Laman

Kamis, 11 November 2010

Sumber Masalah Keuangan Perempuan Usia 35-54 Tahun


AP Photo/Ahn Young-joon
Ilustrasi: Krisis keuangan global

KOMPAS.com - Sebuah studi menyebutkan bahwa perempuan berusia 35-54 tahun mengalami masalah keuangan akibat krisis ekonomi global. Ketidakmampuan membayar utang atau bangkrut menjadi penyebab utamanya. Terutama bagi perempuan yang turut berkontribusi pada keuangan keluarga, atau bahkan menjadi kepala keluarga.

Perceraian
Masalah keuangan pada perempuan usia matang dipengaruhi oleh perceraian.

Salah satu partner Wilkins Kennedy (firma akuntan) untuk masalah ketidakmampuan membayar utang, Keith Stevens, mengatakan perceraian menyebabkan perempuan merasa lebih tertekan. Pascaperceraian, perempuan harus menafkahi semua kebutuhan rumah tangga yang sama seperti saat menikah. Hanya saja, kini ia melakukannya sendiri.

"Perempuan ingin memastikan kebutuhan anaknya terpenuhi, meski terkadang kondisi finansial tidak mendukung keinginan yang tidak realistis," katanya.

Peneliti dari firma mengatakan, lima tahun pascaperceraian, penghasilan perempuan turun 9 persen, sementara penghasilan lelaki naik 25 persen.

Sulit mendapat pekerjaan layak
Persoalan keuangan perempuan usia matang juga dipengaruhi jenis pekerjaannya. Perempuan usia ini umumnya memiliki anak usia sekolah. Ibu bekerja cenderung mencari pekerjaan yang lebih fleksibel waktunya, namun dengan besaran gaji tinggi seperti pekerjaan sebelumnya.

Resesi ekonomi yang berujung pada PHK juga mempersulit perempuan mencari pekerjaan impian. Akhirnya, demi mendapatkan penghasilan, mereka terpaksa menerima pekerjaan dengan gaji rendah dan minim keterampilan.

Umumnya, perempuan terpaksa mengambil pekerjaan di bidang juru tulis, katering, kebersihan, perawatan, dan kasir. Pekerjaan jenis ini termasuk kategori bergaji rendah.

Pilihan lain bagi perempuan untuk berpenghasilan lebih tinggi adalah dengan berbisnis. Meskipun demikian, cara ini dinilai memiliki risiko finansial tinggi.

"Terjadi peningkatan signifikan atas jumlah perempuan yang merintis bisnis sejak resesi," kata Stevens.

Selain sejumlah penyebab krisis keuangan perempuan tadi, ketidakmampuan membayar utang atau kebangkrutan berada di posisi teratas. Perempuan harus lebih bekerja keras memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan melunasi utang dari penghasilan yang semakin menurun jumlahnya. Inilah yang terjadi pada perempuan bekerja di Amerika selama masa krisis.

Meski resesi ekonomi global beberapa waktu lalu tak terlalu berdampak pada ekonomi Indonesia, apakah masalah serupa juga dialami perempuan bekerja di Indonesia? Seperti apa pengalaman Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.