Laman

Jumat, 05 November 2010

Jerawat yang sulit disembuhkan bisa menimbulkan rasa frustrasi

(doc Corbis)

VIVAnews - Memiliki jerawat di wajah merupakan hal yang banyak ditakuti wanita, terutama di usia remaja. Kebanyakan dari remaja merasa kepercayaan dirinya menurun ketika wajah dipenuhi jerawat. Kondisi tersebut secara langsung juga dapat mempengaruhi keadaan emosional seseorang. Bahkan jangan heran, jika hanya karena jerawat, tidak sedikit remaja memiliki keinginan bunuh diri.

Saat memasuki masa pubertas kemunculan jerawat dipengaruhi oleh perubahan hormon yang bisa merangsang kelenjar minyak menghasilkan minyak secara berlebihan. Hal ini akan menyebabkan jerawat lebih sulit diatasi dan diperlukan waktu lama untuk mengatasinya sehingga bisa membuat penderitanya frustrasi yang berujung pada depresi.

Menyoal masalah ini, para ahli menyoroti peningkatan kasus depresi dan percobaan bunuh diri di kalangan remaja yang memiliki jerawat cukup parah. Pada awalnya diduga obat-obatan jerawat yang dipakai menyebabkan efek samping ketidakstabilan mental dan memicu bunuh diri.

Namun, sebuah survey melibatkan 3775 remaja yang dilakukan Institut Kesehatan Publik Norwegia dan dimuat dalam Journal of Investigative Dermatology, menemukan keinginan bunuh diri itu bukan karena efek samping obat jerawat, tetapi karena para remaja merasa tidak percaya diri dengan wajahnya yang berjerawat.

Kondisi tersebut terutama terjadi pada remaja yang kondisi jerawatnya cukup parah. Hasil survei menunjukkan, hampir 25 persen dari responden yang mengalami masalah jerawat parah mengaku sering merasa depresi dan punya keinginan untuk bunuh diri.

Kesimpulannya, remaja dalam kelompok yang punya masalah jerawat parah memiliki pikiran untuk bunuh diri dua atau tiga kali lebih sering dibandingkan remaja yang masalah jerawatnya tergolong ringan.

Maka itu, isu ini penting dicermati oleh orangtua dan pihak sekolah, "Sistem perawatan kesehatan dan sekolah harus menyadari masalah ini, dan perlu ditangani secara serius. Remaja yang menderita jerawat sekecil apapun harus didorong untuk segera mencari pengobatan," kata peneliti Jon Halvorsen, Profesor Dermatologi di Universitas Oslo.


• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Diberdayakan oleh Blogger.