dan, kulit kerang tersebut masih dianggap sebagai limbah laut yang belum ada nilai ekonomisnya.
Dengan dibantu lima pekerjanya, Aditya mengolah kulit kerang menjadi produk bernilai ekonomis tinggi di bilangan Bekasi Timur. Menurutnya, produk kerajinan kulit kerangnya dijual dengan harga berkisar antara Rp 15.000-450.000.
Produk kerajinan kulit kerang ini telah merambah pasar seluruh Nusantara. "Ekspor belum dilakukan karena terkendala bahan baku," ungkap Aditya. Permintaan ekspor memang mulai diterima oleh Aditya, seperti ke Amerika Serikat dan Dubai, tetapi sayangnya permintaan itu tidak dapat dipenuhi.
Bahan baku, terutama pasir pantai yang terbatas, menjadi kendalanya. Aditya menyebutkan, pasir pantai dibutuhkan sebagai variasi dari produk kerajinan kulit kerangnya.
Pasir pantai yang dipergunakan jenisnya berbeda dibandingkan pasir pantai kebanyakan. Pasir pantai ini harus didatangkan dari Nusa Tenggara Barat (NTB).
Volume pasir pantai dari NTB sangat terbatas. Hal itulah yang menjadi kendala Aditya bisa memenuhi permintaan ekspor. Kalau untuk bahan baku kulit kerang, tidak ada masalah. Selalu ada stok yang mencukupi," timpal Aditya. Kulit kerang diperoleh dari nelayan di Cilacap, Pangandaran, maupun Palabuhan Ratu.
Butuh Satu Truk
Setidaknya setiap seminggu sekali dibutuhkan sekitar satu truk kulit kerang. Kulit kerang yang dipergunakan pun berasal dari berbagai jenis. Setiap hari, ia mampu menghasilkan sedikitnya satu jenis kerajinan kulit kerang. Kap lampu merupakan produk kerajinan yang pengerjaannya membutuhkan waktu lebih lama, yaitu antara 2-4
hari.
"Kami selalu berusaha membuat model-model terbaru," ujar pemuda yang hanya mengenyam pendidikan hingga SMA ini. Oleh karenanya, diperlukan ide-ide kreatif untuk menghasilkan model terbaru.
Aditya sadar betul tanpa model-model terbaru, produk kerajinan kulit kerangnya akan ditinggalkan oleh konsumen. Terlebih saat ini jumlah perajin kulit kerang sudah semakin banyak di Indonesia.
Persaingan yang semakin ketat inilah yang membuat Aditya dituntut untuk selalu bisa berkreasi. Sebab, hanya dengan kreativitas kulit kerang tetap mempunyai nilai ekonomis tinggi yang diminati di pasaran.
Jepara pun tak ketinggalan. Usaha kecil kerajinan kulit kerang di pesisir Pantai Kartini, Jepara, Jawa Tengah, banyak diminati warga. Di antaranya cermin dari kerang, lampu, asbak, serta pernak-pernik lainnya. Maklum dari usaha modalnya relatif murah ini, pengrajin meraup keuntungan besar. Omzetnya mencapai Rp 5 juta per bulan.

Usaha itu muncul berawal dari rasa prihatin warga terhadap sampah kerang di pinggiran pantai. Wignyo, seorang pengrajin kerang kemudian berusaha mengolah sampah kerang menjadi sesuatu yang menghasilkan. Tak sia-sia. Kini pesanan berdatangan di antaranya dari Yogyakarta, Bali, dan Jakarta. (fn/km/kp/bv/klik kantor berita liputan6) www.suaramedia.com

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN - WIND TURBINE

Wind turbine. Mengapa pilih Wind Turbine?

Wind turbin adalah pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan energi angin.
Angin berhembus tidak kenal waktu.
Angin dapat berhembus di pagi hari, siang hari bahkan malam hari.
Kapanpun angin berhembus, wind turbine dapat mengubah dan menyimpannya menjadi energi listrik.
Rasio investasi wind turbine cukup rendah. Untuk setiap 1 watt wind turbine, rasio investasi rata-rata adalah Rp 30.000. Artinya untuk wind turbine dengan kapasitas 1500watt, rata-rata investasinya sebesar Rp 45.000.000.

Sebagai pembanding adalah solar cell atau photovoltaic (PV).
PV memanfaatkan gelombang energi matahari untuk diubah menjadi energi listrik.
Matahari bersinar pada pagi hingga sore hari. Namun efektif gelombang energi matahari yang dapat dimanfaatkan menjadi listrik hanya berkisar pada pukul 10.00 hingga 14.00 saja. Belum lagi jika langit berawan atau bahkan mendung, besar gelombang energi matahari juga akan turun.
Rasio investasi solar cell cukup tinggi. Untuk setiap 1 watt peak, rasio investasi solar cell adalah Rp 70.000. Artinya untuk solar cell kapasitas 1500 watt peak, rata-rata investasinya sebesar Rp 105.000.000.

Wind Turbine / Turbin Angin

(Wind Turbine / Turbin Angin)
Sekarang di Indonesia sudah ada Wind Turbine / Turbin Angin yang sudah dapat berputar dan menghasilkan listrik walaupun pada kecepatan angin yang rendah. Wind Turbin / Turbin Angin ini namanya Low wind speed Wind Turbine (LWS Wind Turbine).

Wind Turbine ini didesain sedemikian rupa sehingga mampu menangkap angin dengan kecepatan kecil sekalipun menjadi energi putaran yang menggerakkan generator listrik. Kunci dari LWS Wind Turbine ini adalah pada teknologi baling-balingnya.

Pakar-pakar Wind Turbine / Turbin Angin di Indonesia dengan kemampuan teknologinya yang mumpuni telah berhasil membuat baling-baling yang sangat efektif sehingga mampu menangkap energi angin dalam kecepatan rendah sekalipun.

LWS Wind Turbine

Wind turbin yang kami tawarkan ada 2 macam, yaitu:

1. Wind turbin LWS-100
Spesifikasi wind turbin:
  • Rated Power: 100 watt efektif*
  • Rated wind speed: 5 m/s
  • Cut-in wind speed: 1.5 m/s
  • Wind speed protection: voltage control
  • Rotor diameter: 2 m
  • Rated output voltage: 220/240 V
2. Wind turbin LWS-1000
Spesifikasi wind turbin:
  • Rated Power: 1000 watt efektif*
  • Rated wind speed: 6 m/s
  • Cut-in wind speed: 2 m/s
  • Wind speed protection: voltage control
  • Rotor diameter: 3 m - 5 m
  • Rated output voltage: 220/240 V

*) Pada umumnya wind turbin yang diimport dari luar negeri memiliki rated wind speed yang tinggi. Sementara average wind speed di Indonesia jauh dibawah rated wind speed wind turbin import. Akibatnya, wind turbin import hanya dapat menghasilkan watt listrik dengan efisiensi hanya 15% - 20%. Dengan kata lain bahwa watt efektif yang dihasilkan oleh wind turbin import hanya 15% - 20% dari rated power yang disebutkan pada spesifikasinya.

Pada wind turbin LWS, rated power yang disebutkan adalah watt efektifnya.

(Wind Turbine)
Biaya listrik naik...
Isu pemanasan global merebak...
Supply energi listrik berbasis batubara kritis

(Wind Turbine)
Jika anda tinggal di daerah yang ber-angin
Jika anda adalah pelaku bisnis yang memerlukan energi listrik alternatif
Jika anda peduli pada usaha pengurangan pemanasan global....

(Wind Turbine)
Kami menyediakan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Angin)
atau Wind Turbine
Energi lisitrik yang memanfaatkan angin...bersih...aman...energi terbarukan
Kami menyediakan Wind Turbine dengan kapasitas 1500watt.

Apa saja komponen Wind Turbine?

Wind Turbine. Apa itu wind turbin atau turbin angin?
Wind turbin atau turbin angin adalah pembangkit listrik seperti halnya PLTU (uap), PLTA (air), dll hanya saja energi yang digunakan untuk membangkitkan listrik adalah energi angin (bayu).
Makanya wind turbin atau turbin angin ini disebut juga Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

Wind Turbine atau Turbin Angin atau Pembangkit Listrik Tenaga Bayu ini terdiri atas beberapa komponen yaitu:
1. Generator.
Ini adalah komponen inti yang akan mengubah energi kinetik angin menjadi energi listrik



2. Baling-baling (blade)
Bagian ini yang menangkap energi kinetik angin menjadi energi putaran.




3. Tiang
Tiang ini berfungsi meletakkan baling-baling ditempat yang tinggi yang relatif lebih berangin.







4. Panel Kontrol
Alat ini berfungsi sebagai kontrol tegangan listrik yang dihasilkan oleh wind turbine. Termasuk didalamnya adalah inverter AC-DC.





(Wind Turbine)
Segera hubungi: 0817793545

Kantor:
Ruko Bona Indah Plasa, Karang Tengah, Jakarta Selatan.

Asal Mula Nama-Nama Planet di Tata Surya


Di dalam ilmu astronomi pun diselitkan unsur-unsur pemuja berhala dahulu kala. Ianya NYATA pada penggunaan nama-nama yang dijadikan istilah-istilah dalam Astronomi. Itulah agenda tersembunyi Iluminati dalam menyerapkan semua ajarannya dalam apa sahaja perkara yang mereka dapat. Sehinggakan nama-nama planet dalam Sistem Suria kita yang selalu kita sebut pun adalah nama-nama kepada dewa-dewi yang dipuja oleh mereka.

Mercury Planet Utarid


Mercury adalah seorang utusan, dan seorang dewa perdagangan, keuntungan dan perdagangan, anak Maia Maiestas, juga dikenali sebagai Ops, versi Rom Rhea, dan Jupiter.

Dalam bentuknya yang paling awal, beliau nampaknya berkaitan dengan dewa Etruscan Turms, namun sebahagian besar ciri dan mitologinya dipinjam daripada analogi dewa Greece, Hermes.
Mercury telah aspek dasarnya sama seperti Hermes, mengenakan kasut bersayap talaria dan petasos bersayap, serta membawa caduceus (lambang perubatan), sebatang tongkat dengan dua ular yang terjalin iaitu hadiah Apollo untuk Hermes.

Mercury juga dianggap sebagai dewa kelimpahan dan kejayaan komersil, khususnya di Gaul.
Planet Mercury dinamakan sempena namanya kerana Dewa Mercury dikatakan boleh terbang dengan sangat laju. Begitu juga dengan planet Mercury ialah planet yang paling laju mengelilingi matahari berbanding dengan planet-planet lain.


Venus Planet Kejora


Venus adalah nama kepada dewi Romawi kuno terutama berkaitan cinta, keindahan dan kesuburan, yang memainkan peranan utama dalam banyak festival keagamaan Rom dan mitos. Dari abad ketiga SM, meningkatnya Helenisasi kelas atas Rom dikenalpasti sebagai padanan dari dewi Greek Aphrodite. Venus merupakan pasangan kekasih kepada Mars. Planet Venus dinamakan sempena namanya kerana planet itu paling cantik.


Earth Planet Bumi


Beberapa sumber mengatakan bahawa Earth merupakan nama lain kepada Dewi Gaia, Dewi yang menjaga alam semesta dan memberi kemakmuran serta kehidupan. Mungkin, nama itu diberikan kepada planet tempat kita bermukim ini kerana di sini merupakan tempat yang memiliki sumber kehidupan yang sangat penting iaitu, air.

Gaia itu bermakna tanah atau Bumi. Gaia adalah primordial dewi di kuil dewa-dewi Greek kuno dan dianggap sebagai Ibu Dewi atau Dewi Agung.

Dia setara dalam kuil dewa-dewi Romawi iaitu Terra Mater atau Tellus. Romawi, tidak seperti orang Greek, tidak konsisten dalam membezakan Dewi Bumi (Tellus) dengan Dewi gandum (Ceres).


Mars – Planet Marikh


Mars adalah dewa perang Romawi, putera Juno dan Jupiter, suami kepada Bellona, dan kekasih Venus. Dia adalah yang paling menonjol daripada tentera dewa yang disembah oleh legion Romawi. Romawi menganggapnya kedua penting selepas Jupiter (dewa utama mereka). Festival nya diadakan pada bulan Mac (dinamakan untuk dia) dan Oktober.

Tidak seperti Greek, Mars umumnya dihormati dan menyaingi Jupiter sebagai dewa yang paling dihormati. Beliau juga merupakan dewa yang menyelia bandar Rom. Dia dianggap sebagai ayah legenda pengasas Rom iaitu Romulus, diyakini bahawa semua orang Romawi adalah keturunan Mars.

Perang adalah identik dengan darah yang berwarna merah. Maka planet Mars dinamakan sempena namanya kerana planet itu berwarna kemerahan.


Jupiter Planet Musytari


Dalam mitologi Romawi, Jupiter atau Jove adalah raja para dewa, dan dewa langit dan guruh. Dia adalah Zeus dalam kuil para dewa Greek.

Sebagai dewa pelindung Rom purba, dia memerintah atas hukum dan susunan sosial. Dia adalah ketua dewa Capitoline Triad, dengan saudara / isteri Juno. Jupiter juga adalah ayah kepada dewa Mars dengan Juno. Oleh kerana itu, Jupiter adalah datuk kepada Romulus and Remus, pengasas lagenda Roma.

Dia adalah putera kepada Saturn, bersama dengan saudara-saudara Neptune dan Pluto.
Raja dewa ini juga dikatakan bertubuh gergasi, maka sesuailah namanya diletakkan pada planet Jupiter kerana planet ini adalah yang terbesar di dalam Sistem Suria kita.


Saturn Planet Zuhal


Saturn adalah dewa Rom utama pertanian dan tuaian. Pada abad pertengahan dia dikenali sebagai dewa Rom pertanian, keadilan dan kekuatan; beliau memegang sabit di tangan kiri dan seikat gandum di tangan kanannya. Nama ibunya adalah Helen, atau Hel.

Dia pertama kali diidentifikasi pada zaman klasik Greek dengan dewa Cronus, dan mitologi dari dua dewa yang biasanya dicampur. Isteri Saturn ialah Ops (setara Rhea dalam mitos Romawi). Saturn adalah ayah kepada Ceres, Jupiter, Veritas, Pluto, dan Neptune, antara lain.

Saturn selain digunakan pada nama planet Saturn (Zuhal) , juga digunakan pada hari Saturday (Sabtu).


Uranus Planet Uranus


Uranus adalah bentuk Latin Ouranos, perkataan Greek untuk langit. Dalam mitologi Greek Ouranos atau Bapa Langit, wujud sebagai anak dan suami dari Gaia, Ibu Bumi (Hesiod, Theogony). Uranus dan Gaia adalah nenek moyang dari sebahagian besar dewa-dewi Greek, tetapi tidak ada kultus ditujukan langsung kepada Uranus selamat ke masa klasik

Kebanyakan orang Greek menganggap Uranus sebagai primordial (protogenos), dan tidak memberinya asal-usul. Di bawah pengaruh para ahli falsafah, Cicero, dalam De Natura Deorum ( The Nature of the Gods), mendakwa bahawa dia adalah keturunan dewa-dewa kuno aether dan Hemera, Udara dan Hari.

Menurut Nyanyian Rohani Orphic, Uranus adalah putera personifikasi malam, Nyx. Persamaannya dalam mitologi Romawi iaitu Caelus, juga daripada caelum Perkataan Latin untuk langit.


Neptune Planet Neptun


Neptune (Latin: Neptunus) adalah dewa air dan laut dalam mitologi Romawi, saudara kandung Jupiter dan Pluto. Dia adalah seiringan dengan tetapi tidak identik dengan Poseidon dewa mitologi Greek. Konsep Rom Neptune berhutang besar kepada dewa Etruscan Nethuns. Untuk beberapa waktu ia dipasangkan dengan Salacia, dewi air garam.

Neptune berkaitan juga dengan air segar, sebagai lawan kepada Oceanus, dewa dunia-laut. Seperti Poseidon, Neptune juga disembah oleh orang-orang Romawi sebagai dewa kuda, di bawah nama Neptune Equester pelindung pacuan kuda.

Planet Neptune mempunyai lautan air yang sangat luas, sesuai dengan Dewa Neptune iaitu Dewa Air dan Lautan.

Planet Jupiter Dan 2 Bulannya Siap Diteliti

Ilmuwan asal Amerika dan Eropa sepakat bekerjasama dalam mengerjakan misi ambisius ke Jupiter. Mereka tertarik untuk mengeksplorasi samudera yang ada di dua buah bulan berlapis es milik planet raksasa tersebut.

Europa Jupiter System Mission, nama misi itu, merupakan usaha gabungan antara NASA dan European Space Agency (ESA). Misi dipersiapkan dalam rangka melakukan pencarian terhadap dunia lain yang bisa dihuni manusia.

Misi tersebut, jika disetujui, akan mengirimkan dua satelit yang akan mengorbit di dua buah bulan milik Jupiter. Satelit milik NASA akan pergi ke Europa, sementara satelit milik ESA akan mengelilingi Ganymede, bulan lain di Jupiter yang diperkirakan juga memiliki perairan yang sangat luas.

“Meski dipisahkan oleh samudera, namun kami sepakat untuk menggelar misi ke dunia air di Jupiter,” kata Bob Pappalardo, peneliti dari Jet Propulsion Laboratory NASA di California, Amerika Serikat, seperti dikutip dari Space, 9 Februari 2011.

Pappalardo sendiri merupakan ilmuwan yang bertugas untuk menangani satelit yang akan dikirimkan ke Europa.

“Europa Jupiter System Mission akan menghadirkan lompatan pengetahuan ilmiah seputar kondisi bulan-bulan milik Jupiter dan potensi yang mereka miliki terhadap kehidupan,” ucap Pappalardo.

Sebagai informasi, pada tahun 2009 lalu, proposal penggelaran misi bersama NASA dan ESA tersebut diprioritaskan untuk dipelajari lebih lanjut. Dan Peneliti dari kedua belah pihak sepakat bahwa secara teknis, misi tersebut merupakan misi luar angkasa yang paling memungkinkan.

Dalam beberapa bulan ke depan, NASA juga akan menganalisa kembali strategi kerjasama sambil menunggu hasil dari Planetary Science Decadal Survey yang digelar oleh National Research Council of US National Academies. Survey itu akan menjadi basis bagi road map misi NASA ke planet-planet untuk dekade yang dimulai pada tahun 2013 mendatang.

Jika disepakati, Europa Jupiter System Mission akan diluncurkan pada tahun 2020 mendatang. Diperkirakan satelit itu akan tiba di orbit Europa dan Ganymede sekitar tahun 2026.•
VIVAnews

Karapan Sapi Dan Sejarahnya




Bagi masyarakat Madura, karapan sapi bukan sekadar sebuah pesta rakyat yang perayaannya digelar setiap tahun. Karapan sapi juga bukan hanya sebuah tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karapan sapi adalah sebuah prestise kebanggaan yang akan mengangkat martabat di masyarakat.

Sejarah asal mula Kerapan Sapi tidak ada yang tahu persis, namun berdasarkan sumber lisan yang diwariskan secara turun temurun diketahui bahwa Kerapan Sapi pertama kali dipopulerkan oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi, Sumenep pada abad 13.

Awalnya ingin memanfaatkan tenaga sapi sebagai pengolah sawah. Brangkat dari ketekunan bagaimana cara membajak sapinya bekerja ,mengolah tanah persawahan, ternyata berhasil dan tanah tandus pun berubah menjadi tanah subur.

Melihat gagasan bagus dan membawa hasil positif, tentu saja warga masyarakat desa mengikuti jejak Pangerannya. Akhirnya tanah di seluruh Pulau Sapudi yang semula gersang, menjadi tanah subur yang bisa ditanami padi. Hasil panenpun berlimpah ruah dan jadilah daerah yang subur makmur.

Setelah masa panen tiba sebagai ungkapan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah Pangeran Ketandur mempunyai inisiatif mengajak warga di desanya untuk mengadakan balapan sapi. Areal tanah sawah yang sudah dipanen dimanfaatkan untuk areal balapan sapi. Akhirnya tradisi balapan sapi gagasan Pangeran Ketandur itulah yang hingga kini terus berkembang dan dijaga kelestariannya. Hanya namanya diganti lebih populer dengan “Kerapan Sapi”.

Bagi masyarakat Madura, Kerapan Sapi selain sebagai tradisi juga sebagai pesta rakyat yang dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Kerapan sebagai pesta rakyat di Madura mempunyai peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi (kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan), peran magis religius (misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu), bidang seni rupa (ada pada peralatan yang mempunyai hiasan tertentu), bidang seni tari dan seni musik saronen (selalu berubah dan berkembang).

Anatomi Kerapan

Pengertian kata “kerapan” adalah adu sapi memakai “kaleles”. Kaleles adalah sarana pelengkap untuk dinaiki sais/joki yang menurut istilah Madura disebut “tukang tongko”. Sapi-sapi yang akan dipacu dipertautkan dengan “pangonong” pada leher-lehernya sehingga menjadi pasangan yang satu.

Orang Madura memberi perbedaan antara “kerapan sapi” dan “sapi kerap”. Kerapan sapi adalah sapi yang sedang adu pacu, dalam kaedaan bergerak, berlari dan dinamis. Sedang sapi kerap adalah sapi untuk kerapan baik satu maupun lebih. Ini untuk membedakan dengan sapi biasa. Ada beberapa kerapan yaitu “kerrap kei” (kerapan kecil), “kerrap raja’’ (kerapan besar), ‘kerrap onjangan” (kerapan undangan), “kerrap jar-ajaran” (kerapan latihan).

Kaleles sebagai sarana untuk kerapan yang dinaiki tokang tongko dari waktu ke waktu mengalami berbagai perkembangan dan perubahan. Kaleles yang dipakai dipilih yang ringan (agar sapi bisa berlari semaksimal mungkin), tetapi kuat untuk dinaiki tokang tongko (joki).

Sapi kerap adalah sapi pilihan dengan ciri-ciri tertentu. Misalnya berdada air artinya kecil ke bawah, berpunggung panjang, berkuku rapat, tegar tegak serta kokoh, berekor panjang dan gemuk. Pemeliharaan sapi kerap juga sangat berbeda dengan sapi biasa. Sapi kerap sangat diperhatikan masalah makannya, kesehatannya dan pada saat-saat tertentu diberi jamu. Sering terjadi biaya ini tidak sebanding dengan hadiah yang diperoleh bila menang, tetapi bagi pemiliknya merupakan kebanggaan tersendiri dan harga sapi kerap bisa sangat tinggi.

Sapi kerap ada tiga macam yaitu sapi yang “cepat panas” (hanya dengan diolesi bedak panas dan obat-obatan cepat terangsang), sapi yang “dingin” (apabila akan dikerap harus dicemeti berkali-kali), dan sapi “kowat kaso” (kuat lelah, memerlukan pemanasan terlebih dahulu).

Pada waktu akan dilombakan pemilik sapi kerap harus mempersiapkan tukang tongko (joki), “tukang tambeng” (bertugas menahan, membuka dan melepaskan rintangan untuk berpacu), “tukang gettak” (penggertak sapi agar sapi berlari cepat), “tukang gubra” (orang-orang yang menggertak sapi dengan bersorak sorai di tepi lapangan), “tukang ngeba tali” (pembawa tali kendali sapi dari start sampai finish), “tukang nyandak”(orang yang bertugas menghentikan lari sapi setelah sampai garis finish), “tukang tonja” (orang yang bertugas menuntun sapi).

Beberapa peralatan yang penting dalam kerapan sapi yaitu kaleles dan pangonong, “pangangguy dan rarenggan” (pakaian dan perhiasan), “rokong” (alat untuk mengejutkan sapi agar berlari cepat). Dalam kerapan sapi tidak ketinggalan adanya “saronen” (perangkat instrumen penggiring kerapan). Perangkatnya terdiri dari saronen, gendang, kenong, kempul, krecek dan gong.

Pesta Rakyat

Umumnya sebuah pesta rakyat, penyelenggaraan Kerapan Sapi juga sangat diminati oleh masyarakat Madura. Setiap kali penyelenggaraan Kerapan Sapi diperkirakan masyarakat yang hadir bisa mencapai 1000-1500 orang. Dalam pesta rakyat itu berabagai kalangan maupun masyarakat Madura berbaur menjadi satu dalam atmosfir sportifitas dan kegembiraan.

Sisi lain yang menarik penonton dari karapan sapi adalah kesempatan untuk memasang taruhan antarsesama penonton. Jumlah taruhannya pun bervariasi, mulai dari yang kelas seribu rupiahan sampai puluhan, bahkan ratusan juta rupiah. Biasanya penonton yang berdiri disepanjang arena taruhannya kecil, tidak sampai jutaan. Tetapi, para petaruh besar, sebagian besar duduk di podium atau hanya melihat dari tempat kejauhan. Transaksinya dilakukan di luar arena, dan biasanya berlangsung pada malam hari sebelum karapan sapi dimulai.

Adu Gengsi


Pemilik sapi karapan memperoleh gengsi yang tinggi manakala mampu memenangkan lomba tradisional tersebut. Selain itu, harga pasangan sapi pemenang karapan langsung melambung. Mislnya, harga sapi yang memenangkan lomba Karapan Sapi 2003 melambung menjadi Rp200 juta dari 2 tahun sebelumnya hanya Rp40 juta.

Untuk membentuk tubuh pasangan sapi yang sehat membutuhkan biaya hingga Rp4 juta per pasang sapi untuk makanan maupun pemeliharaan lainnya. Maklum, sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang diadu di arena karapan. Berdasarkan tradisi masyarakat pemilik sapi karapan, maka hewan tersebut menjelang diterjunkan ke arena dilukai di bagian pantatnya yakni diparut dengan paku hingga kulitnya berdarah agar dapat berlari cepat. Bahkan luka itu diberikan sambal ataupun balsem yang dioles-oleskan di bagian tubuh tertentu antara lain di sekitar mata.

Sehari sebelum lomba dilaksanakan, pasangan sapi dan pemilik serta sejumlah kerabatnya menginap di tenda yang dipasang di lapangan. Tidak lupa rombongan itu dimeriahkan oleh kelompok musik tradisional Sronen yang mengarak pasangan sapi menjelang dipertandingkan. Bahkan jasa dukun pun diperlukan dalam kegiatan karapan sapi. Para “penggila” Kerapan Sapi melakukan itu semua demi sebuah gengsi atau prestise yang memang merupakan watak khas orang Madura
__________________

About

Diberdayakan oleh Blogger.