Laman

Selasa, 08 Juni 2010

Masih Dunia Lain dan Citra Museum Bahari


KOMPAS.com -- Sekitar awal tahun ini, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melarang penayangan beberapa program TV. Salah satunya adalah program milik Trans TV, Dunia Lain. Entah bagaimana, tahun 2010 belum juga lewat, program itu muncul lagi. Kali ini di Trans7 dengan nama Masih Dunia Lain.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melarang program tersebut dengan alasan membuat masyarakatpercaya akan tahayul, membuat masyarakat menjadi takut akan mahluk halus, dan menyeramkan untuk ditonton oleh anak-anak.

Kamis, 27/5, malam, saya dikagetkan dengan pesan pendek yang memberi tahu bahwa Masih Dunia Lain (MDL) akan tayang malam itu dengan lokasi di Museum Bahari. Kaget karena tidak pernah berpikir bahwa awak museum di DKI akan sebegitu cerobohnya membiarkan program pembodohan bangsa berlokasi di museum.

Ini belum saya singgung tentang Tahun Kunjung Museum 2010 dan Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM). Sebegitu parahkah rasa frustasi awak museum terhadap museum mereka sendiri sehingga mereka rela museum mereka dikangkangi program murahan yang sungguh sangat tidak mendidik.

Museum adalah tempat untuk belajar, untuk penelitian, untuk rekreasi cerdas, untuk memahami masa lalu sebuah kota. Baik di Jakarta maupun negeri maju lainnya, upaya menjual museum tak pernah henti. Awak museum berlomba membuat museum mereka menarik, menata ruang pamer mereka dengan koleksi yang mereka punya, membuat program yang membujuk orang mau datang dan datang lagi menjadi pengunjung setia.

Di Indonesia, dalam hal ini Jakarta, beberapa museum terlihat hanya jadi gudang penyimpan barang sejarah. Upaya menggali data dan belajar menata koleksi serta berkreasi menciptakan kegiatan yang memukau, yang kreatif sepertinya bukan hal yang memikat hati.

Jika anggaran selalu batu sandungan, entah kapan museum kita akan semakin terdengar mengalahkan negeri tetangga. Menanti anggaran, seperti menanti Godot, selama anggota dewan yang terhormat yang duduk di DPRD juga minim pengetahuan tentang pentingnya museum. Maka kitalah yang harus bergerak.

Tayangan MDL Kamis malam lalu betul-betul sebuah public relations yang buruk. Terlebih lagi, itu adalah sebuah penurunan citra museum. Apalagi jika dikaitkan dengan Tahun Kunjung Museum 2010 dengan GNCM-nya.

Neil Kotler dan Philip Kotler dalam Museum Strategy and Marketing memaparkan, bahwa museum-museum berkelas di Amerika saja kewalahan merebut perhatian pengunjung untuk periode yang lama. Pengunjung hanya bisa diseret untuk datang ke museum dengan iming-iming sebuah pameran besar, kelar pameran, pengunjung turun lagi. Itu di negeri maju. Mereka saja terus mencari citra dan membangun citra museum mereka. Tentu bukan dengan rongsokan seperti program MDL.

Lagi-lagi saya ingin mengutip Kotler and Kotler, public relations -PR (hubungan kemasyarakatan) dalam hal ini melalui berbagai bentuk, berfungsi untuk membentuk, mempertahankan, bahkan mengubah perangai, watak, sikap publik terhadap suatu organisasi atau produk dalam hal ini museum, gedung dan koleksinya. Di mana perangai, sikap tadi akan juga mempengaruhi perilaku publik.

Dalam hal ke-PR-an museum, museum itu sungguh bergantung pada komunitas lokal dan pemerintah, tentunya. Jurnalis dan kritikus museum bisa jadi PR bagi sebuah museum, pameran, aktivitas lain, serta niat baik museum. Mereka menyebarkan informasi dan opini yang berdampak pada respon publik.

Dengan tayangan dalam MDL, memang Museum Bahari atau tempat bersejarah lain, seperti Lawang Sewu, memang mendapat publikasi luas. Tapi dampaknya, adalah mematikan perangai, sikap yang sudah terbangun untuk mengenal dan mencintai museum. Sehingga upaya mengubah dan mempengaruhi perilaku pun tak kesampaian.

Susah payah museum menaikkan citra, ditebang habis di tengah jalan hanya gara-gara tayangan murahan. Susah payah upaya pemerintah pusat menggelar Tahun Kunjung Museum 2010 dengan GNCM serta revitalisasi citra dan fungsi museum, bisa jadi dihentikan oleh tayangan yang merupakan public relations berdampak buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.