Laman

Selasa, 08 Juni 2010

Penjualan Tiket Mengecewakan


Antrean tiket Piala Dunia 2010 di Mal Brooklyn, Pretopria, masih memanjang. Yousouf Ahmed (berbaju kuning) kecewa karena sudah dua hari mengantre tapi belum mendapatkan tiket juga.
Artikel Terkait:

PRETORIA, KOMPAS.com — Penjualan tiket Piala Dunia 2010 agak kacau dan banyak masyarakat bola yang kecewa karena sudah antre beberapa hari, tapi belum bisa mendapatkan juga. Sampai Selasa (8/6/2010), tiket Piala Dunia masih 14.000 lembar. Antrean pun makin memanjang.

Di pusat penjualan tiket di Mal Brooklyn, Pretoria, antrean menyemut. Masyarakat terus berdatangan untuk mendapatkan tiket.

Cara penjualan tiket juga amat rumit. Pembeli harus mendaftar dulu di lantai satu, kemudian antre lagi agar tangannya mendapat cap stempel. Setelah itu, mereka harus antre lagi di lantai tiga untuk pembelian tiket. Itu pun belum tentu mendapatkan jatah karena antrean sudah memanjang.

Selain itu, banyak kekacauan yang terjadi. Sebelumnya, di tengah antrean, tiba-tiba sekelompok orang menerobos dan dengan mudahnya mendapat segepok tiket. Untungnya, FIFA langsung membuat peraturan baru bahwa tiket hanya bisa didapat dengan nama orangnya.

Pembeli tiket segepok itu diperkirakan adalah calo yang ingin memanfaatkan Piala Dunia. Karena peraturan baru tersebut, tiket si calo tak berguna lagi dan hangus.

Bahkan, beberapa hari lalu, menurut pengantre, proses ini sempat kacau. Polisi sampai menyemprotkan gas air mata karena antrean sudah tak rapi lagi. Semua orang berdesak ingin segera mendapatkan tiket.

Maklum, untuk mendapatkan tiket kadang harus mengantre beberapa hari. Yousouf Ahmed dari Maroko marah-marah di tempat penjualan tiket. Sudah dua hari, dia tak mendapatkan satu pun tiket.

"Tolong wartawan kabarkan ini. Kami merasa kesulitan mendapatkan tiket. Lihat, tangan saya sudah dicap stempel dan belum saya hapus dalam dua hari ini karena belum juga mendapat giliran membeli tiket di loket," kata Yousouf.

Hal sama juga dikatakan oleh Imran. Warga Afsel keturunan India itu nyaris putus asa. Dia sudah lama menunggu dan mendapatkan cap stempel di tangan, tetapi juga belum mendapat giliran memperoleh tiket.

"Prosesnya berbelit dan sepertinya ada permainan," tuduhnya.

HPR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.