Laman

Sabtu, 08 Mei 2010

Kiat Bisnis di Rumah oleh Ibu Rumah Tangga

Ada yang menarik dari artikel tentang wirausaha ala keahlian natural ibu yang saya kutip dari majalah ayah bunda dibawah ini.

Bahwa menjadi Ibu Rumah Tangga, tidak selalu harus menjadi inferior, tidak punya kebanggaan karena tidak berkarir di gedung-gedung pencakar langit di jalan Sudirman atau Kuningan, misalnya.

Menjadi Ibu Rumah Tangga sekaligus menjadi pemilik usaha rumahan bisa menjadi salahsatu alternatif sebagai bentuk aktualisasi diri di dalam komunitas sosial dan masyarakat.

Ada 3 kelebihan menjadi Ibu Rumah Tangga sekaligus menjadi pemilik usaha rumahan, yakni:

1. Usaha di rumah, memberikan banyak waktu memberikan perhatian terhadap perkembangan anak-anak.

2. Usaha di rumah, memberikan tambahan bagi pendapatan keuangan keluarga, bahkan bagi sebagaian orang menjadi sumber pendapatan keluarga yang utama.

3. Usaha di rumah, memberikan kesempatan sebuah usaha dapat berkembang menjadi sebuah perusahaan yang lebih terorganisir dan mapan, memberikan banyak waktu untuk bisa belajar berproses bagaimana mengembangkan usaha yang sedang dirintis. Karena pada umumnya usaha di rumah ini dapat dimulai dari modal yang kecil, biaya operasional yang lebih kecil, dan dapat dimulai saat ini juga.


Coba perhatikan apa yang dilakukan oleh Ibu Malna di http://www.nanaberas.com misalnya atau Ibu Nadia di http://www.bundainbiz.com
atau apa yang dilakukan oleh Ibu Roesmiyati di http://bakmipatriot17.com atau Ibu Yulia di http://moz5salon.blogspot.com/ juga oleh Ibu Desi Marwati di http://www.cikalmart.com

Jadi, Siapa takut berbisnis di Rumah!



Salam,

Pesona Batik Berhasil Memukau Mata Dunia

Kini siapa yang tak bangga dengan batik, pesona kerajinan yang penuh dengan nilai seni dan budaya ini sampai – sampai sempatt di klaim sebagai salah satu budaya milik negara tetangga. Namun berkat bukti – bukti akurat tentang sejarah warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Pulau Jawa ini, kini batik telah diakui dunia sebagai kekayaan budaya asli Indonesia. Dengan diakuinya tanggal 2 Oktober sebagai hari batik sedunia, menjadikan batik telah dipatenkan PBB sebagai budaya asli yang dimiliki Indonesia.

Sejarah budaya batik dikenalkan pertama kali di daerah Jawa, dulu batik sering digunakan di lingkungan keraton Yogyakarta dan Surakarta. Kain mori ( kapas ) putih yang dilukis dengan menggunakan alat canting berisi cairan lilin hingga meresap ke dalam serat kain tersebut, kemudian dicelupkan dengan warna yang diinginkan, sedangkan proses yang terakhir adalah mencelupkannya ke bahan kimia untuk melarutkan lilin yang masih menempel pada kain. Di masa lampau seni membatik telah melekat pada perempuan Jawa, karena dulu membatik merupakan pekerjaan yang khusus dilakukan oleh kaum perempuan.

Beberapa hari yang lalu, salah satu pengrajin batik dari Yogyakarta yang memasarkan produknya dengan brand batik Harumi berbagi kisah dengan tim Bisnis UKM. Berawal dari belajar batik secara turun temurun dari sang kakek, kini telah turun kepada Pak Satya sebagai generasi ketiga yang telah berhasil mengenalkan batik Harumi. Berawal dengan modal awal 3 sampai 4 juta rupiah, Pak Satya telah berhasil memiliki kios lengkap dengan lima orang pegawai. Selain kios yang dimilikinya, Pak Satya juga telah mendirikan perusahaan garment yang berdiri dengan nama Sumber Mas.

Selain memproduksi kain batik tulis maupun batik cap, Pak satya juga memproduksi kaos batik. Untuk kaos batik sendiri, proses pembuatannya dengan cara disablon namun bermotifkan batik. “ Produksi kami tidak hanya berpusat disini mas, sebagian di rumah kakak saya yang berada di sekitar alun – alun selatan.” ungkap Pak Satya. Untuk proses pembuatannya batik tulis relatif lebih lama, dalam waktu dua minggu hanya dapat menyelesaikan satu kain batik. Sementara untuk prose produksi batik cap sendiri hanya butuh waktu singkat, sehingga dalam waktu satu minggu dapat menghasilkan dua puluh potong kain batik.

Batik Harumi diciptakan Pak Satya dengan penuh inovasi, Beliau sengaja mencampurkan berbagai macam motif batik dalam satu kain, serta selalu memakai motif batik Jogja dalam setiap karyanya. “ Untuk melihat asal batik itu mudah mas, caranya dilihat dari motif dan warna yang dimiliki. ” Pak satya memberikan penjelasannya. Ternyata setiap daerah yang memproduksi batik, tetap memiliki cirri yang berbeda untuk setiap daerah. Misalnya saja batik JOgja yang cenderung dengan warnanya seputar hiitam, putih dan cokelat. Berdeda dengan batik pekalongan yang warnanya lebih bervariasi, ataupun batik Madura yang biasanya cenderung dengan warna merah atau cokelat kemerahan.

Berkat kerja keras Pak satya, usaha Beliau telah berkembang pesat dan mampu menghasilkan omset yang besar tiap bulannya. “ Omset kaos batik saat ini kurang lebih bisa empat puluh sampai lima puluh juta mas, tapi kalo kain batik ya hanya tiga sampai empat juta mas per bulannya.” ujar Pak Satya dengan raut wajah bahagia. Dengan dua puluh karyawan garmen yang dimilikinya, kesuksesan dengan menekuni bisnis fashion batik pun telah berada digenggaman Pak satya. Sebelum menutup obrolan kami, Pak satya sempat memberikan tips yang sangat bermanfaat,“ Kalo mau membatik sebaiknya memang lebih inovatif, tapi jangan mengabaikan ciri khas motifnya.” pesan singkat Pak Satya di akhir obrolan kami.

Sumber : Tim Bisnis UKM

About

Diberdayakan oleh Blogger.