Laman

Minggu, 06 Juni 2010

Andi Meriem Matalatta Berpulang saat Berlibur di Belanda

JAKARTA - Belum sembuh duka atas meninggalnya hits maker dan penyanyi popular Pance Fran Pondaag pada Kamis lalu (3/6), dunia hiburan kembali dikejutkan dengan berpulangnya Andi Meriem Matalatta.

Penyanyi era 1980-an berjuluk Mutiara dari Selatan itu meninggal dunia di Belanda pada Jumat pukul 23.00 waktu setempat (4/6) atau Sabtu pagi waktu Indonesia (5/6).

Pelantun Mudahnya Bilang Cinta itu berpulang pada usia 52 tahun di Zoetermeer, Belanda. Andi berada di Amsterdam untuk berlibur bersama Dania, putrinya dari pernikahan pertamanya dengan Bambang Hertasning (alm). Andi kemudian menikah lagi dengan Hendra Pribadi.

Kabar meninggalnya Andi tentu sangat mengejutkan keluarga di tanah air. Sebab, dua hari lalu saat bertolak ke sana kondisi Andi baik-baik saja. Kabar duka itu seperti petir di pagi hari. Maka, tak heran bila kediaman pemilik nama lengkap Andi Sitti Meriem Nurul Kusuma Wardhini Matalatta di daerah Puri Cinere langsung didatangi sanak famili dan para pelayat.

Di rumah duka, Hermin Jauhar Manikan Matalatta dan Radiah W. Gading Matalatta, kedua kakak Andi, memberikan penjelasan bahwa mereka sudah memiliki firasat tentang kepergian adiknya itu. ''Kalau ngobrol sama saya, dia selalu berbicara bahwa umurnya tidak lama lagi. Dia bilang, lebih baik merasakan sakit sekarang daripada nanti. Dia juga bilang, kalau Allah mengambil kapan pun, dia siap,'' kata Hermin.

Hingga kini, pihak keluarga masih bingung mengenai penyebab kematian penyanyi kelahiran Makassar, 31 Agustus 1957, itu. Riwayat penyakit penyanyi berwajah sendu tersebut diketahui kakaknya hanya diabetes.

Ratlia, adik Hermin, menambahkan bahwa dirinya seperti mendapatkan firasat saat kepergian Andi ke Belanda. ''Saya tidak bisa tidur dan sedih terus,'' ucapnya.

Namun, lantaran ingin memenuhi janji kepada Dania, Andi pergi ke Belanda. Menurut Ratlia, Andi memang berjanji akan mengajak anaknya keliling Eropa. Apalagi, janji tersebut sudah lama terucap. ''Makanya, 2 Juni lalu dia berangkat sama anaknya,'' tuturnya.

Semenjak Andi tiba di Belanda, Hermin maupun Ratlia, masih sempat berkomunikasi dengan wanita yang andal berolahraga ski itu. ''Jumat malam sekitar jam sebelas saya masih berbicara dengan dia. Dia memang mengeluhkan dadanya sakit dan sudah tidak kuat lagi,'' ungkap Hermin.

Agung Saifullah, kakak ipar Andi, mengatakan bahwa saat adik iparnya itu bertolak ke Belanda, ada luka kecil semacam bisul di tangan. ''Cuma ya karena janji itu tadi akhirnya dia pergi. Dia bilang merasa berdosa kalau hanya karena luka saja tidak jadi berangkat,'' kata Agung.

Meski begitu, keluarga mulai curiga dengan kondisi kesehatan Andi. Mereka lalu memantau setiap waktu. Kekhawatiran keluarga terbukti. Secara mendadak, Andi dilarikan ke RS Lange Land Ziekenhuis di Zoetermeer. Menurut dokter yang merawat, gula darah Andi saat itu tinggi. Selain itu, asupan oksigennya kurang.

Di rumah sakit itulah nyawa si Mutiara dari Selatan itu tidak tertolong. Dia mengembuskan napas terakhir setelah dirawat dokter. Jenazah anak kelima di antara enam bersaudara itu akan diterbangkan dari Belanda pada Senin (7/6).

''Jenazah akan menempuh penerbangan selama 10 jam hingga Soekarno-Hatta. Insya Allah, keluarga di sana dan teman dekatnya yang di Prancis akan mengantar hingga tanah air,'' jelasnya.

Selanjutnya, wanita yang selama hidupnya dikenal taat beribadah itu akan dimakamkan di Makassar, pemakaman keluarga besar Mayjen (pur) Andi Mattalatta di kompleks pemakaman raja-raja Barru. Ayah Andi dikenal sebagai orang besar di Sulawesi Selatan. Namanya diabadikan sebagai nama stadion kebanggaan masyarakat Sulsel, Stadion Andi Mattalatta, Mattoanging. (jan/c4/ari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.