Laman

Selasa, 08 Juni 2010

Biarkan Anak Bermain di Luar Rumah

Bagi anak-anak, musim liburan seharusnya digunakan dengan menghabiskan waktu untuk bermain di luar rumah. (Foto: Google)

BAGI anak-anak, musim liburan seharusnya digunakan dengan menghabiskan waktu untuk bermain di luar rumah. Bukan menatap layar televisi atau komputer selama berjam-jam.
Dewasa ini musim liburan cenderung lebih banyak dihabiskan anak-anak di rumah, dengan hanya bermain games atau duduk terpaku pada layar komputer dan televisi serta sedikit kontak dengan sekelilingnya. Padahal, permainan di luar rumah banyak yang mengajarkan norma-norma positif, kreatif, serta membangun kebersamaan. Apalagi diperlukan kebersamaan dengan teman untuk memainkannya.

Bukan berarti permainan modern tidak diperlukan. Permainan modem yang bentuknya variatif dan futuristik juga tak kalah penting untuk perkembangan anak yang optimal. Sayangnya, karena begitu mudahnya didapatkan dan dimainkan, permainan modem games seperti Playstation (PS), TV, internet, atau handphone, seakan mengambil porsi besar bagi anak.

Anak seolah tak perlu lagi teman untuk memainkannya. Main sendirian di dalam rumah sudah menarik dan seru. Bahkan saking asyiknya main PS atau games, mereka jadi lupa belajar dan keluar rumah. Para ahli kesehatan dan pendidik anak khawatir, anak yang jarang bermain di luar rumah akan berakibat buruk pada terhadap kesehatan, perkembangan fisik dan hubungan sosialnya.

Di Amerika Serikat, saat anakanak memasuki usia balita, mereka telah menghabiskan lebih dari 5.000 jam di depan televisi. Perlu Anda ketahui, waktu sejumlah itu sudah cukup waktu untuk mendapatkan gelar sarjana. Hal itu diungkapkan David Mizejewski, seorang aktivis di National Wildlife Federation, yang menggunakan statistik menakutkan itu dalam kampanye ”Be Out There” untuk membiarkan anak-anak bermain di luar rumah.

Menyuruh anak tetap tinggal di rumah saat liburan merupakan cara yang mudah bagi orangtua, terutama karena lebih gampang untuk mengawasinya. ”Lebih mudah bagi orangtua untuk mengatakan, ’Sana main video game’ atau ’Tonton saja TV’. Tetapi, menghabiskan waktu hanya di rumah cenderung tidak sehat dan kurang baik bagi perkembangan anak,” kata David.

Dari segi kesehatan, manfaat bermain di luar rumah sangat banyak, di antaranya anak-anak akan menerapkan minimal 60 menit sehari beraktivitas fisik seperti yang direkomendasikan American Academy of Pediatrics, untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Selain itu, risiko kegemukan atau obesitas akan menurun. Hal ini penting mengingat jumlah penderita obesitas terus meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua dekade terakhir.

Anak juga akan mendapatkan pandangan tentang kehidupan jauh lebih baik. Setidaknya satu studi telah membuktikan hal itu bahwa anak yang sering menghabiskan waktu di luar rumah lebih baik dalam memandang sebuah persoalan dibandingkan yang tidak. Sementara itu, anak yang mengalami gejala hiperaktif atau depresi bisa menunjukkan perkembangan, yang berarti ketika dibiarkan bermain di alam bebas.

”Selain manfaat dari segi kesehatan, alam bebas memberikan pelajaran dalam bersosialisasi dengan lingkungan dan keterampilan hidup lainnya,” kata Dr David Elkind, seorang profesor perkembangan anak di Tufts University dan pengarang buku ”The Power of Play”.

”Salah satu manfaat saat membiarkan masa kanak-kanak dihabiskan di dalam ruangan, adalah budaya masa kanak-kanak yang selama ini telah diturunkan selama ratusan tahun akan hilang,” terang Elkind. Dia ingat saat dirinya masih kecil, tempat bermain di luar itu banyak, dan anak-anak belajar untuk menangani pertengkaran mereka sendiri, bernegosiasi soal giliran siapa yang bermain dan memiliki pengalaman belajar yang berharga lainnya.

Meskipun telah diketahui sederet manfaat yang akan didapat, bagaimanapun, memang sulit untuk menyuruh anak-anak keluar rumah. Mizejewski dan Elkind setuju soal itu. Jadi, bagaimana cara yang tepat? ”Orangtua harus memprioritaskan hal itu,” kata Mizejewski. Solusi yang mudah, dengan mengambil kendali kegiatan anak.”Anak-anak tidak bisa mengontrol bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka. Orang dewasa yang seharusnya melakukan itu,” lanjutnya.

Orangtua juga dapat mengatur secara berimbang antara kegiatan indoor dan outdoor. ”Misalnya satu jam di depan layar TV, satu jam lagi bermain di luar bersama teman-teman,” tukas Elkind. Menonton TV juga bisa termasuk menyaksikan acara tentang alam dan lingkungan. Mizejewski mencontohkan acara Animal Planet.

Orang dewasa menjadi yakin pentingnya anak menghabiskan waktu di luar rumah setelah melihat angka statistik yang amat mengejutkan. Sekarang ini, anak usia 8–18 tahun, rata-rata menghabiskan 53 jam per minggu menonton acara TV. Hal ini berdasarkan penelitian Kaiser Family Foundation yang dirilis Januari lalu.
Hanya tiga dari 10 responden yang mengaku memiliki batasan dalam penggunaan media. Untuk menjawab hal itu mudah saja, ajak anak-anak bermain di luar rumah atau di alam.

”Kemauan anak bermain di alam bebas harus diberi contoh. Ini tidak bisa hanya memberi nasihat. Harus ada beberapa panduan dan instruksi dari orang tua,” kata Elkind. ”Orangtua dapat memberikan arahan selama satu jam pada malam hari, dengan merencanakan bermain di luar rumah bersama keluarga” kata Mizejewski.

”Anda tidak perlu menjadi seorang pendidik atau aktivis anak untuk bisa menyosialisasikan pentingnya kegiatan alam bagi anak-anak,” jelasnya.
(Koran SI/Koran SI/tty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.