Laman

Rabu, 02 Juni 2010

Pemerintah serius tangani penyebab ledakan LPG

Jakarta - SURYA- Pemerintah melakukan penanganan serius atas terjadinya kecelakaan yang berkaitan dengan penggunaan gas elpiji tabung 3 kilogram maupun 12 kilogram.

“Dugaan sementara terjadinya ledakan bukan diakibatkan tabung tetapi dari asesoris, kurangnya pengetahuan masyarakat, adanya praktek ilegal dan kondisi lingkungan yang tidak aman,” kata Kabiro Hukum dan Humas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sutisna Prawira dalam keterangan persnya, di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan, kurangnya ventilasi ruangan warga yang berada di kawasan kumuh dan padatnya penduduk juga merupakan salah satu faktor terjadinya kecelakaan. Terlebih lagi adanya praktek pemindahan isi tabung 3 kg ke 12 kg secara ilegal, jelas Sutisna.

Hasil investigasi oleh Puslabfor Bareskrim Polri, Kementerian ESDM, dan Kemenakertrans menyebutkan bahwa ledakan tabung elpiji yang sering terjadi akhir-akhir ini di masyarakat meningkat dibandingkan dengan saat awal program konversi minyak tanah ke elpiji.

“Dari data-data tersebut diketahui bahwa pemeliharaan terhadap tabung maupun asesoris seperti kemungkinan bocornya selang, rubber seal dan gagalnya regulator perlu mendapat perhatian dari pengguna gas elpiji, dan perlunya peningkatan bimbingan serta pengawasan dari pemerintah,” katanya.

Menurut Sutisna, dari hasil rapat koordinasi antara Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan Kementerian ESDM memutuskan bahwa Program konversi minyak tanah ke elpiji tetap dilanjutkan mengingat manfaat yang diperoleh sangat signifikan bagi kepentingan nasional.

Untuk itu, Pemerintah akan terus meningkatkan sosialisasi pemakaian elpiji dengan benar secara terpadu, serta membentuk tim nasional koordinasi pengawasan dan pembinaan masyarakat dalam pelaksanaan penggunaan elpiji yang aman dengan koordinator dari kantor Menko Kesra, ungkapnya.

Upaya-upaya yang akan dilakukan, lanjut Sutisna antara lain melakukan sosialisasi secara intensif dan lebih rinci kepada masyarakat dalam bentuk animasi, brosur-brosur yang mudah dipahami oleh masyarakat awam tentang penanganan dan pemeliharaan yang aman terhadap tabung beserta asesorisnya serta tindakan pencegahan yang perlu diambil apabila terjadi kebocoran LPG.

“Pemerintah juga akan meningkatkan pengawasan mutu semua tabung dan asesorisnya (selang, rubber seal dan regulator) dengan mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI), termasuk meningkatkan pengawasan terhadap tabung dan asesoris yang sudah beredar di pasaran,” tegasnya.

Konversi minyak tanah dan elpiji ini pertama kali digulirkan sejak tahun 2007, saat ini sudah hampir 44 juta tabung ukuran 3 kilogram yang sudah dibagikan kemasyarakat termasuk dengan aksesorisnya berupa selang dan regulatornya yang semuanya telah memenuhi standar nasional Indonesia/SNI.

Pertamina pun telah mengalokasikan 4,3 juta metrik ton elpiji untuk memenuhi permintaan masyarakat selama 2010. Alokasi tersebut diperoleh dari hasil produksi kilang 2,3 juta metrik ton dan sisanya impor. Dengan jumlah tersebut, Pertamina optimistis tidak akan terjadi kelangkaan gas di masyarakat. ant

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.