Laman

Rabu, 10 November 2010

Seberapa Efektif Video Edukasi bagi Anak

Detail Berita
Ibu menemani anaknya tonton Baby TV. (Foto: Getty Images)

MENONTON tayangan DVD bertajuk ”Bayi Cerdas” yang banyak dijual di pasaran dianggap dapat membantu memberikan pembelajaran bagi anak terkait penyerapan kosakata dan bahasa. Padahal, tidak sepenuhnya hal tersebut benar.

Banyak orangtua yang percaya, memberikan edukasi lewat menyaksikan tayangan video cakram padat bertajuk ”Bayi Cerdas” dapat menstimulasi dan merangsang pembelajaran bayi terkait kosakata dan bahasa sejak dini. Namun, sebuah studi terbaru menunjukkan, pendidikan melalui tayangan DVD tersebut sama sekali tidak bermanfaat.

”Anak-anak yang berusia 12 sampai 18 bulan yang menonton video ‘Bayi Cerdas’ hanya belajar 25 kata setiap harinya, tanpa penambahan kata baru, dibanding anak-anak tanpa paparan video,” kata peneliti Judy DeLoache,PhD dan Kepala Bidang Studi Psikologi di University of Virginia, Charlottesville, Amerika Serikat, William R Kenan Jr.

”Bayi yang masih kecil, usia 12 sampai 18 bulan,tampaknya tidak belajar banyak bahkan sebenarnya tidak perlu menyaksikan video edukasi, yang dibuat jelas untuk kelompok usia ini,” kata DeLoache seperti dikutip laman WebMD. com.

Dia menemukan, anak dalam kelompok usia ini, yang diajarkan orangtuanya tentang perbendaharaan kata, ternyata memiliki perkembangan lebih pesat. DeLoache menolak mengutarakan jenis DVD mana atau dengan judul apa yang harus dievaluasi.

Studi ini telah dipublikasikan pada jurnal Psychological Science. Sebenarnya, sejumlah penelitian terbaru telah menemukan bukti bahwa beragam jenis video edukasi tidak berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Peneliti lain mengevaluasi video ”Bayi Cerdas” dengan hasil yang umumnya skeptis.

”Saya tidak berpikir semua yang terlibat soal ini akan terkejut dengan data yang kami hasilkan,” ujar DeLoache.

Bersama rekan-rekannya, DeLoache mengumpulkan 72 bayi berusia 12 sampai 18 bulan dan membaginya menjadi empat kelompok. Kelompok pertama, bayi diberikan tayangan video edukasi dan berinteraksi bersama orang tuanya, setidaknya lima kali seminggu selama empat minggu.

Kelompok kedua, menyaksikan DVD ”Bayi Cerdas”tanpa interaksi, di mana anak-anak menonton video sendiri, dengan periode waktu paparan yang sama dengan anak-anak yang menonton bersama orang tua mereka.

Kelompok ketiga, pendidikan kosakata dan bahasa dilakukan orang tuanya, di mana mereka diberi daftar 25 kata yang ditampilkan di video (katakata umum yang menjadi objek sehari-hari). Para orangtua akan mengajarkan anak mereka kosakata sebanyak mungkin dan bebas melakukannya dengan cara apa pun sesuai kemampuannya.

Kelompok keempat merupakan sebuah kelompok pembanding di mana anak-anak itu tidak ada intervensi sedikit pun.Para peneliti juga mengunjungi rumah-rumah tiga kelompok pertama sebanyak tiga kali, memberi petunjuk, dan memeriksa apakah aturannya diikuti.

Setelah empat minggu, anakanak diuji untuk melihat berapa banyak kata-kata yang mereka serap sesuai target yang diinginkan. Para peneliti menemukan hasil bahwa kelompok bayi yang diajar oleh orang tuanya melakukan penyerapan kosakata yang terbaik, dengan anak-anak mendapatkan hampir 50% dari jumlah kata yang benar.

”Artinya, anak-anak menyaksikan video bayi populer lebih sering selama satu bulan penuh, baik menyaksikannya dengan orang tua maupun sendirian, tidak dapat mempelajari kata-kata baru lagi dibanding anak-anak tanpa paparan video sama sekali,” tulis De-Loache dalam laporannya.

”Temuan baru ini tidak mengherankan,” ujar J Frederick Zimmerman PhD W Fred dan Pamela K Wasserman, seorang profesor dan Ketua Departemen Pelayanan Kesehatan, University of California Los Angeles School of Public Health, Amerika Serikat.

”Ini merupakan studi yang kuat dan dirancang dengan baik, di mana klaim bahwa video bayi itu mendidik harus dikaji ulang,” katanya.

Pada 2007 Zimmerman pernah mempelajari efek menonton televisi dan video ”Bayi Cerdas” pada perkembangan bahasa anak di bawah usia 2 tahun.

Dia menemukan bahwa paparan video edukasi,tetapi bukan tayangan TV, tampaknya justru dapat memperlambat perkembangan bahasa anak. Hal ini tentu memberikan masukan orang tua untuk mengurangi anak menyaksikan video ”Bayi Cerdas”.

Zimmerman mengaku tidak melihat kelemahan apa pun dari penelitian terbaru ini. Para partisipan hanya diuji dari proses pembelajaran dari serangkaian kecil kata-kata yang ditargetkan.

”Meskipun peneliti tidak menemukan perbedaan dalam target penyerapan kata-kata di antara orang tua yang memfokuskan pada tayangan video, dengan orang tua yang tidak diberi instruksi apa pun tentang target penyerapan katakata,” terangnya.

”Ada kemungkinan bahwa waktu yang dihabiskan saat menyaksikan tayangan video merampas waktu belajar untuk kata-kata yang tidak ditargetkan.Dan kinerja penyerapan anak pada kata-kata lain mungkin akan menjadi rendah ketika menonton video lebih diutamakan,” kata Zimmerman.

Namun, kata dia, hal itu belum diuji. Studi ini memperjelas bukti bahwa pembelajaran kosakata tidak terjadi dengan menyaksikan video. Lalu bagaimana respons perusahaan pembuat video? Seorang juru bicara ”Baby Genius”, salah satu jenis video edukasi, memilih untuk tidak berkomentar.

Sementara itu, Susan McLain dari Baby Einstein Company mengutip penelitian lain sebelumnya yang menyebutkan bahwa bayi tidak belajar dari DVD, terutama jika disertai oleh orang dewasa, namun penggunaan yang disarankan adalah DVD Baby Einstein.

DeLoache mengatakan, dirinya tidak menyarankan orang tua yang suka memberikan tayangan video ”Bayi Cerdas” ke anaknya untuk berhenti melakukannya. Kata dia, anak-anak akan terhibur dengan tayangan tersebut.

”Tetapi jangan terlalu mengharapkan mereka untuk belajar banyak dari itu,” tutur DeLoache.

Mengenai potensi bahaya, lanjut dia, dapat terjadi ketika menonton video terlampau sering dan menghilangkan kegiatan interaksi dengan orangtua dan orang lain, yang sebenarnya menyediakan banyak kesempatan belajar.

Dia menasihati orangtua untuk mengajarkan anak-anak belajar kosakata dan bahasa dengan cara yang mudah dan menyenangkan.

”Hal yang menarik perhatian saya adalah orang-orang berpikir mereka harus mendidik bayi mereka dengan mengerahkan segala cara dan upaya,” kata DeLoache.

(SINDO//nsa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.