Laman

Jumat, 18 Februari 2011

Bisnis Segarnya Sari Tebu


Perkembangan bisnis waralaba semakin menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Selain permodalan awal yang ringan, bisnis waralaba juga memiliki aneka jenis usaha yang saat ini diminati masyarakat. Dengan demikian keuntungan profit pun diyakini akan cepat didapatkan mitra bisnis waralaba. Salah satu jenis usaha waralaba yang saat ini tengah naik daun adalah minuman tebu. Selain mudah dan ringan dalam permodalan, minuman tebu yang segar dan manis juga tengah digandrungi masyarakat di Indonesia.
Pardiman dari waralaba Rajanya Tebu, mengatakan, bisnis waralaba minuman olahan tebu saat ini sangat menjanjikan bagi masyarakat yang ingin membuka usaha waralaba. "Sekilas memang bisnis ini sepele tapi sangat membooming. Mudah, simpel dan tidak perlu keahlian khusus. Cukup saham dan kemudian manajerial yang baik saja," kata Pardiman saat ditemui di International Franchise, License, Businnes Concept Expo (IFRA) 2010, di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta.
Menurut Pardiman, prospek bisnis minuman tebu yang menguntungkan dapat terlihat dari banyaknya usaha sejenis yang ada saat ini. "Rajanya Tebu ini boleh dibilang salah satu bisnis minuman tebu yang banyak ditiru. Sekarang ini banyak yang membuka usaha setipe, karena memang prospek bisnis ini sangat menguntungkan," tuturnya.
Untuk memulai bisnis minuman tebu, kata Pardiman, sangatlah mudah. Dengan hanya menyediakan permodalan awal untuk menjadi mitra bisnis Rajanya Tebu, mitra bisnis ini pun nantinya hanya melakukan manajerial dan pengawasan karyawan yang dipekerjaan.
Rajanya Tebu menawarkan empat jenis gerai bagi para calon mitra usahanya. Dari yang termurah berupa gerai gerobak kaki lima dengan modal awal Rp 18.500.000 hingga yang tertinggi berupa gerai motor roda tiga dengan modal awal Rp 39.500.000 . "Mitra usaha ini akan mendapatkan semua perlengkapan seperti mesin giling, gerobak atau sepeda motornya, sampai bahan baku batang-batang tebu yang kami pasok," ungkapnya.
Setelah bergabung menjadi mitra bisnis Rajanya Tebu, menurut Pardiman, para mitra bisnis hanya terikat kontrak untuk pengadaan bahan baku batang-batang tebu seharga Rp 8.000 perbatang. "Pasokan bahan baku selalu terjamin. Sejauh ini tidak ada kendala karena kami memiliki kebun tebu seluas 1.000 hektare di Jambi. Ini sangat mencukupi untuk pasokan semua mitra bisnis," kata dia.
Para mitra usaha Rajanya Tebu pun tidak perlu khawatir dengan permodalan tersebut. Pardiman mengatakan, rata-rata mitra bisnis Rajanya Tebu sudah kembali balik modal dalam tempo sembilan bulan. "Harga pergelas Rp 4.000. Dengan asumsi umum bisa menjual 80 gelas perhari, maka dalam satu bulan sudah mencapai keuntungan Rp 4.022.000," ujarnya.
Tingginya minat masyarakat akan bisnis minuman tebu terlihat dari tingginya mitra bisnis dari Rajanya Tebu. Pardiman mengatakan, hingga saat ini Rajanya Tebu sudah memiliki mitra bisnis hingga sekitar 800 gerai se-Indonesia. "Saat ini gerai-gerai kami tersebar di Jawa, Sumatra, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Agustus nanti kami juga akan segera membuka gerai di Malaysia dan Singapura," tutur dia.
Sebelumnya krisis global membuat sebagian masyarakat waswas. Jika perusahaannya terpengaruh, berbagai perkiraan buruk bisa terjadi. Gaji dipotong atau bahkan pemutusan hubungan kerja alias PHK.

Dalam situasi ini, berbagai peluang mulai dilirik. Tak terkecuali membuka usaha sendiri atau ikut berbisnis waralaba. Berbagai peluang waralaba ditawarkan dalam pameran International Franchise License Business Concept Expo Confrence 2009 (IFRA).

Ratusan bisnis waralaba ditawarkan IFRA. Mulai dari bisnis makanan, minuman, kosmetik, obat, barang elektronik, hingga minimarket, yang kini sedang marak di Indonesia. Peserta usaha franchise ini pun tidak hanya dari dalam negeri, melainkan juga negara tetangga.

Ketua Asosiasi Franchise Indonesia, Anang Sutandar mengatakan, selain untuk membantu mengurangi pengangguran, IFRA juga ingin mencoba memberikan arahan bagi masyarakat apabila ingin berwiraswasta dan menambah penghasilan. "Bahkan penghasilannya bisa melebihi gaji sebagai karyawan," kata Anang kepada PersdaNetwork di ajang IFRA, Jakarta.

Bergabung dalam usaha waralaba tidak selalu identik dengan modal tinggi. Dengan investasi sekitar lima juta rupiah, bisnis waralaba sudah di tangan. Berbagai bisnis makanan siap untuk disuntik modal mulai dari makanan khas Indonesia seperti bebek goreng, martabak, es tebu, siomay, bakmi hingga makanan khas luar negeri seperti pizza, kebab, atau hotdog.

Tersedia juga bisnis yang butuh modal hingga ratusan juta seperti toko elektronik, minimarket, laboraturium klinik bahkan usaha pada bidang pendidikan. "Waralaba ini adalah alternatif apabila seseorang memiliki modal cukup tetapi tidak tahu harus membuka usaha apa," jelas Anang.

Terlepas dari pameran ini yang hanya memamerkan kurang dari 200 bisnis waralaba, jelas Anang, masih banyak usaha franchise lain yang sebenarnya bisa digeluti. Perkembangannya di Indonesia bahkan terbilang cukup tinggi. Bila pada 2005 hanya ada 336 franchise, hingga pertengahan 2009 telah berlipat menjadi 1.010 usaha waralaba yang terdaftar, termasuk 260 franchise asing yang menyerbu Indonesia.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu sebelumnya mengatakan, franchise di Indonesia memang masih rendah dibanding dari negara lain. Ini karena kurangnya pemahaman masyarakat akan bisnis ini. "Pemahaman masyarakat masih kurang seperti membuat model usaha berkesinambungan dan menjaga agar mutu tetap konsisten. Selain itu perbankan juga masih kurang mendukung," tandasnya.

Meski demikian, jelasnya, untuk masa mendatang pihaknya akan terus berusaha untuk mengarahkan kepada berbagai pihak untuk mendukung agar bisnis ini semakin banyak dijalankan oleh masyarakat. Patut ditunggu.

Siapkan Dana Berjalan
Setiap usaha pasti akan memberikan risiko, demikian pula dengan waralaba. Selain harapan usaha maju dan merengkuh untung maksimal, usaha franchise pasti memiliki risiko untuk bangkrut.

Usaha tersebut akan sukses bila produk disukai konsumen, sehingga menarik banyak pelanggan. Namun risiko tidak dikunjungi pembeli sama besarnya. Beberapa alasan risiko tersebut bisa terjadi antara lain karena nama dagang atau pemiliknya yang belum terkenal. Ada juga karena tempatnya yang kurang strategis.

Bila salah memilih, boro-boro bisa untung. Harta milik keluarga pun bisa habis karena usaha ini. Karenanya, ada beberapa tips untuk memulai langkah usaha waralaba.

Untuk permodalan, pengusaha harus memiliki dana atau pendapatan keluarga yang cukup untuk  menanggung biaya keluarga selain untuk modal usaha agar bisnis waralaba tidak terganggu. Sebelum memulai usaha yang besar, sebaiknya memulai dengan usaha yang kecil agar tahu benar risiko-risikonya. Dan bila berhasil, usaha yang kecil itu pun bisa ditingkatkan menjadi yang besar.

Yang paling penting adalah tidak menggunakan seluruh anggaran untuk dana investasi. Hal ini dilakukan sebagai persiapan apabila membutuhakan dana berjalan pada masa-masa selanjutnya. (fn/km/tj) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.