Biarlah jika ada wanita yg menuntut emansipasi
biarlah ada wanita yang merasa di rendahkan jika hanya berada di dapur dan kasur
biarlah ada wanita yg bekerja
biarlah ada wanita yang selalu berada di luar taman syurga
sebagai seorang suami saya tidak ingin menjadi seorang yang otoriter. saya selalu memberikan "kebebasan" kepada anak dan istri untuk urun pendapat atas apa yang akan kami bangun untuk terbentuknya sebuah keluarga yang laksana taman syurga. jujur, saya tidak mengijinkan istri untuk bekerja. walaupun itu untuk membantu ekonomi keluarga agar bisa lebih mapan. bagi saya, biarlah tulang saya yang dibanting (banting tulang maksutnya hehe...) asal istri bisa tetap di rumah mengurusi tetek (idih...jorok atuh,..) bengek semua permasalahan rumah tangga. Karena bagi saya, istri adalah sepenuhnya milik saya dan anak - anak.
Jadi....sedikitpun saya tidak akan rela jika kelelahan yang dialaminya adalah karena menjadi buruh perusahaan, waktunya habis hanya untuk membantu bertambahnya kekayaan para bos - bos yang kebanyakan adalah penipu. fenomena penipuan buruh - buruh wanita banyak saya lihat di perusahaan - perusahaan (kebetulan tempat saya adalah daerah industri) yang ada di sekitar tempat tinggal saya. Bagamana capeknya kerja yang sama sekali tidak ada penghargaanya sudah sering saya lihat. Ini sering terjadi ketika ada jatah lembur mengejar target produksi yang harus segera di kirim. 2 hari tanpa pulang ke rumah, tidak melihat anak - anak dan suami sering dialami oleh mereka.jika hal seperti ini sudah terjadi, lalu dimana peran dia sebagai seorang istri dan seorang ibu ?
anak - anak memang harus dan lebih pantas mendapatkan semua yang bisa dia minta. makanan yang enak, baju - baju yang bagus, uang jajan yang cukup, pendidikan yang layak. Semua itu memang pantas mereka dapatkan, dan ini sudah menjadi kewajiban bagi semua yang menjadi orang tua untuk dapat memenuhinya. namun, apakah hal ini harus dengan mengorbankan anak dengan keluarnya sang ibu dari rumah ? Seharusnya tidak bukan ?
Jujur, saya prihatin melihat anak - anak tetangga yang sering tidak berjumapa dengan ibunya. bagaimana mereka bisa melihat ibunya, la ketika mereka bangun tidur ibunya sudah berangkat kerja. dan ketika malam mereka sudah tidur tatkala ibunya pulang. fenomena yang bagi saya sungguh sangat ironis. ini tragedi, musibah bagi para anak - anak. sering mereka tidak sarapan ketika berangkat sekolah. di sekolahanpun mereka juga hanya jajan makanan yang bisa di katakan kurang bagus bagi ana - anak. Jajanan bersaos dan berkecap seperti syomai, mie sowa, sosis dan sebagainya, yang notabene tidak mengenyangkan. bagaimana mereka akan bisa berfikir dengan cerdas dan pintar jika perut mereka lapar. yang ada malahan mereka akan mengantuk di dalam kelas.
dan ketika pulang sekolah mereka tidak makan siang dulu baru bermain (ya karena tidak ada yg menyuruh). yang mana akibatnya adalah, anak menjadi nggrangsang (rakus dalam bahasa jawa) pada tanaman milik orang, mereka lebih suka melirik buah - buahan milik tetangga. dan juga pada waktu malam mereka tidak mungkin belajar karena ngantuk d sebabkan terlalu capek bermain tadi siang.
apakah generasi - generasi "tanpa" ibu ini yang akan menjadi pengganti kita di masa yang akan datang ? generasi yang besar tanpa belaian ibunya di setiap hari - hari yang di jalaninya.
entahlah........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar