Laman

Selasa, 08 Juni 2010

Kuli dari Kampung Perajin


KOMPAS.com Balaikota Batavia tak bisa berdiri tanpa pekerja bangunan. Di beberapa referensi disebutkan bahwa kuli kayu dan kuli batu diambil dari Kampung Pertukangan. Adapun di buku lain, mereka disebutkan dari Kampung Perajin. Kisah tentang Perkampungan Perajin sedikit disinggung dalam buku Johannes Rach 1720-1783: Seniman di Indonesia dan Asia. Johannes Rach adalah pelukis kelahiran Denmark yang bergabung dengan VOC dan ditugaskan di Batavia sejak 1762 hingga meninnggal, 1783.

Ia mengabadikan berbagai sudut Batavia melalui goresan tangan. Dalam buku yang berisi hasil lukisannya, Rach menggambarkan tentang Jembatan Jassen dan Perkampungan Perajin. Gambar itu memperlihatkan suasana Batavia di luar tembok, tentu saja, dengan rumah yang berderet di wilayah permukiman selatan, wilayah perumahan yang terkenal di zaman Rach. Jembatan Jassen tak lain adalah jembatan kayu dengan sistem gantung, seperti yang masih tersisa di Kalibesar Barat, Jembatan Kota Intan.

Sungai mengalir melintas di perkampungan tersebut. Di sekitar sungai itu, tak jauh dari tembok kota, tumbuh berbagai industri kecil. Dari kawasan di belakang tembok kota itu, terlihat sebuah kawasan yang pada masa Rach yang disebut Ambachtskwartier atau tempat tinggal dan kerja para perajin dan biasa dikenal dengan sebutan yang lebih mudah diingat, Het Kwartier atau perkampungan. Het Kwartier melingkupi sebuah kawasan yang luas di dalam tembok kota.

Di situlah VOC mengumpulkan para pekerja dan memusatkan bengkel kerja bagi segala jenis perajin, tukang kayu, pemahat, pembuat kaca, pandai besi, pembuat senjata, tukang patri, dan peniup gelas. Sebagian besar perajin adalah warga orang Eropa dan Tionghoa yang dibantu banyak budak.

Rach tak lupa merinci pemandangan yang ia lihat. Di dalam tembok tampak bastion atau benteng pertahanan Gelderland dengan menara lonceng yang menunjukkan waktu kerja. Di sana pula para budak tinggal, yaitu di barak-barak beratap rendah. Jadi jika disebutkan pembangunan balaikota dikerjakan oleh tukang kayu dan batu dari Kampung Pertukangan, maka diperkirakan dari sinilah pekerja itu diambil.

Jika dilihat dari masa kini, maka Benteng Gelderland letaknya tak terlalu jauh dari Jalan Jayakarta atau dari Gereja Sion. Karena lokasi Jembatan Jassen kini kira-kira ada di dekat atau seberang Gereja Sion. Selain industri kecil berupa kerajinan, Rach juga menyebutkan di kawasan itu sering terlihat asap keluar dari cerobong asap rumah-rumah tak jauh dari Jembatan Jassen. Dari situlah arak dibikin. Asap dari cerobong itu tak lain berasal dari penyulingan arak.

Batavia memang tumbuh menjadi penghasil arak. Bahkan, Arak Batavia terkenal di dunia. Usaha penyulingan gula di Batavia tumbuh pesat bahkan hingga tahun 1930. Sementara itu, Jembatan Jassen diberi nama sesuai dengan Kapten Jas. Jembatan Jassen melintasi cabang Sungai Ciliwung yang mengalirkan air ke Stadsbuitengracht (parit atau kanal di luar tembok kota).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.