Laman

Selasa, 08 Juni 2010

Diana, Sulitnya Memilih Lagu Koes Plus


SANDRO GATRA
Para pemain, sutradara, penata musik dan gerak drama musik Diana saat jumpa pers di Jakarta,

KOMPAS.com Kolaborasi rancak seniman terkemuka: sutradara Garin Nugroho, peñata musik Yockie Suryoprayogo, dan peñata gerak Eko Supriyanto dalam drama musik Diana siap menampilkan seni pertunjukan terbaik. Untuk naskah yang ditulis Bre Redana dan Agus Noor itu, para pendukung yang semuanya terpilih melalui audisi mengaku bahwa pelibatan mereka sebagai sesuatu yang membanggakan. Mereka pun siap memberikan pertunjukan yang menarik dan luar biasa.

Menyeleksi 20 lagu dari 600-an lagu Koes Plus yang akan ditampilkan untuk drama musik Diana jelas tak gampang.

"Dan tentu saja, hasilnya diharapkan bisa menghibur dan memberikan sesuatu yang bermakna untuk merajut Indonesia yang penuh keberagaman," kata Garin Nugroho, selaku sutradara drama musik Diana, kepada pers, Senin (7/6/2010) di Jakarta.

Drama musik Diana dipentaskan di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, 7-8 Juli mendatang. Drama musik ini digarap khusus harian Kompas untuk memperingati keberadaannya yang sudah 45 tahun merajut Nusantara.

Bre Redana mengatakan, Diana adalah drama musik yang diangkat dari lagu-lagu Koes Plus, termasuk lagu-lagu mereka semasa masih bernama Koes Bersaudara. Mencermati berita Koes Plus di harian Kompas, 30 Juni 1965, yang hendak ditunjukkan, betapa erat kaitan Kompas dengan Koes Plus/Koes Bersaudara yang telah menjadi ikon pop di Indonesia. "Koes Plus adalah bagian dari sejarah sosial di Indonesia," kata Bre Redana.

Menurut Bre, harian Kompas merasa tak berlebihan kalau pada HUT ke-45 menampilkan drama musik Diana yang diangkat dari lagu-lagu Koes Plus yang berjumlah ratusan itu.

Lagu-lagu mereka merambah berbagai tema, dari cinta remaja, kecintaan pada Tanah Air, keceriaan bersekolah, sampai ke petuah-petuah hidup. Dari segi genre pun tak kalah kaya. Mereka mengungkapkan, musiknya hampir dalam semua genre, seperti pop, rock n roll, jazz, keroncong, pop melayu/dangdut, dan lain-lain.

Yocki mengakui, kolaborasi dalam pertunjukan drama musik Diana sebagai sesuatu yang luar biasa. "Proses kerja yang besar. Ini proses kreatif yang selama ini belum pernah saya lakukan. Hasilnya, silakan saksikan pada pertunjukan 7-8 Juli mendatang. Sebagai sutradara musik, saya memberikan kebebasan penyanyi untuk mengeksplorasi diri dan kemampuannya, terserah maunya apa. Setelah itu baru saya menggarap aransemennya. Lagu-lagu Koes Plus ditampilkan dalam nuansa penuh greget, penuh kejutan," katanya.

Dari 20 lagu Koes Plus yang tampil sepanjang drama musik Diana itu, tak semuanya lagu populer karena disesuaikan dengan alur cerita. Ada juga lagu yang belum dikenal banyak orang, seperti "Lonceng Kecil", dan beberapa lagu lainnya.

Cinta di tengah konflik

Didukung para pemain, yaitu Nindy, Ariyo Wahab, Sheila Marcia, Reuben Elishama Hadju, Rezanov GRIBS, Dana Galistan, dan Andy/rif, drama musik Diana menurut Bre Redana bercerita mengenai percintaan remaja di tengah-tengah konflik politik di suatu negeri.

Sebuah kelompok musik bernama The Band yang terdiri dari Yoko (vokal), Ian (gitar), Ebon (bas), dan Jojo (drum) berencana mengadakan tur ke sebuah daerah konflik, Tilore. Kepergian mereka ke daerah yang sedang dilanda konflik politik dengan aspirasi untuk memerdekakan diri itu diikuti wartawati infotainment bernama Mariska.

Sempat terbangun hubungan khusus antara pimpinan The Band, Yoko, dan Mariska, sebelum hubungan itu menemukan kompleksitas baru karena di daerah konflik tadi Yoko malah main mata dengan cewek yang lain lagi, bernama Diana.

Dalam hubungan dengan Diana ini, Yoko harus menentukan pilihan-pilihan penting karena Diana ternyata adalah putri tunggal tokoh pejuang dari Tilore yang baru saja kembali dari pengasingan, bernama Da Silva. "Dunia para remaja dari era pasca-ideologi harus berhadap-hadapan dengan kecamuk politik, yang bahkan diwarnai dengan kekerasan sampai peperangan," papar Bre.

1 komentar:

  1. saya menonton pertunjukan ini semalam... Benar-benar pertunjukan yg rumit, jalan ceritanya sama sekali tidak dimengerti penonton kecuali dengan membaca katalog. Pemilihan lagu Koes Plus pun seperti berusaha menghindar dari lagu-lagu yg diaransemen ulang Erwin Gutawa sebelumnya. Kolaborasi sutradara Garin Nugroho, Bre Redana, Yockie Suprayogi, dll adalah kolaborasi seniman yg individualistik. Sepertinya, pertunjukan ini, lagu, dialog-dialognya, bahkan setting panggung, hanya dimengerti oleh mereka sendiri. Penonton sebenarnya menanti lagu-lagi masterpiece KoesPlus. Sebuah ironi, pertunjukan bertajuk Diana tak memunculkan sama sekali lagu Diana yang populer itu, kecuali di petikan musik intro di awal pertunjukan. Sayang, pagelaran berbiaya besar ini hanya membuat penonton mengantuk...

    BalasHapus

About

Diberdayakan oleh Blogger.