Laman

Kamis, 11 November 2010

Hukuman Keras Tak Selalu Beri Efek Jera

Detail Berita
(Foto: google)
BEBERAPA waktu lalu, artis Ayu Azhari melaporkan anaknya ke polisi karena tindakan sang anak yang diduga mencuri uang sebesar USD50.000. Ayu mengatakan, tujuan tindakannya tersebut untuk mendidik dan membuat jera anaknya.

Psikolog keluarga dari Universitas Indonesia, Sani B Hermawan M Psi, mengatakan bahwa memberi punishment atau hukuman kepada anak jangan terlalu kasar dan berlebihan.

“Sekarang ini, orangtua lebih sering menghukum anak dengan cara yang lebih halus. Tidak dengan cara kekerasan,” tutur psikolog yang berpraktik di Kemang Timur 11 No 9 B ini. Sani menjelaskan, dalam menerapkan pola asuh untuk membentuk karakter anak, orang tua bisa memberikan reward dan punishment.

Jadi, jika anak bertingkah laku baik, melakukan suatu prestasi cemerlang, dan yang lainnya, maka orang tua memberikan reward berupa pujian atau hadiah. Namun jika tingkah laku anak tidak sesuai dengan auran yang ditetapkan, maka punishment yang diberikan. Namun, sebaiknya pilih punishment yang soft, misalnya menegur anak atau melakukan suatu tindakan seperti anak yang sedang asyik bermain motor, maka motornya ditarik karena anak sedang menjalani hukuman.

Sementara itu, Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan, sebaiknya Ayu Azhari segera mencabut laporannya ke polisi. Menurut Arist, tindakan tersebut sangat keliru. Jika memang Ayu ingin mendidik anak dengan baik, sebaiknya tidak dilakukan dengan cara melaporkan ke polisi, tetapi diselesaikan secara kekeluargaan.

“Itu terlalu berlebihan. Apa pun alasannya, melaporkan anak ke polisi bukan merupakan cara-cara yang rasional,” kata Arist.

“Nah, pada saat anak beranjak dewasa, maka karakternya pun sudah terbentuk sehingga hukuman yang diberikan jangan sampai menjadi bumerang bagi orang tua,” ujar Arist.

Bumerang di sini dimaksudkan bahwa hukuman yang salah dan berlebihan, bisa saja tidak menghasilkan efek jera, justru yang dikhawatirkan adalah anak menjadi dendam kepada orang tua. Hubungan keluarga pun menjadi tidak harmonis karena anak merasa tindakan orang tuanya tersebut terlalu berlebihan.

“Jadi, jika ada orang tua yang memberi hukuman berlebihan seperti memenjarakan anak, maka itu menurut saya reaktif,” ungkap dia.

Sani mengatakan, apabila anak melakukan kesalahan, mendidik yang benar adalah tidak dengan cara yang di luar kewajaran. Walaupun anak memiliki kelakuan buruk di luar batas kenormalan anak-anak lainnya dan dilakukan lebih dari satu kali,maka sebaiknya orang tua memilih cara lain, seperti meminta pendapat atau berkonsultasi dengan psikolog.

“Banyak konsultan pendidikan dan pola asuh anak yang bisa memperbaiki sifat anak tanpa harus lewat jalur hukum,” ungkapnya.

Pendapat Ahli tentang Hukuman


Selama ini orangtua dan pendidik melakukan hukuman dengan tujuan baik agar anak belajar disiplin dan merasa jera akan hukuman dengan harapan anak tidak akan mengulangi perbuatan yang tidak baik. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa hukuman maupun hadiah telah terbukti bukan cara efektif dalam memotivasi anak untuk jangka panjang. Berikut beberapa pendapat tentang hukuman.

Alfie Kohn, seorang psikolog tentang perilaku manusia dalam “Punished by Rewards Boston: Houghton Mifflin”, 1993 halaman 42–45 menjelaskan hukuman pada jangka panjang akan menghasilkan anak yang lebih agresif dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa hukuman.

Murray Straus dari University of New York Hampshire melakukan penelitian jangka panjang membandingkan dua grup keluarga yang memukul anak-anaknya sebagai bentuk hukuman dibandingkan dengan kelompok keluarga lainnya yang tidak memukul anaknya sebagai bagian dari hukuman.

Hasil penelitian membuktikan bahwa anak dari keluarga yang memukul anaknya, ketika si anak besar, anak pun menunjukkan perilaku yang tidak baik. Mereka juga cenderung untuk memilih pasangan yang menyukai kekerasan. Hukuman fisik juga mengajarkan kepada anak dengan cara kekerasan atau hukuman fisik. Hal ini dilakukan untuk mengekspresikan kemarahan kepada pihak yang lebih lemah daripada dirinya.
(SINDO//tty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.